Menuju konten utama

Indofood di Tengah Pandemi: Penjualan Naik, Harga Saham Mulai Pulih

Indofood mampu mencetak kenaikan penjualan, di tengah tekanan akibat pandemi yang menggerus ekonomi.

Indofood di Tengah Pandemi: Penjualan Naik, Harga Saham Mulai Pulih
ilustrasi penjualan produk saos indofood. tirto/andrey gromico

tirto.id - PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) masih mampu mencetak kenaikan penjualan di tengah pandemi COVID-19 selama semester I-2020. Namun demikian, Indofood akan tetap mewaspadai kondisi pada semester II, karena ketidakpastian masih tinggi di tengah pandemi.

Pada semester I-2020, Indofood mencetak penjualan netto sebesar Rp39,38 triliun, naik 2% dibandingkan semester I-2019. Namun, dari angka penjualan itu, yang patut digarisbawahi adalah penjualan domestik yang nyaris tak bergerak.

Berdasarkan laporan keuangan semester I-2020 yang dipublikasikan dan dikutip Tirto pada Selasa (4/8/2020), penjualan Indofood secara domestik mencatat angka Rp34,830 triliun atau 88% dari total penjualan Indofood. Sisanya adalah penjualan di luar negeri. Padahal pada semester I-2019, penjualan domestik mencapai Rp34,825 triliun atau 90% dari total penjualan. Kenaikan penjualan domestik juga hanya mencatat angka 0,01%, sementara penjualan di luar negeri kenaikannya mencapai 20%. Penjualan di Arab Saudi mencetak angka terbesar dari Rp531,595 miliar menjadi Rp839,860 miliar.

Dari sisi laba usaha, Indofood mencatat kenaikan 17% menjadi Rp5,63, sementara marjin laba usaha meningkat menjadi 14,3% dari 12,4%.

Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 12% menjadi Rp2,84 triliun dari Rp2,55 triliun, dan marjin laba bersih naik menjadi 7,2% dari 6,6%. Core profit meningkat 18% menjadi Rp2,87 triliun dari Rp2,42 triliun.

Anthoni Salim, Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood, mengatakan, kondisi pada semester I yang penuh tantangan, diperkirakan terus berlanjut hingga semester II. “Sehingga kami akan terus memelihara kelangsungan pasokan dan kualitas produk bagi para konsumen, serta meningkatkan daya saing kami dan menjaga kesehatan para karyawan,” jelas Anthoni.

Indofood mengakui, pandemi COVID-19 memang telah mempengaruhi perekonomian global dan juga Indonesia. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pasar modal, risiko kredit, nilai tukar, dan operasional bisnis, seluruhnya terkena dampak pandemi COVID-19.

“Meskipun demikian, setelah tanggal laporan keuangan konsolidasian, manajemen kelompok usaha berpendapat bahwa sampai saat ini wabah COVID-19 tidak berdampak signifikan terhadap kegiatan operasi kelompok usaha,” jelas Indofood dalam paparan laporan keuangannya.

Harga Saham Merayap

Kinerja yang positif mendorong kenaikan harga saham Indofood. Secara perlahan, harga saham Indofood mendekati lagi level sebelum jatuh akibat pandemi. Mengawali tahun 2020, harga saham Indofood bertengger di Rp7.975. Harga saham Indofood jatuh ke titik terendahnya pada 24 Maret, menjadi Rp5.050 atau berarti anjlok 36%.

Penurunan harga saham Indofood itu sejalan dengan penurunan IHSG. Pada 2 Januari 2020, IHSG berada di level 6.283.581. Pada 24 Maret, IHSG jatuh menjadi 3.937,632 atau turun 37% jika dibandingkan posisi awal tahun. Pada hari itu, pasar saham baik Indonesia maupun global sedang terguncang akibat meluasnya pandemi COVID-19. Pasar saham sendiri sudah berada dalam tren melemah sejak kasus pertama di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020. Kinerja pada 24 Maret itu merupakan yang terburuk sejak perjalanan IHSG dari awal Januari hingga 3 Agustus.

Setelah mencapai titik terendah pada 24 Maret, saham Indofood dan IHSG sama-sama membaik. Per 3 Agustus, harga saham Indofood sudah membaik di posisi Rp6.475 atau naik 28% dibandingkan titik terendah pada 24 Maret. Sementara IHSG kini sudah pulih ke level 5.006,223, atau naik 27% dibandingkan titik terendahnya.

Baca juga artikel terkait INDOFOOD atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Bisnis
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Abdul Aziz