Menuju konten utama
Intan Rusia

Intan (Tidak) Berdarah Milik Rusia

Intan Rusia coba diklasifikasikan sebagai produk bermasalah oleh asosiasi. Namun upaya ini gagal. Intan Rusia bukan “intan konflik”.

Intan (Tidak) Berdarah Milik Rusia
Pendeta di Sierra Leone menemukan berlian mentah berukuran 706 karat di reruntuhan kota kuno. Foto/Reuters/Dylan Martinez

tirto.id - Baca bagian sebelumnya di sini.

Cerita di balik kemuliaan sebuah berlian kerap sama sekali tidak indah. Dalam beberapa kasus bahkan terkait dengan darah dan konflik yang akut. Itulah yang terjadi di, misalnya, Angola, Sierra Leone, dan Liberia. Dari kasus-kasus tersebut muncullah istilah blood diamond atau 'intan berdarah', juga conflict diamond atau 'intan konflik'.

Istilah tersebut kembali mengemuka seiring dengan invasi Rusia ke Ukraina.

Ada pula istilah lain yang terkait, yaitu Kimberley Process. Ini adalah suatu inisiatif yang dimulai sejak 2003, disokong oleh mandat dari PBB, untuk meregulasi perdagangan intan secara global. Konflik-konflik sipil di Afrika yang dibiayai oleh perdagangan gelap intan menjadi latar belakang dimulainya gerakan ini.

Kimberley Process diikuti oleh 59 peserta—terdiri dari pemerintah, organisasi ekonomi regional, bahkan asosiasi sipil—yang mewakili total sampai 85 negara. Mereka berusaha memastikan agar intan yang beredar di dunia bukanlah intan konflik.

Setiap bongkahan intan yang akan berpindah melintasi batas negara wajib dibekali dengan sertifikat yang menyatakannya terbebas dari konflik. Sertifikat bisa diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan logistik yang diberi izin oleh pemerintah anggota Kimberley. Dengan dokumen tersebut, legalitas transaksi intan dapat dijamin. Baik pihak penjual maupun konsumen bisa tenang karena merasa produknya sudah ditambang dengan etis dan bermoral.

Terlepas dari tujuan mulia Kimberley Process, pengertian mereka tentang “intan konflik” dianggap problematik, baik karena terlalu sempit atau malah kurang spesifik. Piagam Kimberley mendefinisikannya sebagai “berlian kasar [intan] yang digunakan oleh gerakan pemberontakan atau sekutunya untuk membiayai konflik bersenjata dalam rangka melemahkan pemerintahan yang sah.”

Samanth Subramanian dalam artikel di Quartz menjabarkan apa masalah dari definisi tersebut. Ia jelas bisa diterapkan pada bongkahan intan yang ditambang oleh grup-grup pemberontak di Angola, tetapi tidak berlaku pada bahan yang ditambang oleh pasukan bersenjata di bawah ketiak Presiden Zimbabwe Robert Mugabe yang merebut wilayah eksplorasi setelah membantai lebih dari 200 penambang setempat pada 2008.

Singkat kata, intan yang profitnya dipakai untuk membiayai konflik atau perang yang diinisiasi oleh negara tidak bisa dimasukkan dalam kategori “intan konflik”. Termasuk, tentu saja, intan dari Rusia.

Rusia adalah penyuplai intan terbesar di dunia. Penguasanya tidak lain adalah perusahaan semi-BUMN bernama Alrosa. Mereka telah memproduksi 93 persen dari total hasil tambang intan di Rusia, juga membanggakan diri sebagai perusahaan intan terbesar di dunia karena menyumbang 28 persen produksi intan.

Tentu saja Rusia mendapatkan uang dari perusahaan ini. Dan uang tersebut mungkin dipakai untuk membiayai invasi. Atas dasar itulah Alrosa disanksi beberapa komunitas internasional.

Gagal Diubah

Upaya untuk mengubah definisi “intan konflik” telah dilakukan menjelang rapat tahunan Kimberley Process di Botswana Juni silam. Tujuannya jelas agar bisa menjangkau aktor pemerintah atau negara, untuk kemudian mencegah mereka mendapatkan uang dari penjualan intan.

Beberapa saat sebelum acara dimulai, sejumlah negara peserta—Ukraina, Uni Eropa, Australia, Inggris, Kanada, dan AS—menyusun draf pembahasannya. Akan tetapi, seperti bisa diduga, proposal tersebut ditentang oleh Rusia. Juga sekutunya yang meliputi Belarusia, Republik Afrika Tengah, Kyrgyzstan, dan Mali.

Karena Kimberley Process hanya bisa mengambil keputusan berdasarkan konsensus, usulan topik tentang revisi definisi “intan konflik” pun akhirnya dihapus dari agenda pertemuan—dan tenggelam sudah peluang untuk membawa perubahan lebih baik dalam praktik perdagangan intan.

Peneliti industri berlian Hans Merket dalam wawancara dengan Time yang terbit awal Mei lalu sudah menduga Kimberley Process akan menghadapi kebuntuan tersebut. Menurutnya, yang seharusnya gencar berkoar-koar untuk menangguhkan transaksi intan asal Rusia adalah negara yang selama ini punya kepentingan kuat dalam industri tersebut: Belgia.

Belgia perlu memimpin Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi pada Rusia, kata Merket. Setelah itu, Uni Eropa dan AS sebagai pemain besar diharapkan bisa merangkul pemain besar lain agar mau ikut menghukum Rusia, dalam hal ini adalah India serta Uni Emirat Arab.

“Politikus Belgia dan pelaku sektor [industri intan] katanya bersedia memberi sanksi-sanksi apabila dikoordinasikan secara global. Kalau begitu, ya, mereka sendirilah yang perlu mulai mengoordinasikan sanksi, alih-alih bersembunyi dan menunggu apa yang bakal terjadi,” ujar Merket.

Bahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang turun langsung meminta Belgia bertindak. Itu terjadi pada akhir Maret silam, persis sebulan setelah tentara Rusia menginvasi Ukraina. Melalui pidato yang disiarkan secara daring, Zelensky menyampaikan kalimat menohok, “Menurut saya, perdamaian lebih penting daripada intan.”

“Ada orang-orang yang menganggap intan yang dijual di Antwerpen lebih penting. Apakah profit lebih penting daripada pertempuran yang tengah kami hadapi?”

Mantan aktor komedi ini berharap elite pejabat Brussels bersedia ikut serta menghukum Kremlin dengan menghentikan aktivitas impor intan dari Rusia.

Infografik Propaganda Kremlin Tentang Ukraina

Infografik Propaganda Kremlin Tentang Ukraina. tirto.id/Sabit

Intan, alias bongkahan batu berlian kasar atau mentah, merupakan komoditas ekspor Rusia yang sudah menyokong industri menggiurkan di Diamantkwartier, distrik seluas 2,5 kilometer persegi di Antwerp, kota paling padat penduduk di Belgia. Selama nyaris 600 tahun, kompleks bisnis tersebut dikenal sebagai jantung aktivitas perdagangan intan tersibuk di dunia. Di sana intan menjalani proses pengolahan seperti dipotong, dipoles, atau diasah sampai wujudnya berubah jadi berlian—batu kecil berkilauan yang kelak disematkan pada perhiasan.

Peran Antwerp dalam industri intan bisa dibilang tidak tergantikan. Mereka diklaim sudah mengontrol 86 persen perdagangan intan dan 50 persen berlian—yang total nilai transaksinya rata-rata menembus 200 juta dolar per hari atau 47 miliar dolar (Rp700 triliun) per tahun. Bukan tidak mungkin setiap intan atau berlian di muka bumi pernah singgah barang sekali saja di Antwerp.

Hubungan Belgia (Antwerp) dan Rusia (Alrosa) dalam hal ini cukup dekat. Tahun lalu, ketika pendapatan dari seluruh penjualan Alrosa menembus 4,2 miliar dolar (Rp63 triliun), diperkirakan 1,8 miliar (Rp27 triliun) berasal dari Antwerp semata. Kemudian, sepertiga intan produksi Alrosa dipasarkan oleh Belgia ke pasar dunia.

Otoritas dan pemangku kepentingan Belgia akhirnya memilih bungkam, jika bukan diam-diam menekan Uni Eropa agar membiarkan transaksi intan Rusia terus berjalan—sesuatu yang dapat dipahami dengan mempertimbangkan ketergantungan seperti yang dijabarkan di atas.

(Bersambung...)

Baca juga artikel terkait RUSIA atau tulisan lainnya dari Sekar Kinasih

tirto.id - Politik
Penulis: Sekar Kinasih
Editor: Rio Apinino