Menuju konten utama

Inflasi Agustus 0,12%, Tertinggi dalam Dua Tahun Terakhir

Inflasi tertinggi terjadi di Kudus, Jawa Tengah, yakni sebesar 0,82 persen.

Inflasi Agustus 0,12%, Tertinggi dalam Dua Tahun Terakhir
[Ilustrasi] Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto (tengah) didampingi Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri Kemenko Polhukam Wawan Kustiawan (kiri) dan Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Margo Yuwono (kanan) menyampaikan laporan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Tahun 2018 di Jakarta, Senin (29/7/2019).ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/ama.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,12 persen pada bulan Agustus 2019. Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender, yakni Januari-Agustus 2019, adalah 2,48 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,49 persen. Angka itu berarti sedikit di bawah target inflasi dalam APBN 2019 sebesar 3,5%.

Jika dilihat pergerakannya, inflasi sepanjang 2019 dari bulan ke bulan (mtm) hanya mengalami sedikit pergeseran di bulan Juni karena faktor lebaran idul Fitri. Adapun sepanjang Agustus, inflasi tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi bulan Juli yang sebesar 0,31 persen.

Meski demikian, kata Kepala BPS Suharyanto, posisi inflasi Agustus lalu lebih tinggi dibandingkan dua tahun belakangan (2017 dan 2018) yang tercatat mengalami deflasi.

"Kalau lihat perkembangan 2 tahun sebelumnya inflasi akan turun dan sedikit meningkat di November dan kemudian meningkat lagi di Desember karena persiapan Natal dan Tahun baru," ucapnya dalam konferensi pers di kantor BPS Jakarta Pusat, Senin (2/9/2019).

Suharyanto menuturkan, harga komoditas secara umum juga mengalami kenaikan sepanjang bulan kemerdekaan. Berdasarkan pemantauan BPS di 82 Kota, indeks harga konsumen (IHK) di 44 kota mengalami inflasi, sementara 38 kota lainnya mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Kudus, Jawa Tengah, yakni sebesar 0,82 persen. Sementara inflasi terendah terjadi di tiga kota yakni Tasikmalaya, Madiun dan Pare-Pare 0,04 persen.

"Sebaliknya, deflasi tertinggi terjadi di Bau-bau yakni 2,10 persen, sementara deflasi terendah di Tegal dan Palopo 0,02 persen," imbuhnya.

Penyebab utama inflasi di bulan Agustus adalah kemarau panjang yang berdampak pada produksi tanaman pangan. Meskipun bahan makan memberikan andil terhadap deflasi pada komponen pengeluaran sebesar 0,06 persen, sejumlah komoditas mengalami kenaikan harga.

Beberapa di antaranya adalah kenaikan harga cabai merah, yang memberikan andil kepada inflasi 0,1 persen. "Kenaikan cabai merah di 62 kota IHK, misalnya di Mamuju 54 persen kenaikannya," ucap Suharyanto.

Di samping itu, adalah pergerakan harga emas yang cukup signifikan. Dalam komponen pengeluaran, kenaikan harga tersebut ikut mengerek harga perhiasan hingga memberikan andil sebesar 0,06 persen.

Kenaikan harga emas itu juga menyebabkan komponen pengeluaran dari jenis sandang mengalami inflasi sebesar 0,08 persen. "Kita tahu kondisi global masih penuh ketidakpastian dan orang beralih ke instrumen Yang lebih aman. Harga emas bulan ini mengalami kenaikan cukup signifikan," imbuhnya.

Baca juga artikel terkait INFLASI atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Hendra Friana
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti