Menuju konten utama

Indonesia Kekurangan Dokter Mata yang Mampu Tangani Retinopati

Kesalahan penanganan penyakit kelainan pembuluh darah mata pada bayi prematur juga berpotensi pada kebutaan.

Indonesia Kekurangan Dokter Mata yang Mampu Tangani Retinopati
Ilustrasi. Yayasan Bayi Prematur Indonesia memberikan peminjaman inkubator gratis untuk nusantara sebagai bentuk pengabdian masyarakat dari Fakultas Teknik Mesin Universitas Indonesia. kamis(9/3). tirto.id/Naomi Rulian Pardede

tirto.id - Indonesia masih kekurangan dokter spesialis mata yang mampu menangani penyakit Retinopati Prematuritas (ROP) atau kelainan mata pada anak prematur.

Ahli kesehatan mata anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Profesor dr Rita Sita Sitorus, Sp.M (K) mengatakan bahwa butuh keahlian khusus untuk menangani penyakit ROP itu.

"Keterbatasan SDM dokter mata itu ada. Tidak mudah memeriksa bayi prematur yang kecil, matanya juga kecil, butuh keahlian. Dokter spesialis mata anak, atau dokter spesialis mata retina, masih kurang," kata Rita di Jakarta, Jumat (17/11/2017).

Rita menjelaskan, kesalahan penanganan penyakit kelainan pembuluh darah mata pada bayi prematur juga berpotensi pada kebutaan. Ia juga menyebutkan masih sedikit dokter atau tenaga kesehatan yang memiliki keahlian itu.

Sampai saat ini, kata dia, pihak RSCM masih mendapati pasien ROP stadium lanjut yang dirujuk dari rumah sakit umum daerah penyangga Jakarta.

Sementara untuk pasien ROP dari RSCM sendiri sangat sedikit, yakni hanya dua orang dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

Hal senada juga disampaikan dokter spesialis anak dan pakar bayi prematur dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (UI) Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K).

Menurut dia, minimnya kasus ROP di RSCM dikarenakan pencegahan sejak dalam kandungan agar tidak terlahir prematur.

Kendati demikian, ia mengatakan bahwa pelayanan neonatal atau bayi baru lahir di RSCM sudah setara dengan fasilitas rumah sakit di Singapura.

Namun, Rinawati juga mengungkapkan minat dokter anak yang ingin mempelajari bayi prematur masih sedikit.

Untuk itu, ia menyatakan perlu adanya pelatihan bagi tenaga kesehatan di RSUD wilayah penyangga Jakarta untuk menangani kasus ROP.

Baca: RSCM Luncurkan Program Pencegahan Kebutaan untuk Bayi Prematur

Baca juga artikel terkait BAYI PREMATUR

tirto.id - Kesehatan
Sumber: antara
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto