Menuju konten utama

Inilah Negara-Negara yang Tak Merayakan Hari Kemerdekaan

Beberapa negara memilih peristiwa selain hari kemerdekaan untuk dirayakan. Apa sebabnya?

Parade militer untuk merayakan Bastille Day di Perancis, Kamis (14/7/2017). antara foto/reuters/charles platiau/cfo/16

tirto.id - Saban memasuki bulan Agustus, sudut-sudut perkantoran hingga pekuburan di Indonesia mendadak merah-putih. Di tepi aspal, dari jalan tol sampai jalan protokol, tiang-tiang berselimutkan merah-putih menancap berbaris, berdampingan dengan gapura gang atau gerbang kompleks yang sudah dihias manis. Di mal, toko-toko kasih potongan harga 17,8,19, setakat 45 persen sambil mengaluni penunjung dengan irama lagu-lagu nasionalisme.

Begitulah gambaran meriah Indonesia setiap tahun mendekati peringatan hari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus. Pemerintah menetapkan tanggal itu sebagai hari nasional. Di kalender Indonesia, tanggal 17 Agustus berwarna merah, pertanda libur bagi para pegawai sampai anak sekolah.

Tetapi, tidak semua negara menetapkan tanggal proklamasi kemerdekaannya sebagai hari nasional. Alasannya bermacam-macam. Ada yang memang tidak pernah dijajah. Ada juga yang menganggap peristiwa lain lebih layak dijadikan hari nasional, atau merasa tak perlu memiliki hari nasional.

Menurut peta "How every country in the world celebrates its version of July 4th" yang disusun Vox, sebanyak 28 negara menetapkan tanggal dimulainya revolusi, unifikasi, atau berlakunya konstitusi sebagai hari nasional.

Hari nasional di Perancis diperingati setiap 4 Juli. Tanggal itu merujuk peristiwa saat penjara Bastille dijebol pada 14 Juli 1789. Penyerbuan penjara Bastille adalah gong dimulainya Revolusi Perancis. Republik Rakyat Cina (RRC) menetapkan 1 Oktober sebagai hari nasional untuk memperingati dimulainya Revolusi Komunis 1949 besutan Mao Zedong. Sementara Iran menjadikan 12 Farvaradin—bulan pertama kalender hijriah Iran—sebagai hari nasional untuk merayakan Revolusi Iran 1979.

Di samping itu, hari nasional di negara-negara semacam Jerman, Kanada, atau Arab Saudi ditetapkan untuk memperingati tanggal unifikasi mereka. Kanada menetapkan 1 Juli sebagai hari nasional. Sebelumnya, di wilayah Kanada saat ini berdiri tiga wilayah koloni Inggris, yaitu Provinsi Kanada, Nova Scotia, dan New Brunswick. Lalu, dengan diberlakukannya British North America Act pada 1 Juli 1867, tiga wilayah tersebut menyatu dalam dominion Inggris yang dinamakan Kanada.

Dari Inggris hingga Kolumbus

Jejak imperialisme Inggris tidak hanya di Kanada. Hampir 90 persen negara-negara di dunia pernah berada dalam cengkeraman Inggris. Ketika merdeka, mereka menjadikan tanggal peristiwa terkait kemerdekaan sebagai hari nasional. Hanya Afrika Selatan, Arab Saudi, Qatar, dan Somalia yang tidak menetapkan itu.

Inggris Raya sendiri tidak memiliki hari nasional. Monarki konstitusional yang kini dipimpin Ratu Elizabeth II itu merayakan hari lahir ratu atau raja yang sedang memimpin, tetapi tidak menjadikannya sebagai hari libur nasional. Denmark serupa dengan Inggris Raya. Ia merayakan tanggal penandatanganan Konstitusi 1894 dan kemerdekaan dari pendudukan NAZI Jerman, tetapi tidak menjadikannya hari libur nasional. Hanya dua negara ini yang tidak memiliki hari nasional.

Inggris bukan satu-satunya imperialis di muka bumi ini. Di bawah semboyan "gold, glory, gospel", Inggris bersaing dengan Spanyol, Portugal, dan Belanda dalam mengeruk kekayaan wilayah jajahan yang tersebar seantero Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania.

Barangkali wilayah-wilayah itu hanya pernah mereka dengar sebelumnya. Namun, keinginan untuk datang langsung ke sana semakin menggebu setelah Kristoforus Kolumbus menemukan "Dunia Baru".

Perjalanan Kolumbus disponsori Raja Ferdinand II dari Kerajaan Aragon dan Ratu Isabella I dari Kerajaan Castile, Spanyol. Pada 12 Oktober 1492, Kolumbus tiba di "Dunia Baru" itu. Menurut para peneliti, Kolumbus kemungkinan besar mendarat di salah satu pulau ini: San Salvador (Bahama), Samana Cay, atau Plana Cay.

Mendaratnya Kolumbus di "Dunia Baru" merupakan pintu masuk Spanyol menguasai benua Amerika dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi sebagian orang Spanyol. Deutsche Welle melaporkan, orang-orang Spanyol menyebut 12 Oktober sebagai "Dia de la Hispanidad" atau "Hispanic Day". Sejak 1987, hari itu berjuluk "Fiesta Nacional de Espana" alias hari nasional Spanyol dan dirayakan sebagai hari libur nasional.

Tanggal 12 Oktober itu juga dirayakan sebagai Hari Kolumbus di Amerika Serikat. Tradisi perayaannya sudah ada sejak abad ke-17. Bahkan, Hari Kolumbus menjadi hari libur di AS pada 1937. Lalu, sejak 1968, Hari Kolumbus diperingati setiap minggu kedua di bulan Oktober.

Tetapi, sebagian orang atau beberapa negara memilih untuk menentang perayaan itu. Pada 2015, Ada Colau, Walikota Barcelona, mengecam Hari Kolumbus. "Malu bahwa suatu bangsa merayakan genosida dan, lebih dari itu, dengan parade militer yang harganya 800.000 euro," sebut Colau, seperti dikutip Guardian.

Sejumlah negara bagian di AS menamakan 12 Oktober sebagai "Hari Orang-orang Pribumi" atau "Hari Pribumi Amerika" guna mengingat korban penjajahan alih-alih menyemarakkan pendudukan dan eksploitasi pribumi Amerika setelah mendaratnya Kolumbus.

Di Bolivia, 12 Oktober disebut "Hari Dekolonisasi". Sementara di Ekuador dan Chile, tanggal itu disebut, masing-masing, "Hari Intra-budaya" dan "Hari Penemuan Dua Dunia". Sedangkan Venezuela menyebut 12 Oktober sebagai "Hari Perlawanan Pribumi" dan Argentina menyebutnya sebagai "Hari Penghormatan terhadap Keberagaman Budaya".

Ketika Hari Kematian Penyair Dirayakan di Portugal

Portugal memiliki cerita lain dari Spanyol di balik hari nasionalnya, meski akar ceritanya masih sama-sama soal penjelajahan Dunia Baru.

Luís de Camões lahir di Lisabon pada 1524. Camões diusir dari Lisabon saat ia berumur 20-an. Lalu, menurut laporan Smithsonian, ia pergi berlayar bersama angkatan laut Portugal untuk mempertahankan wilayah koloni. Di Afrika bagian utara, Camões ikut bertempur melawan orang-orang Moor. Pertempuran itu membuat satu mata Camões buta.

Pada 1551, Camões kembali ke Lisabon. Tetapi, dia malah dipenjara setelah melukai seorang pejabat kerajaan. Dua tahun kemudian, laki-laki yang sebenarnya berasal dari keluarga aristokrat Portugal itu dikirim ke Goa, koloni Portugal di jazirah India. Setelah masa tugasnya selesai, Camões pergi ke Macau, daratan kecil di selatan Cina yang juga menjadi koloni Portugal.

src="//mmc.tirto.id/image/2018/08/18/hari-merdeka-hari-libur--mild--rangga-01_ratio-9x16.jpg" width="859" height="1527" alt="infografik hari merdeka bukan hari libur" /

Menurut Britannica, Camões menginjakkan kakinya di Lisbon lagi pada 1570. Dua tahun kemudian, Camões menerbitkan puisi-epos yang diberi judul Os Lusíadas. Puisi itu menggambarkan perjalanan Vasco da Gama, penjelajah asal Portugal, mengarungi samudera hingga akhirnya sampai di India.

Masa hidup Camões sendiri sebetulnya jauh dari masa hidup Vasco da Gama (1460-1524). Inspirasinya membuat puisi-epos tentang da Gama kemungkinan malah berasal dari perjalanannya berpindah-pindah dari Lisabon, ke Goa, hingga Macau.

Namun, tetap saja Raja Portugal Sebastian (1554-1578) menyukai puisi Camões. Raja itu lalu memberi uang pensiun kepada sang penyair. Hari nasional Portugal pun kemudian ditetapkan pada tanggal kematian Camões, 10 Juni.

Selain Portugal dan Spanyol, ada 7 negara lain yang tidak menetapkan peristiwa terkait proklamasi kemerdekaan, revolusi, atau unifikasi sebagai hari nasional. Sama seperti Spanyol dan Portugal, lima dari 7 negara itu berkepala negara seorang raja. Hari nasional mereka merujuk pada hari kelahiran raja (Thailand, Jepang, Belanda), pengangkatan raja (Bhutan), atau didirikannya negara (San Marino).

Sementara Irlandia menjadikan hari kematian St. Patrick dan penandatanganan traktak penyatuan dengan Inggris sebagai hari nasional; Greenland menjadikan 21 Juni, hari terpanjang sepanjang tahun di wilayah itu, sebagai hari nasional.

Ada beragam peristiwa ditetapkan sebagai hari nasional. Tanggal proklamasi kemerdekaan, revolusi, unifikasi, hingga kelahiran dan kematian seseorang boleh jadi simbol lahirnya suatu nasion. Tanggal itu dirayakan dan disucikan. Tetapi, toh tanggal itu tak haram untuk dikritisi. Sebab bisa jadi ada orang-orang tersingkir ketika suatu bangsa lahir. Jika Anda tak percaya, tanyalah pribumi benua Amerika, Papua, dan Timor.

Baca juga artikel terkait HARI KEMERDEKAAN atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Ivan Aulia Ahsan