Menuju konten utama

Impor Daging Kerbau Dinilai Ganggu Pasar Saat Iduladha

Kebijakan impor daging kerbau oleh pemerintah dinilai mengganggu pasar saat Idul Adha.

Impor Daging Kerbau Dinilai Ganggu Pasar Saat Iduladha
Petugas Badan urusan logistik Divre Riau-Kepri menyusun daging kerbau beku impor dari India ke dalam alat pendingin di Kantor Bulog Divre Riau-Kepri di Pekanbaru, Riau, beberapa waktu lalu. ANTARA FOTO/Rony Muharrman

tirto.id - Kebijakan impor daging kerbau oleh pemerintah dinilai mengganggu pasar saat Iduladha. Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra mengatakan, hal itu kerap dikeluhkan oleh pedagang lantaran masuknya daging impor membuat dagangan mereka tidak laku di pasaran.

Akibatnya, kata Yeka, mereka yang biasa berjualan secara harian itu, lebih memilih untuk berdagang saat Iduladha lantaran permintaan daging sapi cukup tinggi. Akibatnya, melimpahnya pelaku pasar dalam suatu kesempatan itu, menyebabkan pasar daging sapi menjadi tidak teratur lantaran diperebutkan terlalu banyak orang.

“Impor kerbau ini mengurangi demand sapi mereka (pedagang). Saat mereka gak bisa jual harian lagi, jadi numpuk di Iduladha,” ucap Yeka kepada reporter Tirto usai acara di Gedung Pewayangan TMII, Jakarta pada Kamis (21/3/2019) malam.

“Sekarang pelaku pasar harian berkurang drastis. Banyak masuk ke Iduladha jadi akhirnya diperebutkan banyak orang,” tambah Yeka.

Yeka mengatakan, banyaknya pedagang yang hijrah untuk hanya berjualan saat Iduladha tak lain disebabkan karena kalah bersaing harga dengan daging impor. Parahnya lagi, daging impor itu juga diperbolehkan masuk ke pasar tradisional sehingga makin memukul pedagang sapi lokal.

Menurut Yeka, impor daging kerbau memang tidak sepenuhnya buruk. Namun, hal itu lebih tepat bila diserap oleh industri daging olahan seperti untuk keperluan sosis dan sebagainya.

Hal itu dipandang lebih layak lantaran perusahaan daging olahan tentu memerlukan daging dengan harga yang murah untuk alasan daya saing produknya.

“Kalau masuk pasar tradisional bertarung lagi dengan daging sapi peternak. Ya kalkulasi kami daging sapi peternak tidak bisa bersaing. Harga daging kerbau impor lebih murah,” ucap Yeka.

Menanggapi hal itu, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian Fajar Sumping Tjatur Rasa mengatakan, pemerintah tentu akan memilih tidak impor bila hal itu memungkinkan. Hanya saja, impor yang dilakukan memang semata-mata dilakukan untuk menutupi kekurangan produksi di saat konsumsi sendiri tak dapat ditunda.

“Kami juga kalau bisa ya tidak usah impor tapi karena belum memenuhi kebutuhan ya terpaksa impor. Kecuali itu pasti berkurang ya impornya,” ucap Fajar kepada reporter Tirto usai acara.

Baca juga artikel terkait IMPOR DAGING atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno