Menuju konten utama
Dampak Pandemi Corona

Izin Impor Lambat, Industri Mamin Sulit Peroleh Bahan Baku Susu

Akibat izin impor masih lambat, asosiasi pengusaha makanan minuman Indonesia mengeluhkan sulitnya memperoleh bahan baku seperti susu di tengah pandemi Corona atau COVID-19.

Izin Impor Lambat, Industri Mamin Sulit Peroleh Bahan Baku Susu
Pekerja menyelesaikan pembuatan makanan kue kering atau kue karakter di Kampung Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (12/4/2018). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi.

tirto.id - Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengeluhkan sulitnya memperoleh bahan baku seperti susu di tengah pandemi Corona atau COVID-19.

Gapmmi menyatakan perizinan pemerintah masih cukup lambat sehingga tidak bisa mengimbangi perubahan mekanisme pemesanan bahan baku negara dunia yang meminta mereka melakukan penguncian pesanan seperti booking.

“Ini salah satu contoh untuk susu dan turunannya. Negara-negara pemegang bahan baku mulai lockdown dan [kami] mulai kesulitan membooking order. Ini dilema bagi industri makanan dan minuman,” ucap Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman dalam rapat dengar pendapat Komisi VI DPR RI, Senin (27/4/2020).

Adhi menyatakan banyak pengusaha di Indonesia enggan melakukan booking oder. Penyebabnya mereka khawatir izin impor tidak terbit sehingga pemesanan yang sudah dilakukan bakal terkendala regulasi.

Di saat pengusaha Indonesia ragu-ragu karena ketidakpastian lama memperoleh izin, mereka kerap didahului perusahaan dari negara lain yang bisa memenuhi persyaratan booking order itu. Alhasil praktis bahan baku industri makanan menjadi sulit diperoleh. Belum lagi mereka harus terbebani dengan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS.

“Mereka (produsen bahan baku) hanya jual ke orang yang mau booking order. Maka tidak ada perusahaan berani booking order karena izin dipertaruhkan,” ucap Adhi.

Ia menyarankan agar pemerintah mempermudah izin impor bahan baku bahkan jika perlu menghapusnya sementara waktu menyusul pemberlakuan booking order. Meski meminta kemudahan itu, ia memastikan kalau bukan berarti industri mamin ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Bila bahan baku itu tersedia, Adhi memastikan pengusaha tak akan impor. Hanya saja ia bilang sebagian besar bahan baku Indonesia untuk mamin memang berasal dari impor. Penyebabnya industri bahan baku dalam negeri sudah lama memble.

Ia mencontohkan semula menjadi produsen kakao Indonesia memiliki kapasitas 900 ribu ton tetapi turun menjadi 300 ribu ton padahal kapasitas industrinya sudah naik dari 75 ribu menjadi 700 ribu ton. Gula juga sama semula menjadi negara produsen terbesar, Indonesia kini langganan impor gula dengan kebutuhan industri mencapai 3,2 juta ton dan konsumsi 2,7 ton lantaran produksi hanya 2,1 juta ton.

Baca juga artikel terkait PANDEMI CORONA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri