Menuju konten utama

IPO Persija dan Bali United Bakal Bernasib Seperti Persib?

Sebelum Persija dan Bali United, Persib Bandung sempat menyatakan ingin melantai di bursa.

IPO Persija dan Bali United Bakal Bernasib Seperti Persib?
Pesepak bola Bali United Stefano Lilipaly (kanan) berebut bola dengan pesepak bola Persela Lamongan Ahmad Birrul Walidain (kiri) saat pertandingan leg kedua Babak 16 besar Piala Indonesia di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Jumat (22/2/2019). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/wsj.

tirto.id - Ada keuntungan yang bisa dikantongi korporasi bila berstatus sebagai perusahaan terbuka. Setidaknya punya akses terhadap sarana pendanaan jangka panjang, meningkatnya nilai dan citra perusahaan, hingga insentif pajak dari pemerintah.

Belakangan nama dua klub sepakbola, Persija dan Bali United muncul dalam jajaran korporasi yang berminat masuk bursa saham. Bali United termasuk yang paling menunjukkan keseriusan melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Persija belum ke IDX (BEI). Bali United sudah menyampaikan rencana secara lisan, namun belum menyampaikan dokumen,” kata I Gede Nyoman Yetna Setya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI dikutip dari Antara.

Bali United sudah menunjuk PT Kresna Sekuritas dam PT Buana Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek (underwriter) dari rencana IPO. Rencananya, Bali United akan melepas 30 persen perseroan. “Iya benar, Kresna Sekuritas dan Buana Capital Sekuritas yang nanti menjadi underwriter-nya [IPO Bali United],” kata Octavianus Budiyanto, Direktur Utama PT Kresna Sekuritas kepada Tirto.

Hingga saat ini, BEI memang belum memiliki anggota atau emiten yang berasal dari korporasi sepakbola. Meski begitu, keinginan klub sepakbola untuk IPO tampaknya tidak surut-surut.

Sebelum Persija dan Bali United, klub sepakbola ternama Persib Bandung juga sudah lebih dulu menyatakan ketertarikan pada 2012. Rencananya, Persib akan melepas 45 persen sahamnya ke publik.

Manajemen PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) selaku perusahaan pengelola klub Persib kala itu sempat yakin Persib akan menjadi klub pertama yang terdaftar di BEI. Sayang, dalam perjalanannya, rencana IPO terpaksa batal.

Rencana kedua klub Persija dan Bali United disambut positif oleh otoritas bursa. Apalagi, otoritas bursa juga menargetkan sebanyak 35 perusahaan baru akan melantai di pasar modal pada 2019.

Namun, untuk menjadi perusahaan terbuka tidaklah mudah. Selain klub sepakbola harus memiliki pembukuan yang rapi, klub juga harus memiliki nilai jual yang menarik di mata investor.

“Kami siap mendukung dan membantu prosesnya lebih baik. Ini kan pionir, pasti ada proses yang harus betul-betul dipastikan supaya tidak kesulitan,” kata Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi dikutip dari Antara.

"Apalagi untuk segmen industri Persija, yang kepemilikan dan keterikatannya dengan publik cukup tinggi," ujar Fawzi.

Menyoal kepemilikan dan keterkaitan dengan publik yang melekat pada Persija, sembilan dewan direktur Persija saat ini, tujuh di antara punya keterikatan dengan unit bisnis keluarga Bakrie. Andre Rizki Makalam saat ini menjabat Direktur PT Bakrie Pangripta Loka. Sedangkan Fandrizal Rabain dalah Presiden Direktur PT Bakrie Pesona Rasuna.

Dua perusahaan itu anak usaha perusahaan Grup Bakrie yang jadi perusahaan publik yaitu PT Bakrie Development Tbk. Ambono Janurianto, Bambang Irawan Hendradi duduk di kursi komisaris Persjia. Keduanya sebagai presiden direktur dan presiden komisaris di PT Bakrieland Development Tbk, yang juga perusahaan publik.

Sementara itu, Bali United yang merupakan milik konglomerat Pieter Tanuri, justru sebaliknya. Kedekatannya dengan perusahaan publik makin pudar, setelah Pieter Tanuri menjual dan mengalihkan saham-sahamnya di PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) secara langsung kepada Michelin, tanpa menyisakan sedikitpun saham.

Di luar persoalan itu, ada tahapan proses yang harus dilalui klub sepakbola untuk menjadi perusahaan terbuka. Sedikitnya, ada empat proses yang harus dilalui. Pertama, menunjuk underwriter dan persiapan dokumen. Setidaknya tahapan ini sudah dilakukan oleh Bali United.

Kedua, menyampaikan permohonan pencatatan saham ke BEI dan penyampaian pernyataan pendaftaran ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada tahap ini, BEI juga akan melakukan penelaahan atas permohonan yang diajukan perusahaan yang akan IPO.

Hal-hal yang ditelaah antara lain seperti profil perusahaan, rencana bisnis, rencana penawaran umum, dan kondisi keuangan. Proses ini akan membantu memahami posisi perusahaan, masa depan serta prospek bisnis perusahaan, secara fundamental.

Ketiga, penawaran umum saham kepada publik. Masa penawaran umum saham kepada publik dilakukan selama 1-5 hari kerja. Pada tahap ini, perusahaan bisa melihat seberapa besar minat beli dari investor, apakah terjadi kelebihan peminat (oversubscribe) atau sebaliknya.

Keempat, pencatatan dan perdagangan saham di BEI. BEI memberikan persetujuan dan mengumumkan pencatatan saham perusahaan dan kode saham perusahaan untuk keperluan perdagangan saham.

Infografik Klub bola di pasar saham

Infografik Klub bola di pasar saham. tirto.id/Fitra

Sepakbola Punya Peluang Masuk Bursa?

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menilai industri sepakbola memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Hal itu bisa dilihat dari jumlah penonton dan fans yang selalu membludak setiap klub mereka bermain. Kondisi ini jadi aspek fundamental bagi korporasi klub sepakbola.

“Kondisi penonton saat ini juga berbeda ketimbang 10 tahun yang lalu. Penghasilan mereka sudah lebih tinggi. Selain beli tiket, mereka juga membeli merchandise, syal, dan lainnya. Perputaran uangnya besar sekali di sini,” jelasnya kepada Tirto.

Sepakbola di Indonesia memang belum jadi industri macam di Eropa atau kawasan lainnya. Namun, perputaran bisnis di sepakbola tak bisa diabaikan. Saat babak penyisihan Piala Presiden 2018 misalnya, dari 15 laga yang digelar kala itu, total pendapatan tiket yang diraup mencapai Rp9,9 miliar. Sementara itu, total keuntungan pedagang selama babak penyisihan mencapai Rp3,42 miliar. Angka-angka ini hanya segelintir dari perputaran dunia sepakbola di Indonesia.

Selain itu, klub sepakbola juga kerap mendapatkan sponsor dengan nilai kontrak yang tidak kecil. Ambil contoh Persib. Konon klub Maung Bandung mengklaim meraih ratusan miliar dari sponsor pada 2018. Ini terlihat dari begitu ramainya logo di seragam mereka.

Namun, tidak sedikit yang pesimistis dengan rencana klub sepakbola melantai di bursa. Apalagi situasi sepakbola Indonesia saat ini juga masih carut marut, banyak sentimen negatif yang membayangi, terutama dari faktor eksternal.

Mulai dari seringnya aksi kerusuhan di setiap pertandingan. Kemudian, persoalan gaji pemain yang tidak dibayar. Kondisi ini masih sering terjadi di sejumlah klub, terutama dengan tata kelola keuangan yang pas-pasan.

Persija dikabarkan masih terbelit persoalan keuangan. Setiap tahun, pendapatan klub berjuluk Macan Kemayoran itu disebut lebih kecil dari pembiayaan, meski saat ini diklaim klub mulai ada perbaikan.

“Buku keuangan Persija 2018 sudah mulai biru, walau arus kas masih minus karena pendapatan dari PT Liga Indonesia Baru belum bisa ditunaikan. Baru sebatas komitmen,” tutur Dirut Persija Jakarta Kokoh Afiat seperti dilaporkan Tirto.

Namun, untuk beberapa kasus IPO, BEI bisa memberi lampu hijau perusahaan yang belum untung untuk melantai di bursa karena berbagai pertimbangan, seperti startup atau industri lainnya yang diyakini punya prospek.

Persoalan lainnya, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) kembali dihantam isu skandal pengaturan skor pertandingan sepakbola. Kasus ini menambah tumpukan berbagai masalah yang tak kunjung dituntaskan PSSI. Skandal pengaturan skor pertandingan Liga 1 diduga menyeret Bali United sebagai klub yang akan melantai di bursa. Pihak manajemen Bali United melalui akun Instagramnya telah menepis dugaan ini.

Alfred menilai sentimen negatif terhadap industri sepakbola memang lebih banyak dari faktor eksternal, ketimbang internal klub. Namun, kondisi ini sebenarnya bagus lantaran industri sedang menuju perubahan untuk lebih baik. Namun, kondisi agak berbeda jika ternyata persoalan datang dari internal klub. Bagi pasar, ini sifatnya sensitif. Jika persoalan benar datang dari internal klub, kondisi ini bisa menjadi batu sandungan yang besar bagi klub dalam menarik investor.

“Jadi menurut saya, kalau persoalannya eksternal, maju terus saja [IPO]. Tapi kalau ternyata ikut terkait, ada baiknya untuk diselesaikan terlebih dahulu, daripada nanti kesulitan menarik dana,” jelas Alfred.

Wanti-wanti dari Alfred ini sepatutnya jadi catatan bagi klub sepakbola, terutama Bali United atau klub lainnya seperti Persija yang akan melantai di bursa, kini dalam lingkaran dugaan kasus pengaturan skor Liga 1. Sebab, bila persoalan internal klub belum tuntas, maka IPO malah jadi bikin "buntung".

Baca juga artikel terkait PSSI atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Bisnis
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Suhendra