Menuju konten utama

Impor Anjlok, Neraca Dagang RI Februari 2020 Surplus USD2,34 Miliar

Neraca dangang RI sepanjang Februari 2020 surplus karena penurunan drastis pada impor.

Kapal tunda melintas di dekat kapal yang melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (23/7). Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2018 akan berada pada 5,1 persen (year on year/yoy) atau bias bawah sasaran Bank Sentral di 5,1-5,5 persen karena penurunan kontribusi dari kinerja ekspor. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

tirto.id - Neraca perdagangan Indonesia Februari 2020 mengalami surplus sebesar 2,34 miliar dolar AS. Posisi ini berbanding terbalik dengan capaian di bulan Januari 2020 yang mengalami defisit 0,86 miliar dolar AS.

Secara year on year, neraca dagang bulan lalu juga jauh lebih besar dibandingkan Februari 2019 yang tercatat surplus 0,33 miliar dolar AS.

“Surplus 2,34 miliar dolar AS. Cukup besar surplusnya, lebih disebabkan karena impornya turun ekspornya naik,” ucap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti, Senin (16/3/2020).

Menurut data BPS, surplus sepanjang bulan Februari 2020 disebabkan anjloknya impor secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 18,69 persen dari 14,27 miliar dolar AS (di bulan Januari) menjadi 11,60 miliar dolar AS.

Impor konsumsi tercatat anjlok sebanyak 39,91 persen secara mtom dari Januari 2020. Impor bahan baku penolong dan barang modal juga turun 15,89 persen dan 18,03 persen.

Penyumbang penurunan importasi, kata Yunita, antara lain HS 85 (Mesin dan perlengkapan elektrik) dan HS 84 (Mesin dan perlatan mekanis). Beberapa contoh benda-benda ini juga termasuk importasi laptop, notebook, dan perangkat jaringan telekomunikasi.

Di sisi lain, kenaikan ekspor tercatat cukup tipis yakni hanya sebesar 2,24 persen mtm dari 13,63 miliar dolar AS menjadi 13,94 miliar dolar AS.

Yunita mengatakan pada Februari 2020 ekspor pertanian, industri pengolahan, pertambangan kompak mengalami kenaikan secara mtom secara berturut-turut di angka 0,91 persen, 2,73 persen, dan 0,53 persen.

Komoditas yang menyumbang peningkatan kata Yunita antara lain HS 71 (logam mulia, perhiasaan/permata), HS 87 (kendaraan dan bagiannya), HS 15 (Lemak dan minyak hewan/nabati), HS 63 (Barang tekstil jadi lainnya), dan HS 27 (bahan bakar mineral).

“Ada pengaruh Corona pada ekspor-impor. Tapi sebetulnya kenaikannya enggak terlalu besar. Kenaikan (ekspor) 2,24 miliar dolar AS ini enggak terlalu besar dibandingkan pada Desember atau Oktober 2019 lalu,” ucap Yunita.

Baca juga artikel terkait NERACA PERDAGANGAN atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana
-->