Menuju konten utama

INDEF: Deindustrialisasi RI Lebih Cepat dari Negara ASEAN Lainnya

Ekonom INDEF, M. Nawir Messi menilai Indonesia mengalami deindustrialisasi yang lebih cepat dari sejumlah negara ASEAN, seperti Malaysia dan Thailand. 

INDEF: Deindustrialisasi RI Lebih Cepat dari Negara ASEAN Lainnya
Penjaga stan menghidupkan mesin pengemasan produk otomatis pada Pameran Teknologi Manufaktur di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (18/10/2018). ANTARA FOTO/R. Rekotomo/aww.

tirto.id - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) M. Nawir Messi menilai pemerintah perlu mewaspadai deindustrialisasi yang sedang terjadi di dalam negeri.

Sebab, Nawir mencatat laju penurunan kontribusi sektor manufaktur (industri pengolahan nonmigas) terhadap PDB lebih cepat dari yang terjadi di sejumlah negara ASEAN lainnya.

"Deindustrialisasi adalah hal lumrah. Namun di Indonesia terjadi lebih cepat dari negara ASEAN lainnya," kata dia dalam diskusi Tantangan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial, di Gedung Naffaro ITS, Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (11/4/2019).

Nawir menjelaskan deindustrialisasi biasanya terjadi pada negara-negara maju karena kapasitas produksi dan tingkat konsumsi telah menemui titik jenuh. Selain itu, deindustrialisasi memang fenomena alamiah dan terjadi secara global.

"Namun demikian deindustrialisasi di Indonesia terjadi cepat," ujar dia.

Nawir memaparkan, dalam 10 tahun terakhir, Indonesia mengalami penurunan porsi manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 7 persen. Sementara di Malaysia dan Thailand tak lebih dari 4 persen.

Menurut Nawir, setidaknya ada tiga dampak yang ditimbulkan dari perlambatan industri ini. Pertama adalah turunnya penerimaan perpajakan. Padahal, manufaktur menyumbang 30 persen penerimaan pajak.

Dampak kedua, kata dia, adalah menurunnya potensi penciptaan lapangan kerja baru sehingga risiko pengangguran bertambah semakin besar.

"Serapan tenaga kerja oleh sektor manufaktur semakin berkurang," jelas Nawir.

Adapun dampak ketiga, Nawir melanjutkan, adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi secara nasional.

"Secara agregat, pertumbuhan PDB tidak dapat terdongkrak naik secara cepat karena kontribusi maupun pertumbuhan manufaktur turun dan tumbuh semakin lamban," kata dia.

Baca juga artikel terkait DEINDUSTRIALISASI atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Addi M Idhom