Menuju konten utama

Insiden Makanan Hingga Ledakan: 38 Jam Menegangkan di Mako Brimob

Perlu waktu 38 jam bagi polisi untuk meringkus 155 narapidana dan tahanan kasus terorisme yang menguasai rumah tahanan cabang Salemba di Kelapa Dua Mako Brimob, Depok, Jawa Barat.

Insiden Makanan Hingga Ledakan: 38 Jam Menegangkan di Mako Brimob
Petugas Kepolisian Brimob siaga usai ledakan dalam proses evakuasi tahanan teroris di Mako Brimob, Depok, Kamis (10/5/2018). tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Ruangan di Blok C rumah tahanan cabang Salemba di Kelapa Dua yang terletak di kompleks Markas Komando (Mako) Brimob, Depok, Jawa Barat, tiba-tiba ramai oleh teriakan narapidana dan tahanan kasus terorisme (napiter), Selasa (8/5) sore.

Penyebabnya, Wawan Kurniawan alias Abu Afif marah kepada petugas karena makanan yang diantarkan keluarganya tak juga datang. Seorang polisi bernama Muhammad Ramdani bilang kalau makanan Wawan baru bakal diberi sehabis waktu Isya.

"Sipir anjing!" teriak Wawan menumpahkan kekesalannya. Cerita ini disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Mohamad Iqbal.

Wawan merupakan pimpinan Jamaah Ansharut Daulah Pekanbaru, Riau. Ia ditangkap lantaran terlibat dalam latihan militer di Jambi dan Riau.

Pada Oktober 2017, Karo Pengmas Mabes Polri Brigjen Rikwanto mengatakan Wawan punya peran memotivasi kelompoknya untuk menyerang kantor polisi. Kelompok ini kemudian dilatih persiapan teror (i'dad) dan latihan menembak di Bukit Gema, Kabupaten Kampar, Riau.

Teriakan Wawan jadi pemicu aksi napi lain. Pintu menuju tempat olahraga dijebol oleh penghuni Blok C yang jumlahnya mencapai 34 orang. Dari sana eskalasi terus meningkat, menegang, dan bahkan harus membuat beberapa orang meregang nyawa.

Polisi dan Napi Tewas

Wakapolri Komjen Syafruddin sempat menyebut awal insiden ini bermula terjadi sejak pukul 17.00 hari Selasa (8/5). Setelah menjebol pintu dan tembok, napi dari blok C memprovokasi yang lain. Selasa malam sekitar pukul 19.30, kerusuhan telah menjalar hingga Blok B. Keadaan semakin tidak terkendali. Napi bahkan berhasil masuk ke ruang pemeriksaan dan melukai beberapa anggota.

Pada Rabu (9/5) dinihari sekitar pukul 00.10 petugas mulai memasang kawat berduri di sekitar gerbang Mako Brimob. Warga dan wartawan diperintahkan untuk menjauh 100 meter dari lokasi. Polisi juga menutup jalan di depan Mako Brimob.

Empat orang polisi terluka yang diumumkan sekitar pukul 01.00 dini hari, Rabu (9/5). Kelompok napiter ini juga menyandera enam orang lain. Sampai saat itu belum ada kabar mengenai korban meninggal.

Situasi makin mencekam ketika pukul 02.15 sejumlah personel polisi diperintahkan untuk bersiap siaga. Mereka, dengan atribut lengkap, mengokang senjata laras panjang dan berjaga di depan kompleks Mako Brimob. Namun, penjagaan ini tidak lantas mencegah hal paling buruk terjadi di dalam.

Pagi harinya, Direktorat Polisi Satwa disulap jadi ruangan pusat informasi. Siang hari pada tanggal yang sama Iqbal sempat berkomentar kalau mereka masih dalam proses negosiasi. Iqbal enggan menyebut permintaan penyandera. Ia pun ketika itu belum bisa mengonfirmasi apa ada korban jiwa dalam kerusuhan di Rutan Mako Brimob atau tidak. Namun, mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya itu menegaskan kembali pemicunya berkaitan dengan masalah makanan.

Pukul 15.40, sumber Tirto yang tidak mau disebutkan namanya untuk pertama kalinya menyebut ada korban meninggal dalam kericuhan di malam sebelumnya. Sekitar pukul 16.20 ada pernyataan resmi dari polisi, memang ada korban meninggal dunia sebanyak 5 orang dari polisi, dan satu teroris juga meninggal. Selain itu, ada satu anggota polisi yang masih disandera.

Anggota polisi yang meninggal antara lain Bripda Wahyu Catur Pamungkas (Idensos), Bripda Syukron Fadhli (Idensos), Ipda Rospuji (Penyidikan), Bripka Denny (Penyidikan), Briptu Fandi (Penyidikan), dan teroris Benny Syamsu Tresno.

"Satu dari mereka terpaksa kami lakukan upaya karena melawan dan mengambil senjata petugas," kata Iqbal, menjelaskan kenapa ada tahanan yang meninggal.

Menjelang sore hari, sekitar pukul 18.10 hingga 19.30, para jasad korban meninggal dibawa keluar dari Mako Brimob. Semuanya dibawa ke Rumah Sakit Kramat Jati.

Setelah itu, polisi menggelar jumpa pers mengumumkan hasil visum korban yang meninggal, hampir seluruh korban tewas dari pihak polisi mengalami luka benda tajam di bagian leher. Satu korban tewas karena tembakan di kepala sebelah kiri yang menembus hingga ke sisi kanan.

Pada malam hari, suara sandera yang diduga dari pihak polisi yaitu Iwan Sarjana beredar luas di media sosial. Dalam rekaman yang diduga Iwan terdengar sedang diintimidasi. Meski begitu tak ada konfirmasi dari polisi.

Dikuasai Seluruhnya

Sekitar pukul 22.00 Rabu (9/5) polisi mengumumkan semua bagian rutan yang terdiri dari tiga blok, dari A sampai C, telah dikuasai sepenuhnya oleh para napiter yang jumlahnya mencapai 155 orang.

"Tidak bisa masuk. Mereka bersenjata," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto.

Meski seluruh wilayah rutan sudah dikuasai teroris, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Mohamad Iqbal mengatakan timnya masih terus mengupayakan jalur negosiasi. Mereka tak ingin serampangan menyerang ke dalam, juga karena masih ada satu anggotanya disekap.

Hingga tengah malam memasuki hari Kamis (10/5) perkembangan terbaru terjadi dari drama penyanderaan ini. Pihak napiter mulai kelaparan dan perlu makan. Polisi berhasil meyakinkan mereka untuk melepas Bripol Iwan Sarjana, dengan gantinya polisi memberikan makanan. Iwan pun bebas. Tubuhnya penuh luka lebam dan dibawa ke RS Bhayangkara.

"Iwan sudah berhasil kami bebaskan," kata Iqbal ketika dikonfirmasi, Kamis (10/5) lewat tengah malam.

Ultimatum

Muncul desas-desus di kalangan media, setelah Iwan berhasil dibebaskan polisi bakal melakukan penyerbuan. Namun kabar itu tak terbukti. Kamis (10/5) pagi, lewat keterangan Menko Polhukam Wiranto, terungkap apa yang sebetulnya terjadi sepanjang malam hingga pagi itu.

Infografik CI kerusuhan mako brimob

Menurut Wiranto, polisi tak bisa langsung menyerbu. Pertama-tama yang harus mereka lakukan adalah memberikan ultimatum kepada para teroris yang isinya hanya dua: antara menyerah, atau tetap keras kepala dan menerima segala konsekuensi dari penyerbuan, termasuk kehilangan nyawa.

Ternyata ketika diultimatum demikian, 145 orang teroris memilih opsi pertama. Mereka menyerahkan diri, meninggalkan 10 orang lain yang masih bertahan. Yang tersisa inilah yang diserang polisi.

Sekitar pukul 07.20, dari dalam Mako Brimob terdengar empat kali ledakan dan rentetan tembakan. Sebanyak 10 orang terakhir tak kuat lagi. Mereka menyerah juga.

"Kita saksikan bunyi tembakan, bom, dan ternyata dalam serbuan tersebut, 10 sisa teroris menyerah. Lengkap, 155 tahanan teroris telah menyerah pada aparat kepolisian," tegas Wiranto.

Wakapolri Komjen Syafruddin mengumumkan semua operasi sudah selesai sekitar pukul 07.15 pada Kamis (10/5). Para teroris telah diboyong keluar. Mereka bakal ditahan di Nusakambangan, yang terkenal punya lapas dengan tingkat keamanan maksimal.

Sekitar pukul 08.30, Syafruddin memimpin langsung apel tanda selesainya operasi penanggulangan teror yang berlangsung sekitar 38 jam ini. Dalam sambutannya ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh anggota yang telah bertugas.

"Sekali lagi kita semua mengucapkan selamat," kata Syafruddin.

Sampai berita ini dirilis, polisi masih melakukan olah TKP. Diprediksi baru akan selesai nanti malam.

Baca juga artikel terkait KERUSUHAN MAKO BRIMOB atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Hukum
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Rio Apinino