Menuju konten utama

Internet Stabil, Bekal Penting di Tengah Pandemi

Teknologi canggih 5G yang memungkinkan hadirnya kecepatan data tinggi.

Internet Stabil, Bekal Penting di Tengah Pandemi
Ilustrasi seseorang menggunakan smartphone. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Coba bayangkan, apa jadinya bila masa pandemi ini mesti kita lewati tanpa internet?

Hal yang kita lakukan sehari-hari tak pernah jauh dari koneksi internet, seperti komunikasi dengan orang terdekat hingga yang terjauh, mencari berbagai informasi, urusan pekerjaan atau bisnis, pendidikan, ibadah, dan hal krusial lainnya. Maka tak bisa dimungkiri, koneksi internet yang stabil menjadi kebutuhan pokok, terutama sebagai bekal untuk bertahan di tengah pandemi.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkap hasil survei pengguna internet periode 2019 hingga kuartal II 2020 atau sepanjang masa pandemi. “Survei ini menggambarkan ada kenaikan jumlah pengguna internet Indonesia sebesar 8,9 persen atau setara 25,5 juta pengguna di medio tahun ini,” kata Ketua Umum APJII Jamalul Izza dalam keterangan tertulis.

Artinya, bila ditotal, pengguna internet di negara kita saat ini telah mencapai 73,7 persen dari jumlah penduduk atau setara 196,7 juta orang.

Survei Alvara Research Center terhadap 7.000 responden juga mengungkap jika sepanjang pandemi 29 persen pengguna mengakses internet selama 4–6 jam sehari (heavy user), kemudian 20,8 persen mengaksesnya 7–10 jam (addicted user), 18,8 persen selama 1–3 jam (medium user), 15,8 persen mengaku mengakses internet di atas 13 jam, 12,1 persen selama 11–13 jam, dan 3,4 persen sisanya menggunakan internet kurang dari 1 jam (light user) dalam sehari.

Pengeluaran belanja internet masyarakat otomatis ikut naik dibandingkan dengan tahun lalu—dari 6,1 persen menjadi 8,1 persen.

Dari sekian banyak orang yang telah melek internet, hanya 7,5 persen yang memanfaatkan layanan wireless fidelity (wifi) dan 7 persen menggunakan layanan internet kabel.

“Mayoritas pengguna tidak berlangganan internet tetap di rumah,” tambah Jamal. Ponsel pintar memang menjadi perangkat favorit 95,4 persen pengguna internet sehingga mereka pilih membeli paket data dari operator seluler.

Kenaikan pengguna internet disebabkan sejumlah faktor, di antaranya, transformasi digital yang kian masif untuk kebutuhan work from home dan pembelajaran online, serta didukung pula oleh infrastruktur internet stabil yang kian merata.

Infografik Advertorial AXIS 2

Infografik Advertorial Internetan Tetap Asik Meski Pandemi. tirto.id/Mojo

Fiberisasi di Segala Kondisi

Omong-omong soal internet stabil, pandemi rupanya tak membuat PT XL Axiata berhenti berekspansi. Sebaliknya, fiberisasi jaringan di berbagai daerah justru terus diupayakan demi memenuhi kebutuhan internet stabil—tentunya tanpa mengabaikan protokol kesehatan.

Secara teknis, fiberisasi merupakan ikhtiar modernisasi jaringan dengan menghubungkan Base Transceiver Station (BTS) melalui jalur fiber, termasuk di antaranya meregenerasi perangkat-perangkat BTS yang telah usang.

Alhasil, sampai dengan pertengahan tahun, 53 persen BTS dari total target tahun 2020 telah terhubung dengan jaringan fiber. Jaringan di 200 kota dan kabupaten pun telah terfiberisasi, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan, Bandung, Palembang, Makassar, Balikpapan, Denpasar, Manado, Cirebon, Bekasi, Banjarmasin, Malang, hingga Kabupaten Deli Serdang, Aceh Besar, Lebak, Berau, Indramayu, Kendal, Jembrana, dan Lombok Timur.

“Fiberisasi adalah salah satu program utama perusahaan dalam upaya meningkatkan kualitas jaringan data, termasuk sebagai bagian dari persiapan menuju implementasi 5G di masa mendatang,” ungkap Plt Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa.

Upaya ini terbukti mampu meningkatkan kualitas layanan data 4G sekaligus merupakan pintu gerbang masuknya layanan 5G yang membutuhkan kualitas lebih baik lagi. Teknologi canggih 5G yang memungkinkan hadirnya kecepatan data tinggi dan jumlah pemakai lebih banyak dengan delay lebih rendah hanya bisa dinikmati bila BTS terkoneksi dengan fiber.

Peralihan koneksi dari 4G menuju 5G kemudian melahirkan jaringan 4.5G terfiberisasi. Perusahaan operator telekomunikasi seluler yang sampai akhir September lalu memiliki 56,8 juta pelanggan ini mengembangkan jaringan 4.5G lewat AXIS. Secara otomatis, semua tarif dan paket AXIS telah didukung oleh jaringan XL Axiata yang tersebar luas di 485 kota di Indonesia.

Mengutip laman resmi AXIS, jaringan 4.5G menawarkan tingkat kecepatan yang lebih baik dan stabil sehingga mengakses internet jadi lebih menyenangkan. Jaringan 4.5G juga mendapatkan dukungan dua carrier: mode TDD (Time Division Duplex) dan FDD (Frequency Division Duplex). “Dukungan dari dua standar LTE inilah yang membuat tingkat kecepatan jaringan 4.5G menjadi lebih optimal. Proses mengunduh file yang cukup berat pun akan terasa lebih stabil dengan jaringan ini.”

“[…] Secara umum, kebutuhan pelanggan dan masyarakat atas data meningkat karena imbas dari Covid-19 yang memaksa mereka untuk bisa selalu mobile dan terkoneksi dengan internet dalam menjalankan aktivitas produktif,” tambah I Gede.

Sejalan dengan I Gede, Jamal mengungkap bahwa tahun ini mayoritas konten media online yang diakses pengguna merupakan konten pendidikan dan laman sekolah. Sedangkan selain media sosial, komunikasi lewat pesan, dan belanja online, konten hiburan juga paling kerap diakses—tak jauh-jauh dari video online, game online, dan musik online.

Tak ada satupun dari aktivitas tersebut yang tak membutuhkan koneksi stabil dan responsif. Maka jika jaringan sudah terfiberisasik oleh AXIS, tentu kamu bisa merasakan efek terfiberisasik yang membuat hidup lebih asyik.

Nah, agar akses internet untuk kebutuhan browsing, chatting, sampai download kian lancar alias bebas hambatan, segera upgrade kartumu ke 4G. Ucapkan selamat tinggal juga pada buffering saat streaming video dan lag saat push rank.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis