Menuju konten utama

Isu Keselamatan Kerja Terkait Tewasnya Penggali Proyek PAM Jaya

PT Bone baru pertama kali mengejarkan proyek PAM Jaya.

Isu Keselamatan Kerja Terkait Tewasnya Penggali Proyek PAM Jaya
Petugas memeriksa instalasi pengolahan air Palyja di Jalan Penjernihan, Jakarta. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Tarno (41), pekerja proyek galian pipa PAM Jaya, tewas usai tertimbun longsoran tanah selama belasan jam pada Selasa petang, 1 Mei lalu. Tarno menggali di jalan Jembatan Tiga Raya, Jakarta Utara dengan tujuan menyambung pipa agar debit air bersih ke rumah susun (rusun) Penjaringan bertambah.

Kendati demikian, korban yang merupakan warga Dukuh Sukareja, Desa Banjarharjo, Brebes, Jawa Tengah, itu bukanlah pekerja PAM Jaya, melainkan PT Bone Mitra Abadi yang menjadi kontraktor untuk pengadaan dan perpanjangan pipa 300 mm dan 200 mm tersebut.

PT Bone memenangkan tender dengan penawaran termurah, yakni Rp1,97 miliar, di antara 50 perusahaan yang mendaftar sebagai peserta.

Pekerja senior bagian investasi PAM Jaya, Ambudi Pandjaitan, menganggap kecelakaan itu tak lepas dari kelalaian PAM Jaya dalam mengawasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) kontraktor proyek. Apalagi, masih banyak proyek-proyek galian lainnya yang bakal dilaksanakan di tahun 2018.

"PAM enggak boleh lepas tangan walaupun pengerjaan dilakukan oleh pihak ketiga," ujarnya saat ditemui Tirto di kawasan Pejompongan, kemarin (2/5/2018).

Selain itu, menurut dia, pembekalan keahlian para pekerja oleh PT Bone juga patut dipertanyakan. Sebab, selama ini, perusahaan yang dominan dan sudah berpengalaman dalam proyek-proyek PAM bukanlah PT Bone melainkan PT Kalibening Jaya Abadi serta PT Kalimeang Jaya Abadi.

"Kenapa mereka bisa diterima? Karena penawaran paling murah. Secara kualifikasi, PT Bone masuk di LPSE, tapi kalau keahlian pekerjanya bagaimana? Ini yang seharusnya diperhatikan juga sama perusahaan," kata dia.

Direktur teknis PAM Jaya Barce Simamarta membantah bahwa kontraktor proyek kurang berpengalaman dalam proyek-proyek perpanjangan dan pengadaan pipa jaringan.

Meski baru berapa kali ini bekerja untuk sejumlah proyek PAM, kata dia, PT Bone telah bertahun-tahun menjadi kontraktor bagi proyek perpipaan PT Aetra Air Jakarta, mitra PAM yang mengelola air di Timur dan sebagian Utara Jakarta. "Jadi kalau dari pengalaman, mereka sudah punya juga," katanya saat dihubungi Tirto, Kamis (3/5/2018).

Menurut Barce, PAM juga tak lepas tangan soal kecelakaan kerja yang terjadi dua hari lalu tersebut. Menurutnya, penyebab kecelakaan itu masih didalami oleh pihak kepolisian dan PAM, selaku pengawas proyek, masih menunggu laporan tersebut.

"Kita masih menunggu dan belum mengambil tindakan apa-apa. Nanti untuk sementara, proyek kita hentikan dahulu," ujarnya.

infografik current issue keselamatan dan kesehatan kerja

Berdasarkan pantauan Tirto di lokasi penggalian Rabu (3/5) kemarin, sekitar pukul 21.00, proyek untuk perpanjangan pipa itu memang telah berhenti. Hanya ada beberapa orang petugas dari Aetra yang menutup lubang galian pinggir jalan, bekas evakuasi korban, menggunakan besi pipih berukuran 0,5x1 meter persegi. Sementara lubang galian proyek tersebut ditutup menggunakan seng dan diberi tanda garis polisi.

Feri, salah satu pedagang di dekat lokasi proyek mengatakan, tak ada aktivitas apa pun sejak evakuasi korban kecelakaan kerja selesai dilakukan. "Enggak ada yang kelihatan. Kayaknya lagi pada pulang, diliburkan. Biasanya kalau kerja kan ada yang ke warung saya," ujarnya.

Kronologi

Kanit Reskrim Polsek Penjaringan, Mustakin, menuturkan, kejadian bermula saat Tarno dan dua pekerja lain tengah menggali dinding tanah secara horizontal di bawah kedalaman 2 meter.

Saat galian sudah mencapai 6 meter, tiba-tiba dinding tanah yang menjadi lubang masuk ke dalam galian longsor dan menutupi jalan keluar. Dua orang berhasil dievakuasi lebih dahulu dalam keadaan selamat. Sementara Tarno, terjebak di ujung galian dan belum dievakuasi karena khawatir tanah longsor susulan.

"Di antara tiga orang, Tarno ini yang menggali di paling ujung," katanya saat dihubungi Tirto, Kamis (3/5/2018).

Mustakim menceritakan proses evakuasi para korban dimulai pukul 17.00 WIB. Namun, proses evakuasi Tarno oleh petugas dinas pemadam kebakaran dan Badan SAR baru selesai pada Rabu dini hari, sekitar pukul 04.30 dengan menggunakan ekskavator. Dinas Damkar menurunkan lima orang petugas sementara SAR Jakarta mengerahkan lebih dari 10 orang personel.

"Ada juga tenaga medis dan ambulans dari Polsek Penjaringan ada sekitar 15 orang yang mengawasi proses evakuasi," tambah Mustakim.

Situs ilmutekniksipil.com menyebutkan sejumlah aspek pengamanan dalam pekerjaan tanah: terdapat dinding penahan, pagar pengaman, sirkulasi udara yang cukup, penerangan yang cukup, sepatu boot, baju anti air, dan sarana komunikasi. Menurut Mustakim, saat tertimbun tanah Tarno hanya mengenakan pakaian berupa helm, dan sepatu.

"Pakaian lengkap. Ada lengkap. Helm, sepatu. Tapi kan kalau namanya tertimbun tanah ya apa ngaruhnya mas,"

Saat ini, ujar Mustakim, kepolisian telah memeriksa empat orang saksi baik dari kontraktor proyek, maupun PAM Jaya. Instansinya masih mendalami penyebab kecelakaan kerja di proyek tersebut dan belum dapat menarik kesimpulan.

Jika ada unsur kelalaian dalam kecelakaan tersebut, petinggi perusahaan kontraktor serta PAM Jaya dapat dituntut dengan pasal pemidanaan. "Kami masih terus periksa saksi-saksi. Terkait soal K3, kalau kecelakaan kerja karena longsor ya tetap aja kan dia enggak selamat walaupun pakai helm, rompi dan sebagainya," tutur Mustakim.

Sementara itu, Direktur Utama PAM Jaya, Erlan Hidayat, memastikan bahwa seluruh biaya dan keperluan pemakaman korban kecelakaan akan dipenuhi oleh pihak kontraktor.

"Saya sudah memonitor dengan kontraktornya dan sudah juga berkoordinasi dengan pihak BPJS Ketenagakerjaan. Jadi, seluruh santunan yang diperlukan dalam kaitannya dengan kejadian ini akan dipenuhi oleh pihak kontraktor yang bekerja untuk PAM Jaya," ujarnya melalui sambungan telpon.

Baca juga artikel terkait KECELAKAAN KERJA atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Muhammad Akbar Wijaya & Maulida Sri Handayani