Menuju konten utama

Indonesia Sempat Tersandung Masalah Sawit dengan EFTA

Perjanjian kerja sama Indonesia engan EFTA sempat berjalan alot hingga 8 tahun karena sawit Indonesia sempat tidak diterima. 

Indonesia Sempat Tersandung Masalah Sawit dengan EFTA
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/10/2018). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

tirto.id - Proses pembuatan janji hubungan bilateral antara Indonesia dengan European Free Trade Association (EFTA) memakan waktu hingga delapan tahun.

Faktor yang menjadikan pembuatan perjanjiannya kian alot adalah sempat tidak diterimanya produk kelapa sawit dari Indonesia di Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss. Sawit tertahan karena masalah keberlanjutan atau sustainability.

"Nah, proses ini dari negosiasi yang kita lakukan, sebenarnya hambatan utama yang buat lama, adalah mereka menahan sawit, CPO kita," jelas Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito, saat ditemui di Gedung Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (16/12/2018).

Perjanjian tersebut diresmikan pada hari ini, Minggu (16/12/2018). Namun, pihak Kementrian Perdagangan masih harus menunggu ratifikasi terlebih dahulu agar dapat dijalankan.

Enggartiasto menegosiasi hal tersebut melalui menahan produk dari sana untuk masuk ke Indonesia. "Dan untuk itu saya juga menahan salmonnya, dari Norwegia terutama," jelasnya.

"Saya bilang [ke pihak EFTA], ini perjalanan sudah banyak, dua-duanya saling menguntungkan. Kalau anda tidak buka sawit kita, sudah kita lupakan lah apa yang kita jalankan ini," kisah Enggartiasto.

Enggartiasto juga tidak menerima dan menyetujui dengan adanya pihak-pihak yang mengkampanyekan sisi buruk kelapa sawit.

Ia menilai jika sawit memang dipandang buruk, maka perlu disamakan perlakuannya dengan produk lain, yang menurutnya, juga sama, seperti vegetable oil.

"Kalau kita bicara sustainablity-nya, mari kita bandingkan dengan komoditi yg lain. Berapa besar hutan yang dipangkas yang terjadi deforestasi untuk vegetable oil. Saya setuju [jika] dengan parameter yang sama kita ambil sikap di dunia ini, silakan. Setuju saya, termasuk sawit, tapi jangan spesifik sawit," katanya.

Dalam konferensi pers terkait perjanjian dengan EFTA, Enggartiasto juga sempat mengungkapkan kekesalannya dengan kampanye kelapa sawit yang menyebabkan deforestasi.

"Saya akan kejar siapapun yang mejelekan nama negara ke mana pun itu," katanya.

Baca juga artikel terkait KELAPA SAWIT atau tulisan lainnya dari Fadiyah Alaidrus

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Fadiyah Alaidrus
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Yandri Daniel Damaledo