Menuju konten utama

Imbas Cuaca Ekstrem, Nelayan di Kupang Tidak Melaut Tiga Pekan

Cuaca buruk, gelombang tinggi disertai angin kencang di laut area penangkapan ikan memaksa nelayan di Kupang lego jangkar selama tiga pekan terakhir.

Imbas Cuaca Ekstrem, Nelayan di Kupang Tidak Melaut Tiga Pekan
Perahu milkik para nelayan di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur memilih berlabuh di pelabuhan perikanan Oeba karena gelombang di perairan Kupang sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan untuk melaut mencari ikan. (ANTARA/Benny Jahang)

tirto.id - Sejumlah nelayan ikan tangkap di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Oeba, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak melaut selama tiga pekan akibat cuaca ekstrem.

"Kami tidak melaut sudah tiga pekan terakhir, dari sebelum akhir Desember 2022 sampai saat ini, karena kondisi cuaca buruk, angin kencang dan gelombang tinggi,” kata nelayan tangkap ikan dasar, Jul Zulkifli ketika ditemui di TPI Oeba, Senin (9/1/2023).

Jul bersama rekan nelayan lainnya sebelumnya melaut dengan kapal longline di perairan bagian utara Pulau Flores. Kondisi cuaca, gelombang tinggi disertai angin kencang di wilayah perairan yang menjadi area penangkapan ikan memaksa mereka lego jangkar selama tiga pekan terakhir.

Jul menjelaskan akibat tidak melaut para nelayan setempat tidak memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Para nelayan, kata dia, terpaksa membeli ikan di perusahaan untuk dijual kembali ke masyarakat.

“Harga ikan dari perusahaan juga naik dari sebelumnya rata-rata Rp30 ribu per kilogram menjadi Rp60 ribu,” kata Jul.

Seorang nelayan lain, Edi mengemukakan dampak cuaca buruk juga menyebabkan sebuah kapal ikan yang mengangkut 3 ton ikan kandas. Kapal ikan itu kandas karena menabrak karang di perairan sekitar TPI Oeba.

“Badan kapal yang kandas juga pecah setelah dihantam ombak, namun bagian kapal dan isinya sudah dievakuasi,” kata Edi.

Meskipun tidak bisa melaut selama beberapa pekan terakhir, Edi masih bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari dengan menjual kembali ikan dari perusahaan.

“Kami nelayan juga punya dana tabungan yang bisa digunakan untuk bertahan hidup saat kondisi cuaca ekstrem seperti ini,” katanya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya mengeluarkan peringatan dini potensi gelombang tinggi di sejumlah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Gelombang tinggi hingga 4 meter berpotensi terjadi di wilayah Laut Sawu yang menjadi jalur utama pelayaran antarpulau di NTT serta area utama penangkapan ikan.

"Potensi gelombang dengan ketinggian 2,5-4 meter perlu diwaspadai karena berisiko tinggi terhadap pelayaran terutama kapal feri," kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang BMKG Syaeful Hadi di Kupang, Sabtu (7/1/2023).

Selain Laut Sawu, sejumlah titik perairan juga berpotensi dilanda gelombang tinggi, yaitu Selat Sumba bagian barat, Samudera Hindia selatan Sumba-Sabu, perairan selatan Kupang-Rote, dan Samudera Hindia selatan Sumba-Sabu.

Baca juga artikel terkait WASPADA CUACA EKSTREM

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan