Menuju konten utama

INDEF Sebut Alasan Cabai dan Bawang Merah Mahal Jelang Lebaran

Peneliti INDEF menyebutkan alasan harga cabai dan bawang merah naik menjelang lebaran karena jauh dari sentra produksi serta adanya kelebihan permintaan.

INDEF Sebut Alasan Cabai dan Bawang Merah Mahal Jelang Lebaran
Pedagang mengatur tumpukan bawang merah dalam karung di Pasar Tradisional Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (27/4/2019). ANTARA FOTO/Jojon/ama.

tirto.id - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rusli Abdullah menilai, tingginya harga bawang dan cabai merah di sejumlah wilayah Indonesia disebabkan karena persoalan logistik.

Menurutnya, di samping masalah tingginya permintaan selama bulan puasa, bagi kedua komoditas ini terjadi disparitas harga yang cukup tinggi antara daerah sentra produksi dan yang bukan.

“Cabai dan bawang merah mahal karena jelang lebaran ada excess (kelebihan) permintaan. Tapi mahalnya di sini juga ada yang lebih karena daerah-daerah itu tidak memiliki pusat produksi komoditas tadi,” ucap Rusli saat dihubungi reporter Tirto pada Kamis (9/5/2019).

Menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga cabai merah di enam wilayah Indonesia masuk dalam golongan tinggi.

Enam wilayah tersebut terdiri dari Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kepulauan Maluku, Papua, dan Papua Barat dengan kisaran Rp62 ribu per kg. Harga tertinggi tercatat berada di wilayah Papua Barat yaitu Rp68.750 per kg per 8 Mei 2019.

Di samping itu, harga bawang merah tercatat relatif stabil dengan rata-rata harga Rp40.900 per kg per 8 Mei 2019. Terutama di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

Namun, kenaikan tertinggi tercatat di wilayah Papua. Di daerah itu harganya mencapai Rp135 ribu per kg.

“Dari harga bawang dan cabai merah. Di Jawa relatif lebih rendah dibanding luar Jawa. Di Papua bawang merah Rp135 ribu itu tinggi karena jauh dari sentra produksi,” jelas Rusli.

Selanjutnya, tambah Rusli, pemerintah perlu memikirkan masalah logistik. Sebagai negara kepulauan, ia menilai pemerintah masih belum cukup efektif mengatasi kendala ini.

Rusli juga mengingatkan agar pemerintah tak terlambat mengimpor bahan pangan yang diperlukan. Apa yang terjadi pada bawang putih, katanya, tak sebaiknya terulang pada komoditas lainnya.

Baca juga artikel terkait BAWANG MERAH atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno