Menuju konten utama

Investasi Proyek Grasifikasi Batu Bara di RI Masih Menantang

APBI sebut mundurnya investor tersebut menandakan bahwa aspek keekonomian investasi proyek gasifikasi batu bara di Indonesia masih menantang.

Investasi Proyek Grasifikasi Batu Bara di RI Masih Menantang
Suasana bongkar muat batu bara di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (7/10/2022). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/nym.

tirto.id - Perusahaan asal Amerika Serikat, Air Products & Chemical Inc (APCI) mengundurkan diri dari Proyek Strategis Nasional (PSN) gasifikasi batu bara menjadi DME milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Muara Enim, Sumatera Selatan. Surat pengunduran diri APCI disampaikan ke Kementerian Investasi beberapa waktu lalu.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, mundurnya investor tersebut menandakan bahwa aspek keekonomian investasi proyek gasifikasi batu bara di Indonesia masih menantang. Mulai dari mencari funding hingga konsistensi regulasi.

"Apalagi proyek gasifikasi itu jangka panjang, tantangan harga jual DME, harga batu bara yang sedang tinggi, teknologi yang mahal dan lain-lain," kata Hendra kepada Tirto, Kamis (16/3/2023).

Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail sebelumnya enggan membeberkan alasan Air Products memilih mundur dari proyek tersebut. Saat ini, pihaknya masih dalam proses mencari partner penggantinya.

"Kita tentunya jalan terus yang jelas kita sudah mempersiapkan kawasan hilirisasi batu bara siapapun yang berpartner bisa dilakukan kerja sama yang menguntungkan untuk kedua belah pihak," ujarnya.

Air Products membentuk konsorsium bersama dengan PT Bukit Asam dan juga PT Pertamina (Persero). Konsorsium ini dibentuk untuk pendirian perusahaan patungan di bidang bisnis pengolahan batu bara dan produk turunannya di Sumatera Selatan (Sumsel).

Proyek DME yang ditarget commercial operation date (COD) pada kuartal IV/2027 itu menarik investasi awal dari Air Products sebesar 2,1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp30 triliun. Target COD itu sebenarnya molor dari rencana awal yang sempat ditetapkan pada 2024.

Air Products menggenggam saham mayoritas mencapai 60 persen dari proyek gasifikasi itu yang diikuti dengan PTBA dan PT Pertamina (Persero) masing-masing 20 persen. Sementara masa kontrak Air Products ditenggat selama 20 tahun dengan skema opsi BOT pada akhir kerja sama.

Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun.

Pertamina direncanakan menjadi penyalur atau distributor tunggal DME yang diproduksi dari proyek tersebut. Harapannya Pertamina mendapat margin dari setiap penjualan produk substitusi LPG tersebut.

Baca juga artikel terkait GRASIFIKASI BATU BARA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - News
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Reja Hidayat