Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Industri Otomotif Terpuruk, Mei Catat Penjualan Terburuk

Penjualan mobil selama Mei mencatat penjualan terburuk. Pandemi membuat orang memilih tidak membeli mobil.

Industri Otomotif Terpuruk, Mei Catat Penjualan Terburuk
Suasana penjualan mobil dalam pameran Mandiri Tunas Finance (MTF) Autofiesta 2019 di Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/10/2019). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/ama.

tirto.id - Industri mobil nasional terpuruk akibat pandemi COVID-19. Angka penjualan selama Mei 2020 mencatat angka terburuk, demikian pula produksi dan ekspor.

"Anjlok sampai 96 persen dibandingkan tahun sebelumnya," kata Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi, saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (16/6/2020).

Data Gaikindo secara nasional menunjukkan, penjualan mobil hingga Mei 2020 secara retail tercatat hanya sebanyak 17.083 unit. Angka itu berarti turun hingga 30% jika dibandingkan penjualan April 2020 (month to month). Sementara jika dibandingkan Mei 2019 yang mencatat penjualan hingga 94.111 unit, berarti ada penurunan hingga 82%.

Untuk total penjualan retail selama Januari-Mei 2020 sebesar 260.716 unit. Angka itu berarti turun hingga 40% jika dibandingkan penjualan selama Januari-Mei 2019, yang mencatat angka hingga 435.736.

Untuk penjualan secara wholesales pada Mei 2020 tercatat hanya 3.551 unit, atau turun hingga 54,9% dibandingkan April. Sementara jika dibandingkan Mei 2019 yang sebanyak 84.367 unit, penjualannya anjlok hingga 96%. Secara kumulatif dari Januari hingga Mei 2020, penjualan wholesales mencapai 248.310 unit, anjlok hingga 41,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Saya akui Mei ini anjloknya dalam sekali 3.705 unit [wholesales], sementara yang namanya [penjualan] retailnya 17.000 [unit], padahal normalnya bisa 80-90.000, itu juga kelihatan juga ada turunnya,” ujar Yohannes.

Ia menjelaskan, penurunan penjualan mobil sudah mulai terlihat sejak Maret, dan semakin jelas memasuki April, ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan. “Itu mengakibatkan semua kegiatan ekonomi juga berhenti,” ujarnya.

Dalam kondisi ekonomi yang terganggu tersebut, lanjut Yohannes, konsumen lebih memilih belanja kebutuhan pokok seperti makanan dan juga produk-produk kesehatan. “Pengadaan mobil enggak jadi prioritas. Itu yang mengakibatkan bisnis otomotif jadi terpuruk.”

Data Gaikindo mengonfirmasi pernyataan Yohannes. Pada Januari angka penjualan retail masih mencapai 81.063 unit, Februari turun menjadi 77.847 unit, Maret turun lagi menjadi 60.448 unit. Penurunan tajam hingga 60% terjadi pada April, dengan penjualan retail hanya 24.276 unit.

Yohannes mengatakan, kondisi semakin berat saat memasuki bulan Mei karena PSBB semakin luas diberlakukan di luar Jakarta. Apalagi kemudian diberlakukan pembatasan keluar masuk kota, untuk mencegah meluasnya pandemi COVID-19.

“Orang mudik dibatasi segala macam dengan tujuan untuk menekan angka penularan otomatis hal ini membuat ekonomi juga terganggu. Dengan ekonomi terganggu maka otomatis penjualan mobil juga terganggu,” katanya.

Lebaran yang biasanya menjadi momentum kenaikan penjualan otomotif, kali ini juga tidak membawa pengaruh. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Mudah mudahan di Bulan Juni ini ekonomi mulai dipulihkan,” harap dia.

Kendati demikian, Yohanes pesimistis penjualan mobil akan langsung naik tajam hingga mencapai titik normal. “Tapi paling enggak Mei jadi titik terendah, sesuudahnya kita naik, semoga.”

Pandemi COVID-19 tidak hanya memengaruhi angka penjualan, tetapi juga produksi dan ekspor. Secara nasional, produksi mobil pada Mei 2020 tercatat turun hingga 87% menjadi hanya 2.627 unit secara month to month. Secara year on year, produksi mobil tercatat turun hingga 97,5%. Sementara secara kumulatif pada Januari hingga Mei 2020, penurunan produksi mencapai 32,8% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Daihatsu dan Mitsubishi sama-sama mencatat penurunan produksi hingga 100% secara month to moth. Ini disebabkan karena selama Mei, keduanya memutuskan untuk menghentikan sementara produksi.

Ekspor CBU tercatat mengalami penurunan hingga 42,5% (month to month) menjadi hanya 6.500 unit. Sementara ekspor CKD masih mencatat kenaikan 19,6% menjadi 20.075 set.

Penjualan Motor Juga Terpuruk

Penjualan motor juga terpuruk selama masa pandemi. Data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan, selama April 2020 hanya 123.782 unit motor yang terjual. Ini berarti penurunan hingga 78% dibandingkan penjualan Maret. Sementara jika dibandingkan April 2019, penurunan penjualan mencapai 83%.

Secara kumulatif, dari Januari hingga April 2020, penjualan motor mencapai 1.649.246. Ini berarti penurunan hingga 27,5% jika dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Yohannes mengatakan, penjualan motor dan mobil pasti terpengaruh karena pada masa pandemi, banyak pegawai yang terkena PHK. “Otomatis mereka juga akan mengalokasikan bujet mereka untuk kepentingan konsumsi,” jelasnya.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI OTOMOTIF atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Otomotif
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti