Menuju konten utama

ISIS Ubah Strategi Setelah Dilumpuhkan di Beberapa Negara

Pejabat teras kontraintelijen Kurdi Lahur Talabany mengatakan ISIS kini mengubah taktik kendati moralnya sudah jatuh.

ISIS Ubah Strategi Setelah Dilumpuhkan di Beberapa Negara
Kelompok ISIS. FOTO/IStimewa

tirto.id - Pejabat teras kontraintelijen Kurdi Lahur Talabany mengatakan ISIS kini mengubah taktik kendati moralnya sudah jatuh.

Menurut dia butuh waktu tiga sampai empat tahun untuk menghancurkan ISIS dengan menguasai gunung-gunung dan gurun-gurun yang akan dijadikan ISIS sebagai medan gerilya dan serangan bom bunuh diri.

"Saya kira mereka siap dengan pola baru berperang. Kami menghadapi hari-hari yang jauh lebih keras di depan kita ketimbang yang dikira sebelumnya. 'Alqaeda dalam steroid'," kata Talabany.

"Kami menyaksikan mengapa mereka lebih pintar. Alqaeda tidak pernah menguasai wilayah. Mereka akan lebih pintar," kata dia seperti dikutip Reuters.

Berbagai laporan yang menyebutkan Baghdadi tewas telah menimbulkan pertanyaan mengenai siapa penggantinya, apakah orang Irak juga, orang Arab lainnya, atau para petempur legiun asing.

Para pejabat intelijen Irak yang pernah berbakti pada pemerintahan Saddam Hussein digambarkan sebagai para ahli strategi militer yang instrumental dalam menciptakan rezim teror ISIS.

Talabany mengaku sulit mengetahui pembantu dekat Baghdadi mana yang masih hidup atau telah mati. Tetapi dia meyakini kepemimpinan ISIS kini ada di Suriah, di selatan Raqqa.

Generasi muda mantan sekutu-sekutu Saddam diperkirakan akan mengisi posisi-posisi kunci ISIS.

"Generasi muda selalu lebih berbahaya," kata Talabany.

Pihak keamanan menghadapi tantangan yang sulit dalam menghancurkan sel-sel tidur yang biasanya terdiri dari dua fasilitator dan dua operator.

"Anda tak butuh banyak orang untuk meledakkan bom. Kami terus memburu sel-sel tidur ini," kata Talabany. "Semua orang yang kami tangkap sudah siap merancang serangan di kawasan ini."

Talabany meninggalkan Irak saat berusia 12 tahun ketika Saddam Hussein menindas Kurdi. Keluarganya melancarkan perang gerilya dari gunung-gunung.

Ketika diminta membandingkan tantangan masa lalu dengan saat ini di mana ISIS berusaha bangkit dan ketegangan sektarian mengancam keamanan Irak, dia menjawab: "Kami sekarang punya banyak kebebasan. Tapi masalahnya jauh lebih sulit."

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Hukum
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri