Menuju konten utama

Indonesia: Pasar Menggiurkan Bagi Bisnis Budaya Pop Korea

Setelah YG Entertainment bekerja sama dengan Shopee Indonesia, kini giliran SM Entertainment yang membuka kantor di Indonesia.

Indonesia: Pasar Menggiurkan Bagi Bisnis Budaya Pop Korea
SM Entertainment Building di Gangnam, Seoul. FOTO/Wikicommon

tirto.id - Ragam ornamen nuansa merah jambu menghiasi kantor perwakilan SM Entertainment Indonesia yang terletak di mall fX Sudirman, Jakarta Selatan. Dindingnya dipenuhi potret artis-artis SM yang dicitrakan energik, ceria, dan penuh cinta. Di ruangan muka, sebuah layar besar terpampang, memutar Music Video (MV) “Monster” milik EXO.

Lydia Tabitha, 23 tahun, seorang penggemar fanatik Super Junior (Suju) baru saja datang berkunjung usai menyelesaikan urusan pekerjaannya di daerah Manggarai, Jakarta Selatan. Bergegas ia mengambil gawai dan menekan tombol “record” saat memandangi kubus-kubus tembus pandang yang seolah tersusun acak, di tengah bangun ruang lain yang berwarna putih dan merah jambu. Album-album original milik Suju, BoA, EXO, Girls Generation (SNSD), SHINee, dan idol K-Pop naungan SM lainnya mejeng di sana.

“Lucu desainnya, jadi semacam galeri album artis SM dari zaman jadul sampai sekarang,” ungkap Lydia sambil terus sibuk mengambil gambar dan berpindah tempat.

Sebelum perdana buka pada Senin, 4 Februari 2019 kemarin, Lydia sudah lebih dulu menyambangi kantor perwakilan SMini. Sama seperti belasan penggemar lain yang datang berkunjung, rasa antusias Lydia seakan tak bisa disembunyikan. Tiap sudut ruangan SM tak luput dari rekam gambarnya. Penggemar Suju sejak tahun 2007 itu bahkan sempat menarikan koreografi Red Velvet dalam MV Red Flavour di depan logo SM Entertaiment.

“How happy i am when SM Entertainment Indonesia is already opened!” Lydia mengetik keterangan dalam video 19 detik tarian yang ia unggah ke akun Instagram.

Area utama kantor SM Indonesia terdiri dari dua ruangan bebas pengunjung. Meski belum terisi penuh, ruangan pertama atau AR Photobooth akan ditata menjadi studio foto. Nantinya pengunjung seolah bisa potret bersama dengan artis SM melalui teknologi layar hijau (greenscreen). Lalu ruangan kedua atau Audition Booth, difungsikan sebagai ruang karaoke dan ruang audisi.

Selama ini, SM termasuk agensi yang sering mengadakan audisi global di beberapa negara, termasuk di Indonesia, untuk menemukan bibit-bibit idola K-Pop. Setelah beroperasi penuh, kantor perwakilan SM akan mengurus segala bentuk kerja sama yang mendatangkan artis SM. Itulah salah satu alasan SM mendirikan kantor perwakilan di Indonesia. Indonesia memang negara dengan banyak sekali penggemar K-Pop, selain juga potensial menjadi sumber bibit baru idol non-korea.

“Mereka dulu sering datang di acara K-Popers di Mangga Dua dan menawarkan audisi privat kepada individu-individu berbakat,” cerita Lydia.

Berdirinya kantor perwakilan SM adalah bukti bahwa Indonesia mulai dilirik sebagai pasar potensial budaya Korea. Apalagi sebelumnya agensi besar lain, YG Entertainment, juga telah melakukan kerjasama dengan Shopee untuk melakukan penjualan merchandise resmi milik mereka. Penjualan perdana YG Official Shop pada 31 Juli 2018 sukses bikin tiga ribu merchandise ludes dalam waktu sepuluh menit saja.

Padahal, harga yang dibanderol YG berkisar antara Rp200 ribu hingga jutaan rupiah. Melihat peluncuran perdana YG Official Shop di Asia Tenggara sukses keras, YG memutuskan membuka kerja sama baru dengan Shopee di enam negara lain pada September 2018. Penjualan merchandise memang masih menjadi ceruk bisnis menjanjikan di Indonesia karena selama ini penggemar lebih sering membeli merchandise secara impor.

Kajian yang dilakukan Jae Seon Jeong, dkk (2017) dalam skala khusus, memetakan demografi penggemar budaya Korea. Mereka mewawancarai 41 orang yang dikerucutkan menjadi 12 penggemar budaya pop Korea. Hasilnya menyebut, sebagian besar penggemar adalah perempuan kelas menengah dan berpendidikan cukup tinggi.

Wajar ketika merchandise para idol kebanyakan dibuat unik, lucu, dan cukup menguras kantong, menyesuaikan demografi konsumennya. Jika nantinya SM Indonesia berniat membuka toko penjualan merchandise seperti YG, maka penjualannya berpotensi laku keras. Apalagi SM merupakan agensi tertua, sekaligus satu dari tiga agensi besar di Korea selain YG dan JYP Entertainment yang sudah punya basis penggemar besar.

Penggemar mereka terkenal royal dan tak segan jor-joran untuk mendapat koleksi merchandise terbaru idolanya. “Kalau nanti mereka jual, aku mau beli lightstick Suju yang baru," kata Lydia.

Konsumerisme Budaya Korea di Indonesia

Berbicara tentang fenomena demam Korea (Hallyu Wave) tak luput dari kepopuleran budaya Asia Timur lain yang lebih dulu masuk ke Indonesia. Drama Taiwan, Meteor Garden (2002) pernah mencatat rating tertinggi di pertelevisian Indonesia pasca Orde Baru. Saat itu adalah masa industri pertelevisian swasta mulai menggeliat, keluar dari pakem acara konvensional dan menyiarkan program-program internasional.

Seon Jeong, dkk menyebut keberhasilan Meteor Garden diikuti popularitas serial drama Korea seperti Endless Love, All About Eve, Full House, Friends, Hotelier, Glass Shoes, dll. K-Drama mampu memikat penonton dari beragam usia, yang paling banyak adalah perempuan usia produktif, belasan hingga 40 tahunan.

“K-Drama menarik banyak penonton muda,” begitu yang tertulis dalam studi berjudul "When Indonesians Routinely Consume Korean Pop Culture: Revisiting Jakartan Fans of the Korean Drama Dae Jang Geum, Seon Jeong".

Infografik HL Fans Kpop Militan

Infografik HL Fans Kpop Militan

Sejak 2002 hingga 2011, stasiun televisi Indonesia konsisten menayangkan produk sinetron dari Negeri Gingseng itu. Total impor K-Drama pada periode tersebut mencapai 70 judul dan terus dicintai hingga kini, apalagi ditunjang oleh beragam platform saluran kabel dan juga nonton online. Seon Jeong, dkk meyakini bahwa Indonesia telah menjadi salah satu pasar K-pop yang tumbuh paling cepat di Asia Tenggara.

“Makanan, kosmetik, fesyen, dan perjalanan wisata,” demikian mereka menulis urutan konsumsi budaya Korea oleh masyarakat Indonesia setelah K-Drama dan K-Pop.

Para pelaku bisnis hiburan di Korea amat piawai menyisipkan unsur-unsur budaya lain milik mereka ke dalam drama maupun musik pop. Jamaknya, adegan dalam drama maupun MV Korea akan memuat aktivitas makan kimchi, membubuhkan kosmetik dengan merek tertentu,fesyen unik dengan seting tempat-tempat wisata ciamik di sana.

Setelah menonton drama atau melihat MV, penggemar akhirnya tertarik mengikuti tren yang dimunculkan dan menciptakan konsumerisme budaya Korea. Fakta ini dibuktikan dari pernyataan Charlie Hyun Woo Cho, Head of YG Plus SEA (Singapore) Branch kepada Kontan :

“Asia Tenggara memiliki populasi lebih dari 640 juta orang. Lebih dari sepertiga populasi tersebut tinggal di Indonesia. Dan data kami mengungkap Indonesia punya penggemar yang sangat tinggi.”

Padahal, dulu Indonesia tak pernah diperhitungkan sebagai pangsa pasar budaya pop Korea dan jarang disambangi idol K-Pop. Kini ia berubah menjadi target konsumen utama. Puncaknya saat grup-grup idola generasi kedua melejit di tahun 2010-an, negara ini menjadi penyumbang lalu lintas istilah K-Pop di Google Trends, diikuti Malaysia dan Vietnam.

Karena itu, maka wajar saja kalau SM Entertainment memilih untuk beroperasi di Indonesia.

Baca juga artikel terkait K-POP atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Nuran Wibisono