Menuju konten utama

Jadwal Bulan Purnama dan Hujan Meteor Agustus 2021: Ada Perseid

Hujan meteor akan bersamaan dengan HUT RI Ke-76 17 Agustus 2021.

Jadwal Bulan Purnama dan Hujan Meteor Agustus 2021: Ada Perseid
Fenomena Bulan Supermoon yang juga disebut sebagai super pink moon menghiasi langit Kota Lhokseumawe, Aceh, Rabu (8/4/2020). ANTARA FOTO/Rahmad.

tirto.id - Bulan Agustus 2021 ini, ada dua hujan meteor yang akan terjadi, yaitu Perseid dan Kappa Cygnid. Selain itu, ada pula fase bulan purnama dan beberapa fenomena langit lainnya. Berikut ini jadwalnya, seperti dikutip dari laman Pusat Edukasi Sains LAPAN.

Pekan Pertama Agustus 2021

1 Agustus – Konjungsi Superior Merkurius

Konjungsi superior adalah konfigurasi yang berlaku khusus pada Merkurius dan Venus, yakni ketika Merkurius, Matahari dan Bumi terletak pada satu garis lurus dan Merkurius membelakangi Matahari. Konjungsi superior ini menandai pergantian ketampakan Merkurius yang semula ketika fajar menjadi senja.

2 Agustus – Oposisi Saturnus

Oposisi Saturnus adalah waktu ketika Saturnus, Bumi dan Matahari berada pada satu garis lurus. Oposisi pada Saturnus sama dengan fase oposisi Bulan atau purnama, sehingga Saturnus dapat terlihat paling terang jika diamati dari Bumi. Puncak oposisi Saturnus terjadi pada pukul 13.23 WIB.

Sayangnya, Saturnus masih di bawah ufuk saat oposisi jika diamati di Indonesia, sehingga baru dapat diamati dari arah Timur-Tenggara hingga Barat-Barat Daya sejak setelah Matahari terbenam hingga sebelum Matahari terbit.

2 Agustus – Apoge Bulan

Apoge Bulan adalah konfigurasi ketika Bulan terletak paling jauh dengan Bumi. Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang ­berbentuk elips dengan Bumi terletak di salah satu titik fokus orbit tersebut.

Apoge Bulan di bulan Agustus 2021 ini terjadi dua kali, yang pertama terjadi pada 2 Agustus pukul 14.38.00 WIB / 15.38.00 WITA / 16.38.00 WIT.

Apoge Bulan ini baru dapat disaksikan ketika terbit sekitar pukul 00.40 waktu setempat dari arah timur-timur laut, berkulminasi di arah utara sekitar pukul 06.40 waktu setempat dan kemudian terbenam di arah barat-barat laut sekitar pukul 12.40 waktu setempat.

7 Agustus – Konjungsi Bulan-Pollux

Bulan akan mengalami konjungsi dengan Pollux, bintang utama di konstelasi Gemini, pada pukul 02.42 WIB dengan sudut pisah 3,1°. Akan tetapi, fenomena ini baru dapat disaksikan 45 menit sebelum Matahari terbit dari arah Timur-Timur Laut dengan sudut pisah 3,65°.

8 Agustus – Fase Bulan Baru

Fase Bulan baru, disebut juga konjungsi solar Bulan, adalah konfigurasi ketika Bulan terletak di antara Matahari dan Bumi dan segaris dengan Matahari dan Bumi. Fase Bulan Baru kali ini terjadi pada 8 Agustus pukul 20.50.06 WIB / 21.50.06 WITA / 22.50.06 WIT dengan jarak 387.822 km dari Bumi dan terletak di konstelasi Cancer.

Pekan Kedua Agustus 2021

9 Agustus – Konjungsi Tripel Bulan-Merkurius-Regulus

Puncak konjungsi Bulan-Merkurius terjadi pada pukul 13.30.34 WIB / 14.30.34 WITA / 15.30.34 WIT, sedangkan puncak konjungsi Bulan-Regulus terjadi pada pukul 22.52.28 WIB / 23.52.28 WITA / 00.52.28 WIT. Sehingga, Bulan akan mengalami konjungsi tripel dengan Merkurius dan Regulus.

10 Agustus – Konjungsi Bulan-Mars

Puncak konjungsi Bulan-Mars terjadi pada pukul 07.42 WIB / 08.42 WITA / 09.42 WIT dengan sudut pisah 4,3°; sehingga fenomena ini baru dapat disaksikan dari arah Barat-Barat Laut sekitar 20 menit setelah Matahari terbenam selama 50 menit.

11 Agustus – Konjungsi Bulan-Venus

Puncak konjungsi Bulan-Venus terjadi pada pukul 14.00 WIB / 15.00 WITA / 16.00 WIT dengan sudut pisah 4,3°; sehingga fenomena ini baru dapat disaksikan dari arah Barat sekitar 20 menit setelah Matahari terbenam selama dua jam.

12-13 Agustus – Puncak Hujan Meteor Perseid

Hujan Meteor Perseid aktif sejak tanggal 17 Juli hingga 24 Agustus dan puncaknya terjadi pada tanggal 12-13 Agustus 2020. Hujan meteor ini dinamai berdasarkan titik radian (titik asal munculnya hujan meteor) yang terletak di konstelasi Perseus, Hujan meteor ini berasal dari sisa-sisa debu komet 109P/Swift-Tuttle.

Hujan meteor ini dapat disaksikan dari arah Utara-Barat Laut hingga Utara mulai tengah malam waktu setempat hingga 20 menit sebelum Matahari terbit. Intensitas maksimum hujan meteor ini untuk di Indonesia mencapai 60-90 meteor tiap jam dengan kelajuan meteor mencapai 212.400 km/jam.

Hujan meteor ini tidak terganggu oleh Bulan fase Sabit Awal berumur 4 hari dikarenakan sudah terbenam sebelum tengah malam.

15 Agustus – Fase Bulan Perbani Awal

Fase perbani awal adalah salah satu fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi dan Bulan membentuk sudut siku-siku (90°) dan terjadi sebelum fase Bulan purnama.

Puncak fase perbani awal terjadi pada pukul 22.20.39 WIB / 23.20.39 WITA / 00.20.39 WIT. Sehingga, Bulan perbani awal ini sudah dapat disaksikan ketika terbit pukul 11.00 waktu setempat dari arah Timur-Tenggara.

Pekan Ketiga dan Keempat

17 Agustus – Konjungsi Bulan-Antares dan Perige Bulan

Tepat di hari kemerdekaan Indonesia, puncak konjungsi Bulan-Antares terjadi pada pukul 01.34 WIB / 02.34 WITA / 03.34 WIT dengan sudut pisah 4,5°. Di hari yang sama, Bulan juga berada di titik terdekat dari Bumi atau Perige pada pukul 16.23 WIB / 17.23 WITA / 18.23 WIT.

Bulan dapat disaksikan pukul 13.00 waktu setempat dari arah Timur-Tenggara, berkonjungsi dengan Antares dari arah Tenggara sekitar 20 menit setelah terbenam Matahari, berkulminasi pukul 19.20 waktu setempat dari arah Selatan dan terbenam pukul 01.45 waktu setempat dari arah Barat-Barat Daya.

17-18 Agustus – Puncak Hujan Meteor Kappa Cygnid

Hujan Meteor Kappa Cygnid aktif sejak tanggal 3 hingga 25 Agustus dan puncaknya terjadi pada tanggal 18 Agustus pukul 07.00 WIB / 08.00 WITA / 09.00 WIT. Hujan meteor ini dinamai berdasarkan titik radian (titik asal munculnya hujan meteor) yang terletak di bintang Kappa Cygni konstelasi Cygnus.

Hujan meteor ini berasal dari sisa-sisa debu asteroid (361861) 2008 ED69. Hujan meteor ini dapat disaksikan dari arah Utara-Timur Laut sejak 20 menit setelah Matahari terbenam hingga pukul 02.20 waktu setempat keesokan harinya.

Intensitas maksimum hujan meteor ini untuk di Indonesia mencapai 1 meteor tiap jam dengan kelajuan meteor mencapai 90.000 km/jam. Hujan meteor ini akan terganggu secara signifikan oleh intensitas cahaya Bulan fase Benjol Awal berumur 9 hari.

19 Agustus – Konjungsi Merkurius-Mars

Puncak konjungsi Merkurius-Mars terjadi pada pukul 10.17 WIB / 11.17 WITA / 12.17 WIT dengan sudut pisah 0,07°. Fenomena ini baru dapat disaksikan dari arah Barat sejak 20 menit setelah Matahari terbenam selama 45 menit.

19-23 Agustus – Konjungsi Tripel Bulan-Saturnus-Jupiter

Fenomena ini berlangsung selama lima hari sejak 19 hingga 23 Agustus mendatang. Dapat disaksikan dari arah Timur-Tenggara sejak 20-45 menit setelah Matahari terbenam hingga pukul 3.00-4.30 waktu setempat dari arah Barat-Barat Daya.

20 Agustus – Oposisi Jupiter

Oposisi Jupiter adalah waktu ketika Jupiter, Bumi dan Matahari berada pada satu garis lurus. Oposisi pada Jupiter sama dengan fase oposisi Bulan atau purnama, sehingga Jupiter dapat terlihat paling terang jika teramati dari Bumi. Puncak oposisi Jupiter terjadi pada pukul 07.53 WIB / 08.53 WITA / 09.53 WIT.

Sayangnya, Jupiter masih di bawah ufuk saat oposisi jika diamati di Indonesia, sehingga baru dapat diamati dari arah Timur-Tenggara hingga Barat-Barat Daya sejak sebelum Matahari terbenam hingga setelah Matahari terbit.

22 Agustus – Fase Bulan Purnama

Fase Bulan purnama, atau disebut juga fase oposisi solar Bulan, adalah konfigurasi ketika Bulan terletak membelakangi Matahari dan segaris dengan Bumi dan Matahari.

Puncak fase Bulan purnama di Agustus 2021 ini terjadi pada 22 Agustus pukul 19.01.58 WIB / 20.01.58 WITA / 21.01.58 WIT. Bulan purnama dapat disaksikan dari arah Timur-Tenggara ketika terbenam Matahari.

30 Agustus – Apoge Bulan di Simpul Menaik, Fase Bulan Perbani Akhir dan Konjungsi Bulan-Pleaides

Fase perbani akhir adalah salah satu fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi dan Bulan membentuk sudut siku-siku (90°) dan terjadi setelah fase Bulan purnama. Puncak fase perbani akhir terjadi pada pukul 14.13.14 WIB / 15.13.14 WITA / 16.13.14 WIT.

Fenomena ini dapat disaksikan ketika terbit pukul 23.30 waktu setempat malam sebelumnya dari arah Timur-Timur Laut.

Fase Bulan perbani akhir kali ini beriringan dengan ketika Bulan berada di Simpul Menaik (Ascending Node) yang sebelumnya terjadi pada pukul 12.13.53 WIB / 13.13.53 WITA / 14.13.53 WIT dengan jarak 404.049 km dari Bumi.

Selain itu, Bulan perbani akhir juga beriringan dengan apoge Bulan yang sebelumnya terjadi pada pukul 09.22.08 WIB / 10.22.08 WITA / 11.22.08 WIT dengan jarak 404.059 km dari Bumi.

Apoge Bulan adalah konfigurasi ketika Bulan terletak paling jauh dengan Bumi. Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang ­berbentuk elips dengan Bumi terletak di salah satu titik fokus orbit tersebut.

Simpul Menaik adalah perpotongan antara orbit Bulan dengan ekliptika yang mana Bulan bergerak menuju ke utara ekliptika. Fenomena ini akan berulang setiap 18,6 tahun sekali yang merupakan periode simpul orbit Bulan.

Baca juga artikel terkait BULAN PURNAMA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra