Menuju konten utama

Ironi Pembangunan Bandara, Habiskan Anggaran Besar tapi Mati Suri

Pengamat Transportasi Alvin Lie menjelaskan, Bandara Kertajati bahkan tidak memiliki jadwal penerbangan sama sekali.

Ironi Pembangunan Bandara, Habiskan Anggaran Besar tapi Mati Suri
Area check-in penumpang di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Masih ingat Bandara Kertajati di Majalengka? Rencananya bandara itu akan menjadi bandara khusus yang difungsikan untuk umrah dan haji. Tak sampai di sana, rencananya industri penerbangan juga akan terpusat di Majalengka.

Komisaris Utama PT Regio Aviasi Industri Ilham Akbar Habibie di 2020 pernah menyebut, bandara ini berpotensi menjadi lokasi yang sangat strategis dan punya potensi bisnis besar.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi saat ini. Pengamat Transportasi Alvin Lie menjelaskan, Bandara Kertajati bahkan tidak memiliki jadwal penerbangan sama sekali.

Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati belum menerima penerbangan komersial sejak April 2020 lalu, karena pandemi. Namun, direncanakan pada November mendatang sudah mulai menerima penerbangan haji.

“Membangun mengembangkan bandara harus ada kajian yang komprehensif dan objektif ini kan infrastruktur yang dinamis, saat mau bangun bandara harus diproyeksikan untuk kebutuhan 50-100 tahun mendatang, tapi membangunnya bukan untuk 50-100 tahun mendatang. Tapi bangunnya untuk kebutuhan mungkin 5-10 tahun dulu, kecil dulu kemudian nanti dikembangkan bukan bangun besar karena biaya operasional, perawatan tinggi, tidak ada income, itu akan bunuh bandara itu,” jelas dia kepada Tirto, Senin (12/9/2022).

Beberapa bandara baru selain BIJB juga bernasib sama, 'mati suri'. Misalnya, Bandara JB Soedirman, Purbalingga, Jawa Tengah. Bandara JB Soedirman saat ini terpantau tidak memiliki jadwal penerbangan lagi.

Sebelumnya, bandara ini digunakan maskapai Citilink dengan tujuan Jakarta-Purbalingga dan sebaliknya, namun belum lagi terlihat ada jadwal penerbangan ini pada platform penjualan tiket pesawat.

Kemudian ada pula Bandara Ngloram, Blora yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Desember lalu. Hingga saat ini tidak ada jadwal penerbangan yang beroperasional pada rute dari maupun ke bandara yang berada di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Terakhir, Alvin juga menyebut Wiriadinata, di Tasikmalaya. Bandara yang diresmikan pada Februari 2019 lalu juga terpantau belum memiliki jadwal penerbangan yang dijual pada platform pembelian tiket pesawat.

“Kalau pertimbangannya tadi kan membangun bandara tidak hanya bandaranya tapi lingkungannya, ekosistemnya. Pusat belanja, kalau mau yang sepi itu dioptimalkan untuk logistik sama seperti skema Susi Air. Kan dia ada usaha di Pangandaran kemudian butuh akses akhirnya buatlah Susi Air. Jadi buat ekosistem dulu kalau mau bandara itu ramai,” terang dia.

Bandara YIA Berpotensi Senasib dengan BIJB

Aksesibilitas menjadi hal utama sebelum bandara itu dibangun. Alvin menjelaskan, Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo, akan menjadi seperti BIJB jika aksesnya masih susah. Saat mulai beroperasi, bandara senilai Rp 12 triliun ini berada pada kondisi Indonesia memutuskan status pandemi karena Virus Corona.

“Bandara Yogyakarta itu berpotensi seperti Kertajati, karena memang penerbangannya ini masih jauh di bawah standar. Karena akses ke sana itu balik lagi ya, tidak ada jalan tol. Jarak antara bandara Yogyakarta ke pusat kota, itu 60 kilometer jarak tempuhnya kalau lalu lintas lancar ya. Saya pernah jalani sendiri itu ada 90 menit,” jelas dia.

Kondisi sepi tersebut sepertinya belum menjadi bahan kajian, pasalnya, pemerintah tetap akan melanjutkan penambahan proyek pembangunan di beberapa kawasan Indonesia.

Plt Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Nur Isnin Istiartono menjelaskan, pihaknya masih akan membangun 10 bandara dan 9 terminal baru yang akan diresmikan oleh Presiden Jokowi sebelum 2024. Pada saat bersamaan, terpantau bandara-bandara baru di Indonesia ada yang bak 'mati suri'.

Ia mengatakan dari data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan Rencana Strategis Proyek Strategis dalam Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, ada 19 proyek prioritas pembangunan bandara untuk diresmikan Presiden Joko Widodo sebelum 2024.

"10 diantaranya bandara baru," kata Nur Isnin dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI, Kamis (1/9/2022).

10 Bandara tersebut adalah Bandara Siau, Bandara Tambelan, Bandara Nabire Baru, Bandara Baru Siboru, Bandara Baru Mentawai, Bandara Baru Mandailing Natal, Bandara Baru Pohuwato, Bandara Baru Bolaang Mongondow dan Bandara Baru Banggai Laut.

Sementara ada 11 terminal baru di bandara eksisting mulai dari Terminal Bandara Ende-NTT, Terminal Bandara Waingapu-NTT, Terminal Bandara Timika-Papua, Terminal Bandara Karimunjawa-Jawa Tengah, Terminal Bandara Tampa Padang-Sulawaesi Barat, Terminal Bandara Malinau, Terminal Bandara Tolitoli, hingga Terminal Bandara Mulia-Papua.

Pada outlook pagu anggaran Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan tahun anggaran 2023 ada 6 bandara baru yang akan dibangun dengan anggaran Rp 1,13 triliun. Mulai dari Bandara Banggali Laut, Bandara Pahuwanto, Bandara Bolmong, Bandara Sobaham, Bandara Singkawang dan Bandara Mandailing Natal.

Dalam tabel pada laman Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub menerangkan, ada 340 bandara di Indonesia. Namun, hanya terdapat 34 bandara internasional sehingga mungkin hanya ada beberapa bandara atau kode IATA yang dikenal. Sisanya merupakan bandara kategori domestik yang menangani penerbangan domestik atau lokal antar wilayah.

Baca juga artikel terkait PEMBANGUNAN BANDARA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Anggun P Situmorang