Menuju konten utama

Ironi dan Kepahitan di Pengujung Hayat Nicky Hayden

Kisah kemunculan dan kejatuhan, juga kelahiran dan kematian, seorang juara dunia MotoGP.

Ironi dan Kepahitan di Pengujung Hayat Nicky Hayden
Nicky Hayden. FOTO/Getty Images

tirto.id - Seri balapan Superbike World Championship seri Italia yang berlangsung di sirkuit Imola berakhir pada 14 Mei 2017. Nicky Hayden, pembalap tim Honda, hanya mampu finis di urutan ke-12 di balapan hari kedua. Ia gagal finis di balapan pertama setelah motor CBR1000RR SP2 yang ditungganginya mengalami masalah teknis.

Seusai balapan, ia tetap di Italia dan tinggal di daerah Rimini yang letaknya tak jauh dari sirkuit Misano. Pada 17 Mei, saat sedang latihan dengan sepedanya di lingkungan sekitar sirkuit, ia mengalami kecelakaan. Ia yang sedang bersepeda sambil memasang earphone itu ditabrak sebuah mobil yang datang dari arah berlawanan.

Tak diketahui berapa kecepatan mobil saat tabrakan terjadi, namun tabrakan itu menghancurkan bagian kaca depan mobil dan membuat bagian atapnya bengkok. Sepeda yang ditunggangi Hayden terpental dengan kondisi terbelah dua.

Baca juga: Seluk-beluk MotoGP 2017.

Bocah dari Kentucky

Nicky Hayden yang lahir di Owensboro, Kentucky, Amerika Serikat, 35 tahun silam, sudah mengakrabi motor sejak kecil. Ayahnya membangun sebuah sirkuit tanah untuk Hayden dan keempat orang saudara kandungnya saat tinggal di daerah pedesaan di Kentucky. Dari trek inilah ia belajar membalap motor untuk pertama kalinya.

Setelah belajar dari trek keluarganya, karier membalapnya dimulai saat usianya baru empat tahun di Paducah International Raceway. Sejak saat itu, ia berkompetisi secara reguler di kategori dirt bike dan menghabiskan hampir setiap akhir pekan untuk bepergian ke berbagai trek bersama keluarganya.

Pada usia 16 tahun, ia pindah dari dirt bike ke road race dan membalap secara profesional di kejuaraan America Motorscyclist Association (AMA) untuk kelas Supersport 750 dan 600. Gelar profesional pertamanya ia raih di tahun 1999 saat menjuarai AMA Supersport 600. Ia menjadi pembalap termuda yang pernah menjadi juara di kelas ini. Honda menghadiahi Hayden “kenaikan kelas” ke AMA Superbike dan membalap untuk tim pabrikan mereka.

Setelah menduduki posisi kedua pada 2000 dan ketiga pada 2001 di klasemen akhir, ia akhirnya merasakan gelar juara AMA Superbike pada 2002. Sama seperti gelar juara sebelumnya, di kelas ini Hayden juga menjadi juara termuda.

Honda kembali mengganjar Hayden dengan "kenaikan kelas". Tidak tanggung-tanggung: Honda memberinya tiket membalap di MotoGP bersama tim pabrikan Repsol Honda sebagai partner Valentino Rossi.

Meski awalnya diragukan, Hayden menjawabnya dengan prestasi. Ia mampu berada di posisi kelima klasemen akhir MotoGP 2003 dengan naik podium di sirkuit Motegi dan Philip Island. Pencapaian Hayden dipertegas dengan gelar Rookie of The Year yang disabetnya di akhir musim.

Puncak prestasinya diraih pada musim balap 2006. Bersaing dengan mantan rekan setimnya, Valentino Rossi, yang saat itu membalap untuk tim pabrikan Yamaha, ia mampu menjadi juara dunia MotoGP.

Baca kisahnya menjadi juara:

Mengenang Kembali Kemenangan Hebat Nicky Hayden.

Ia sebenarnya hanya memenangkan dua balapan saja. Persaingan begitu ketat karena di akhir klasemen Hayden unggul hanya dengan lima poin atas Rossi. Faktor konsistensi menjadi kunci kemenangan Hayden. Ia selalu finis di atas 10 besar selama satu musim dan hanya sekali gagal menyelesaikan balapan.

Hal ini berbeda dengan kinerja Rossi. Meski memenangkan balap sebanyak lima kali, akan tetapi Rossi tiga kali gagal menyelesaikan balapan dan dua kali finis di luar 10 besar.

Namun, sejak menjadi juara dunia MotoGP, prestasinya terus merosot. Dua musim berikutnya di tim pabrikan Repsol Honda, Hayden hanya finis di urutan ke-8 klasemen akhir musim balap 2007 dan urutan ke-6 di akhir musim balap 2008. Ia bahkan hanya mampu finis empat kali di podium dalam kurun waktu itu (baca: Ucapan Duka Cita dan Kenangan tentang Hayden).

Imbasnya, baik Honda maupun Hayden sepakat untuk tidak melanjutkan kerja sama mereka. Hayden lantas menerima pinangan tim pabrikan Ducati untuk menjadi tandem juara dunia MotoGP 2007, Casey Stoner.

Prestasinya tak kunjung membaik meski telah berpindah tim. Selama menjadi pembalap tim pabrikan Ducati dari musim 2009 hingga 2013, prestasi terbaiknya hanya menempati posisi ke-7 di klasemen akhir pembalap pada musim balap 2010.

Prestasi Hayden yang tak kunjung membaik membuat gerah tim Ducati. Pada Juli 2013, Ducati mengkonfirmasi mereka tidak memperpanjang kontrak Hayden, sekaligus mengakhiri kerja sama yang telah terjalin selama 5 tahun.

Tiga bulan tanpa kepastian di musim balap 2014, akhirnya Hayden sepakat untuk bergabung dengan tim satelit Aspar. Selama dua musim membalap di tim ini, Hayden tak ubahnya pelengkap formasi grid MotoGP saja. Hasil balap terbaiknya hanya pada balapan pertama musim 2014 saat ia meraih posisi 8 di GP Qatar.

Mandeknya kinerja membuatnya sadar diri. Ia memutuskan untuk tak lagi balapan di MotoGP. Pada musim balap 2016, ia hijrah ke balapan World Superbike.

Infografik Nicky Hayden

Sebagai bentuk perpisahan dengan balap MotoGP, namanya diabadikan ke dalam MotoGP Hall of Fame sebagai legenda MotoGP ke-22 atas prestasinya selama 13 tahun berkarier di MotoGP. Total ia sekali menjadi juara dunia, tiga kali juara Grand Prix, 28 kali naik podium, tujuh kali pole position, dan lima kali mencatatkan fastest lap.

Kendati telah bergabung di World Superbike, pada musim balap 2016 ia dua kali turun di balapan MotoGP sebagai pembalap pengganti. Bulan September, ia membalap untuk tim satelit Estrella Galicia 0,0 Marc VDS menggantikan Jack Miller yang cedera. Comeback-nya cukup impresif karena mampu menyumbangkan satu poin dengan finis di urutan ke-15.

Ia kembali ke balap MotoGP pada bulan Oktober untuk tim pabrikan Honda menggantikan Dani Pedrosa yang cedera. Sempat berada di posisi tujuh, ia finis di urutan ke-17 setelah sempat terjatuh akibat bertabrakan dengan Jack Miller, pembalap yang sebelumnya ia gantikan.

Setelah lima hari dalam keadaan kritis dirawat di Maurizio Bufalini Hospital, Cesena, Hayden akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 22 Mei 2016. Menghabiskan hampir seluruh hidup dan kariernya dengan penuh bahaya di dunia balap motor, justru malah kecelakaan sepeda yang mengakhiri hidup bocah dari Kentucky ini.

Tidak hanya ironis, tapi juga pahit. Ia menghembuskan nafasnya yang terakhir saat kariernya sudah nyaris habis.

Ride on, Kentucky Kid!

Baca juga artikel terkait NICKY HAYDEN atau tulisan lainnya dari Arya Vidya Utama

tirto.id - Otomotif
Reporter: Arya Vidya Utama
Penulis: Arya Vidya Utama
Editor: Zen RS