Menuju konten utama

INSTRAN: Rute Baru KRL Transit di Manggarai Beratkan Difabel

Institut Studi Transportasi (INSTRAN) mendapati, para penumpang mengeluh sering terjadi kekacauan ketika transit di Stasiun Manggarai, pagi atau sore hari.

INSTRAN: Rute Baru KRL Transit di Manggarai Beratkan Difabel
Penumpang KRL Commuterline berpindah tujuan kereta di stasiun transit Manggarai, Jakarta, Minggu (29/5/2022). ANTARA FOTO/Paramayuda/nz

tirto.id - Sepekan setelah diberlakukannya rute baru atas penerapan switch over (SO) 5 mayoritas pengguna kereta rel listrik (KRL) rute Bogor dan Depok merasa dirugikan. Institut Studi Transportasi (INSTRAN) mendapati, para penumpang mengeluh sering terjadi kekacauan ketika transit di Stasiun Manggarai, pagi atau sore hari.

"Sebelumnya pengguna KRL dari Bogor/Depok tanpa harus transit ketika melakukan perjalanan menuju Stasiun Sudirman dan Tanah Abang, namun kini harus transit di Manggarai. Keluhan pengguna transit di Manggarai karena naik turun dari lantai 1 ke 3 dan sebaliknya dan akses transit hanya ada tangga manual dan escalator yang sempit sehingga sangat tidak nyaman untuk proses transit yang membutuhkan waktu cepat dalam transit 5-7 menit untuk mengejar KRL lintas yang lain. Proses transit tersebut menambah derita bagi difabel disabilitas, manula, ibu hamil, anak-anak dan orang dengan bawaan berat," kata Direktur Eksekutif INSTRAN Deddy Herlambang menjelaskan, dalam keterangan resmi kepada Tirto.id, Rabu (8/6/2022).

Deddy menilai dilihat dari desain Stasiun Manggarai saat ini terlihat kemampuan stasiun masih kurang layak untuk menampung jumlah pengguna transit 120.000 orang per hari. Karena belum memenuhi sejumlah aspek, seperti ruang akses transit yang terbatas, jumlah tangga kurang lebar dan jumlah tangga kurang mencukupi.

"Kenyataan seperti ini pun di Manggarai seperti Stasiun Tanah Abang sebagai stasiun lama di kala peak yang juga tidak layak lagi sebagai sebagai stasiun transit. Tanah Abang kapasitas normal 30.000 orang per hari dipaksa menampung 100.000 penumpang per hari. Belajar dari ketidak mampuan Stasiun Tanah Abang, sebenarnya tidak perlu terjadi lagi di Manggarai karena sebagai stasiun baru," tuturnya.

Menurut data perbandingan penumpang sebelum pandemic covid-19, pengguna KRL mayoritas dari Bogor dan Depok sebesar 59,34 persen, sementara dari Rangkasbitung dan Serpong 16,3 persen, Cikarang dan Bekasi 15,97 persen dan Tangerang 8,4 persen.

"Dalam data tersebut adalah sangat ironis bahwa pengguna yang terbanyak dari lintas Depok dan Bogor malah harus transit di Manggarai. Jadi tidak heran pengguna dari lintas Bogor dan Depok tersiksa ketika transit. Sebenarnya kondisi sebelum SO5, transit di Manggarai sudah adil, artinya pengguna KRL dari feeder Angke-Tanah Abang-Sudirman tujuan Bogor dan Depok tidak perlu transit lagi," jelasnya.

Di tahun 2019 pengguna dari Bogor Ke Sudirman-Tanah Abang- Angke mencapai 73.848.157 orang per tahun, sementara dari Cikarang dan Bekasi lebih sedikit, yakni 53.673.499 orang per tahun. Dia menilai terlihat langkah buruk jika para penumpang yang terbanyak malah diminta transit di Manggarai.

Deddy menuturkan penerapan S05 di Stasiun Manggarai hanya berdasar atas kemudahan melayani kereta api. Tidak memikirkan hakikat kemudahan pelayanan penumpang atas tarikan perjalanan.

"Dalam hitungan kami, bila ditilik saat ini jumlah perjalanan kereta setelah SO5 KRL dari Bogor dan Depok ke Manggarai sebanyak 167 perka dan sementara KRL loop feeder dan KRL Cikarang dan Bekasi ke Sudirman-Tanahabang-Duri-Angke hanya sebanyak 75 perka. Jumlah perka sangat tidak berimbang, berbanding 1 : 2,2 sehingga tidak dapat dikatakan sebagai disintegrasi jadwal KRL," kata dia.

Deddy menjelaskan KRL loop feeder dengan headway rerata 10 menit, bila berbanding 1 : 2,2. Akibatnya pengguna rute Bogor/Depok berpotensi menunggu sampai 20 menit di Stasiun Manggarai. Kemudian bila akan melanjutkan ke Sudirman atau Tanah Abang kondisi itu akan mengakibatkan pengguna KRL menumpuk di peron Manggarai.

"Dari kondisional di atas sebaiknya regulator dan operator kereta api segera mengevaluasi kembali SO5 tersebut. Idealnya perencanaan pelayanan outcome hanya untuk kemudahan layanan penumpang bukan kepada layanan kemudahan operasi perkeretaapian. Harapan pengguna KRL bahwa layanan di Manggarai dikembalikan seperti sedia kala, yakni pengguna terbanyak dari Bogor/Depok bila mau ke Sudirman/Tanahabang tidak perlu transit," jelasnya.

Lebih lanjut, Deddy mengungkapkan proses transit di Manggarai sangat tidak diharapkan. Karena adanya tambahan waktu transit dan secara fisik melelahkan.

"Sebenarnya bila lebih kreatif dalam desain stasiun, transit dapat dilakukan hanya dalam 1 peron. 1 peron dengan 2 jalur dengan lintas KRL berbeda tujuan untuk transit atau 1 jalur 1 peron dengan 2 lintas KRL tujuan yang berbeda untuk transit. Dalam desain seperti ini akan lebih memudahkan pengguna KRL dalam transit, sehingga tidak perlu repot bersusah-payah naik turun lantai 1 dan 3 untuk transit," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait STASIUN MANGGARAI atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Intan Umbari Prihatin