Menuju konten utama

Jajal MRT, Sri Mulyani Sebut akan Segera Hitung Dampak Ekonominya

Sri Mulyani menilai bahwa MRT dapat memangkas dan efisiensi dalam perjalanan masyarakat.

Jajal MRT, Sri Mulyani Sebut akan Segera Hitung Dampak Ekonominya
Suasana gerbong MRT saat uji coba rute Bundaran HI ke Lebak Bulus, Jakarta, Senin (25/2/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id -

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjajal moda transportasi baru Jakarta, Mass Rapid Transit (MRT), dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia hingga Stasiun Lebak Bulus.

Perjalanan tersebut dilakukan mulai pukul 16.00 dari stasiun bundaran HI hingga Lebak Bulus dan sebaliknya.

Dengan waktu tempuh tepat 30 menit, Sri Mulyani menilai bahwa MRT dapat memangkas dan efisiensi dalam perjalanan masyarakat.

Efisiensi ini, kata dia, akan jadi salah satu hal yang memberikan dampak pada perekonomian Jakarta.

Selain itu, menurutnya dampak lain dari pembangunan infrastruktur transportasi tersebut juga akan mulai dihitung dari harga properti sampai penyerapan lapangan kerja.

"Kita akan menghitung dampak ekonomi ini yang bisa kita hitung dari sisi infrastruktur dan ekonomi serta waktu tempuh orang yang menggunakan transportasi yang akan memberikan dampak Ekonomi lebih baik," ujarnya di Stasiun MRT Ratu Plaza, Senayan, Rabu (6/3/2019).

Saat ini, 99 persen persiapan di stasiun bawah tanah dan depo serta stasiun layang MRT sudah selesai.

Setelah beroperasi, proyek senilai Rp16 triliun ini akan memiliki 16 rangkaian kereta dengan enam gerbong di setiap rangkaian perjalanan dan dapat menampung 1.200 hingga 1.800 orang per rangkaian.

Pendanaan Proyek MRT Fase I dan II berasal dari 49 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (on-granting) dan 51 persen APBD Pemerintah Provinsi DKI (on-lending).

Meski terlihat besar, kata Sri Mulyani, hal ini masih lebih efisien dibandingkan dengan jumlah BBM yang harus dihabiskan dengan kendaraan pribadi.

Ia juga menilai bahwa pembangunan MRT dapat terealisasi karena menggunakan pendekatan ekonomi, yaitu dapat memangkas waktu tempuh perjalanan.

Feasibility study yang sudah ada sejak tahun 1990 hanya fokus pada soal finansial khususnya untung-rugi, sehingga membuat proyek ini tidak dapat terealisasi selama 30 tahun.

"Ini betul-betul akan mentransformasikan Indonesia khususnya Jakarta akan menjadi modern," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.

Baca juga artikel terkait TARIF MRT atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Nur Hidayah Perwitasari