Menuju konten utama

Inggris Resesi, Menkeu: Bakal Menimbulkan Sentimen Negatif

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, jurang resesi yang terjadi di Inggris akan menimbulkan sentimen negatif kepada seluruh dunia. 

Inggris Resesi, Menkeu: Bakal Menimbulkan Sentimen Negatif
Orang-orang berjalan melewati tanda yang menunjukkan nilai tukar di biro perubahan di London, Selasa, 27 September 2022. (Foto AP/Frank Augstein)

tirto.id - Ekonomi Inggris masuk ke jurang resesi usai Bank of England umumkan kenaikan suku bunga untuk mengatasi kemungkinan serangan inflasi yang kian memburuk. Resesi ini bukan kali pertama bagi Inggris.

Peristiwa serupa yang sebabkan ekonomi inggris terpuruk juga pernah terjadi sebelumnya, salah satu contohnya adalah The Great Depression. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi yang terjadi di Inggris saat ini akan menimbulkan sentimen negatif kepada seluruh dunia. Apalagi resesi terjadi spesifik akibat kebijakan mereka sendiri.

"Setiap negara punya situasi khusus masing-masing. Kalau kita lihat apa yang terjadi di Inggris itu tentu pertama akan menimbulkan sentimen kepada seluruh dunia ya," kata Sri Mulyani di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis (29/9/2022).

Walaupun demikian, apa yang terjadi pada Inggris belum berdampak kepada Indonesia. Karena konsolidasi fiskal domestik dalam posisi relatif jauh lebih baik, tercermin dari penerimaan negara yang kuat dan belanja tetap terjaga secara hati-hati.

"Sehingga issuance atau penerbitan dari surat berharga kita jauh lebih rendah, 40 persen menurun sangat tajam. Ini juga menempatkan kita dalam posisi tidak terlalu vulnerable terhadap gejolak yang tadi akibat berbagai sentimen," bebernya.

Apa Penyebab Krisis Ekonomi di Inggris?

Politico melaporkan, perekonomian Inggris memiliki masalah struktural yang mendalam dan kurang daya saing sebagai tercermin dalam defisit transaksi berjalan yang lebih dari 8 persen dari PDB.

Selama bertahun-tahun, investasi di sejumlah hal juga berkurang, seperti layanan publik, pendidikan, perumahan dan transportasi sehingga membuat tenaga kerja tidak bergerak untuk mengisi kesenjangan yang ditinggalkan pekerja asing.

Kurangnya investasi dalam infrastruktur energi selama bertahun-tahun juga menyebabkan perekonomian bergantung pada impor energi. Inflasi meningkat, standar hidup turun dan pekerja mogok.

Selain itu, seperti dikutip The Guardian, reaksi internasional terhadap gejolak pasar keuangan telah membuat pound jatuh ke level terendah. Mereka pun mengecam kebijakan pemerintah yang baru.

Seorang wartawan New Yorker, John Cassidy menuliskan krisis itu semakin mengganggu Inggris karena datang begitu cepat setelah kematian Ratu Elizabeth II.

Menurut dia, perdana menteri, Liz Truss, dan kanselirnya, Kwasi Kwarteng, telah menjerumuskan Inggris ke dalam 'kekacauan ekonomi yang baik'.

Baca juga artikel terkait RESESI EKONOMI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin