Menuju konten utama

Jadi Pemain Terbaik EPL adalah Cara Jitu Sterling Bungkam Rasisme

Raheem Sterling adalah pemain yang punya kemampuan ciamik. Namun, ia kerap jadi bahan perundungan karena rasisme yang kuat di sepakbola.

Jadi Pemain Terbaik EPL adalah Cara Jitu Sterling Bungkam Rasisme
Manchester City melawan Hull City. FOTO/Getty Image

tirto.id - Libur internasional tidak membuat Raheem Sterling mengalihkan pandangan pencinta sepakbola. Memperkuat Timnas Ingris dalam pertandingan kualifikasi Piala Eropa pekan ini, Sterling mengemas empat gol. Tiga dia bukukan dalam kemenangan 5-0 kontra Ceko, Sabtu (23/3/2019) sementara satu lainnya saat Inggris membantai Montenegro 1-5, Selasa (26/3/2019) dini hari.

Performa ciamik itu membuat pelatih Inggris, Gareth Southgate memuji Sterling habis-habisan. Bukan karena gol yang dia sumbangkan, tapi juga lantaran kepribadian si pemain di dalam dan luar lapangan. Southgate bahkan menyebut Sterling layak dipertimbangkan sebagai kapten masa depan The Three Lions.

"Dia punya kualitas untuk ke sana [jadi kapten], sulit rasanya untuk menyebut kapten potensial masa depan jika kapten saat ini [Harry Kane] masih berada di hotel bersama kami, tapi terkait kualitas pribadi Sterling, dia menunjukkan hal yang luar biasa," jelas Southgate seperti dilansir Telegraph.

Apa yang dimaksud Southgate sebagai "kualitas pribadi" adalah peran Sterling dalam memandu pemain-pemain muda Inggris. Jadon Sancho dan Calum Hudson-Odoi, dua pemain muda Inggris terbukti tampil bagus dalam laga awal bersama The Three Lions, dan Southgate mengatakan Sterling punya andil besar sebagai "pemandu" dua pemain itu.

Sterling juga menunjukkan karakternya sebagai pemimpin saat rekan setimnya, Danny Rose mendapat cemoohan rasis dari suporter Montenegro. Usai mencetak gol ke gawang Montenegro, Sterling mendatangi suporter lawan dan berselebrasi untuk melawan perundungan terhadap Rose.

Pandangan Southgate mengukuhkan perkataan eks kapten Timnas Inggris, Wayne Rooney yang beberapa hari sebelumnya juga memuji kualitas Sterling. Pemain yang kini merumput di MLS itu kemudian berpendapat peningkatan performa Sterling tidak lepas dari kontribusi pelatihnya di Manchester City, Pep Guardiola.

"Raheem selalu memiliki talenta dan kemampuan, tapi satu hal yang meningkat darinya adalah pemahaman tentang pengetahuan sepakbola dan taktik, dan itu banyak dia dapatkan dengan bekerja bersama Guardiola," tutur Rooney kepada Manchester Evening News.

Di bawah asuhan Guardiola, Sterling memang tampil brilian. Musim lalu, di Liga Inggris saja dia bisa mengemas 18 gol dan 11 assist dari 33 penampilan. Musim ini, catatan Sterling disinyalir bakal menanjak. Soalnya, sejauh ini dia baru tampil 27 kali, namun sudah mampu menorehkan 15 gol dan sembilan assist di Liga Inggris.

Karena performa konsisten itu pula, Sterling jadi kandidat kuat peraih gelar PFA Player of The Year (pemain terbaik Liga Inggris) musim ini. Namanya dinominasikan bersama rekan setimnya, Sergio Aguero serta bek tangguh Liverpool, Virgil van Dijk.

Pembuktian Talenta Lokal

"Ketika berbicara soal penghargaan, timing menjadi segalanya. Kalau harus memilih sekarang, saya jelas menjagokan van Dijk. Tapi, jika Sterling tetap tampil seperti ini dan mampu mencetak gol guna membawa City juara, dia jelas jadi kandidat terkuat," kata pengamat dan mantan pelatih sepakbola asal Inggris, Harry Redknaap kepada SkySports.

Redknaap benar, saat ini di atas kertas van Dijk layak untuk lebih dijagokan. Pemain berkebangsaan Belanda itu merupakan sosok penting di balik peningkatan pesat kualitas pertahanan Liverpool musim ini.

Namun, andai akhirnya Sterling yang keluar sebagai pemenang, ada dampak yang bisa ditimbulkan bagi sepakbola Inggris sendiri. Salah satunya: pembuktian kualitas talenta lokal.

Dalam sejarahnya, pemain Inggris hingga hari ini memang tercatat sebagai yang terbanyak memenangkan gelar pemain terbaik liga. Dari total 45 kali penghargaan, 18 kali di antaranya diraih orang Inggris.

Kendati demikian, data menunjukkan kalau di era kiwari, eksistensi pemain lokal mulai tergerus. Sejak Wayne Rooney ditetapkan sebagai pemenang pada musim 2009-2010, belum ada satu pun pemain Inggris lain yang memenangkan penghargaan pemain terbaik liga.

Gareth Bale (tiga kali/Wales), Robin van Persie (Belanda), Luis Suarez (Uruguay), Eden Hazard (Belgia), Riyad Mahrez (Aljazair), N'Golo Kante (Perancis), dan Mohamed Salah (Mesir) adalah nama-nama terakhir yang pernah merengkuh gelar serupa. Artinya, andai Sterling keluar sebagai juara musim ini, dia akan memecahkan stigma bahwa Liga Inggris mulai dikuasai pemain-pemain asing.

Pemecahan stigma itu bukan saja bisa bermanfaat bagi diri Sterling, namun juga dapat meningkatkan kepercayaan diri sosok-sosok berbakat lokal lain.

Melawan Rasisme

Selain itu, kemenangan Sterling sebagai pemain terbaik Liga Inggris juga bisa jadi jurus paling mujarab terhadap kentalnya rasisme di dunia sepakbola. Bukan rahasia lagi kalau Sterling kerap jadi korban rasisme selama meniti karier sepakbola.

"Agenda rasisme terhadap Sterling adalah hal yang nyata dan memprihatinkan, karena banyak orang yang punya suara vokal serta platform di negara ini tidak bisa menangkapnya. Saya berbicara soal peristiwa rasisme kepada Sterling di masa lalu dan dibiarkan saja," ujar pengamat sepakbola, Adrian Durham.

Perlakuan rasis terhadap Sterling salah satunya terjadi 20 Desember 2017, saat dia diserang seorang suporter bernama Karl Anderson. Penyerangan terjadi di Manchester, beberapa hari sebelum pertemuan City dengan Tottenham di Liga Inggris.

Lalu saat klubnya menghadapi Chelsea, Desember 2018, Sterling dicemooh suporter tuan rumah dengan sebutan berkulit hitam. Tindak rasisme itu diakui pula pihak Chelsea yang lantas memberikan sanksi kepada empat suporter.

Tidak cuma serangan personal secara fisik dan psikis, sentimen rasis terhadap Sterling bahkan dilakukan pula media-media di Inggris. Contohnya, The Sun pernah mendiskriminasi Sterling terkait tato di kakinya menjelang Piala Dunia 2018.

Daily Mail pada Januari 2018 juga menyerang Sterling dengan sebuah artikel berjudul: "Pesepakbola Muda Manchester City, 20 tahun, Bergaji 25.000 Poundsterling per Pekan Terlihat Mencari Mansion Seharga 2,25 Juta Poundsterling Meski Belum Memainkan Satu Pun Pertandingan Liga Inggris."

Pelatih Sterling, Pep Guardiola bahkan ikut geram dengan rasisme media terhadap pemainnya. Usai Sterling dihina suporter Chelsea bulan Desember lalu, Pep marah pada sesi konferensi pers.

"Melakukan hal seperti itu hanya karena warna kulit, percayalah itu merupakan hal yang kejam dan itu alasan kenapa kita harus melindungi orang-orang yang jadi korban," ujar Guardiola.

Musabab itu, keberhasilan Sterling merengkuh penghargaan pemain terbaik Liga Inggris bakal jadi cara paling elegan untuk membungkam praktik rasisme terhadapnya. Pendapat ini juga didukung Guardiola, yang berharap para pesepakbola tetap berprestasi dan tak terpengaruh dengan tindakan rasis.

"Tentu kami harus menjadi yang lebih baik. Olahraga adalah hal luar biasa karena Anda bisa hidup bersama banyak orang berbeda," pungkas Guardiola.

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Mufti Sholih