Menuju konten utama

Indonesia Kirim Nota Protes Terkait Insiden Bendera Terbalik

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah mengirimkan nota protes kepada Malaysia terkait insiden bendera Republik Indonesia yang dicetak terbalik di buku panduan SEA Games 2017.

Indonesia Kirim Nota Protes Terkait Insiden Bendera Terbalik
Chief de Mission Indonesia Aziz Syamsuddin menyanyikan lagu Indonesia Raya saat pengibaran bendera Merah-Putih dalam upacara penyambutan CDM SEA Games XXIX Kuala Lumpur 2017 di Stadion Bukit Jalil, Rabu (16/8). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

tirto.id - Setelah adanya unggahan foto dari Menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia Imam Nahrawi terkait dengan bendera Indonesia yang dicetak terbalik, Khairy Jamaluddin sudah membuat permintaan maaf tertulis yang ditujukan kepada Indonesia. Sayangnya, permintaan maaf dari Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia tersebut belum bisa meredakan protes dari pihak Indonesia.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S. Dewa Broto kepada Tirto pada Minggu (20/8/2017). Menurut Gatot, permintaan maaf kepada Indonesia melalui surat saja tidak bisa menyelesaikan masalah yang sudah merebak luas. “Permintaan maaf kita terima tapi mekanismenya harus sesuai dengan jalur diplomatik yang ada,” jelasnya.

Hari ini, Menpora Imam Nahrawi bersama duta besar Indonesia untuk Malaysia Rusdi Kirana dijadwalkan akan bertemu dengan Khairy dan panitia SEA Games Malaysia 2017. Pertemuan ini dirasa penting karena permintaan maaf terhadap Indonesia haruslah sesuai dengan aturan.

Gatot menghendaki adanya konferensi pers dari pihak panitia SEA Games untuk mengklarifikasi masalah bendera Indonesia yang terbalik di buku panduan SEA Games 2017 di depan para kontingen berbagai negara.

“Pak Imam baru tahu kemarin saat sampai di Kuala Lumpur kemarin sore. Tadi malam Pak Menteri telepon saya tengah malam bahwa itu saja (permintaan maaf lewat surat dari Khairy) kan belum cukup maka harus dilakukan sesuai jalur diplomatis yang ada,” jelasnya.

Mantan humas Kemenpora ini menyayangkan kejadian yang baru pertama kali terjadi sepanjang sejarah perhelatan SEA Games tersebut. Meski demikian ia berharap agar para atlet yang berlaga tidak terprovokasi dengan kesalahan dari pihak Malaysia ini. Gatot menilai bahwa Malaysia harus memikirkan baik-baik respons yang diberikan terhadap masalah ini.

“Ini memang dalam rangka semangat ASEAN sport, tapi soal dignity (martabat) negara tetap harus diperjuangkan. Diplomasi lambang-lambang negara, masalah lambang negara, harusnya mereka aware (paham) lah. Apalagi masalah itu sensitif dan Malaysia sebagai tetangga terdekat dengan kita potensi-potensi sensitivitasnya harus semakin tinggi. Makanya kita tunggu perkembangannya,” ujar Gatot.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais yang membidangi masalah hubungan luar negeri menyampaikan apresiasinya kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang sudah mengirimkan nota protes kepada Malaysia. Menurutnya, Menlu sudah berani bersikap tegas dan tepat untuk dilakukan.

Putra mantan Ketua MPR Amien Rais ini beranggapan hubungan diplomatik haruslah bersifat resiprokal alias timbal balik. Tuntutan Indonesia agar Malaysia memperbaiki kesalahannya sudah jelas. Respons Malaysia berikutnya akan menjadi penentu keberlanjutan kekecewaan Indonesia. Apabila hubungan kedua negara ingin membaik, maka Malaysia harus membuat langkah tepat. “Bakal eskalatif atau tidak, saya kira tergantung respons Malaysia,” imbuh Hanafi.

Bendera Indonesia sudah dipandang sakral sejak lama. Pada waktu Sukarno diusir dari Istana Negara misalnya. Pada saat itu Sukarno dibawa keluar dari Istana Negara setelah peristiwa G30S/PKI tahun 1965. Pada 11 Maret 1966 Sukarno diturunkan dari jabatan Presiden dan harus berpindah tempat tinggal. Sukarno hanya membawa sebuah kertas koran di tangan kirinya dan memasukannya ke kaos oblong yang ia pakai.

Bungkusan koran tersebut merupakan bendera pusaka Indonesia yang dijahitkan oleh istrinya sendiri. Bendera berarti sangat penting bagi Sukarno. Tidak ada satupun lukisan dan hiasan di Istana Negara yang ia bawa keluar kecuali bendera pusaka.

Hanafi sependapat dengan Sukarno dalam hal itu. Bagi Hanafi bendera adalah lambang negara yang penting. Namun ia menganggap masalah ini belum sampai pada titik kritis seperti saat tahun 1963 di mana lambang negara Indonesia Burung Garuda diinjak-injak oleh Malaysia.

Saat itu, Sukarno bahkan tidak segan-segan menyerukan permusuhan dengan Malaysia. Karena itu Hanafi menilai respons dari Malaysia sangat penting. ”Terlalu jauh kalau sampai sana. Kita lihat dulu respons Malaysia seperti apa,” katanya.

Politisi dari fraksi PAN ini juga ingin Malaysia bisa mewujudkan bukti nyata permintaan maaf sebagai etika diplomatik antar negara yang nyata. “Permintaan maaf dari Malaysia harus diikuti dengan penarikan semua buku panduan SEA Games, harus dilakukan oleh Malaysia. Merah-putih adalah simbol negara kita,” lanjutnya ketika dihubungi Tirto.

Baca Juga: Bendera Indonesia Dicetak Terbalik, Malaysia Minta Maaf

Anggota Komisi I DPR RI dari fraksi PKS Jazuli Juwaini menduga kuat bahwa bendera Indonesia yang dicetak terbalik sebagai bentuk ketidaksengajaan. PKS pada 6 Agustus 2017 lalu juga sempat memasang bendera terbalik di kantor PKS daerah Situbondo. Saat itu, Jazuli menilai bahwa tali yang terputus menjadi penyebab masalah dan segera memperbaiki. Karena itu ia tetap menuntut permintaan maaf dari Malaysia – bilamana memang kesalahan itu tidak disengaja. “Kalau bener salah cetak ya,” katanya.

Ia berharap warga Indonesia tetap tenang dan tidak membesar-besarkan masalah yang ada selama ini. Di sisi lain, ia juga menginginkan agar Menpora tetap tegas meminta memperbaiki kesalahan percetakan tersebut. “Kalau enggak mau perbaiki, berarti Malaysia tidak menghargai Indonesia. Harus diberi sanksi minimal dalam waktu beberapa puluh tahun ke depan ga jadi tuan rumah,” tegasnya.

Dikutip dari Antara, Presiden Joko Widodo juga sudah mempercayakan penyelesaian masalah ini kepada Imam dan Rusdi. Jokowi juga meminta agar masyarakat tidak terlalu membesarkan masalah yang tengah diselesaikan ini.

“Kita sangat menyesalkan kejadian seperti itu, tetapi tidak usah dibesar-besarkan, kita menunggu permintaan maaf dari Pemerintah Malaysia dalam hal ini karena ini menyangkut sebuah kebanggaan nasionalisme dan bangsa kita Indonesia,” katanya di Gorontalo hari ini Minggu (20/8/2017).

Baca juga artikel terkait SEA GAMES 2017 atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Olahraga
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo