Menuju konten utama

Imam Masjid Istiqlal Sebut Ramadan Paling Aman di Indonesia

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Nasaruddin Umar mengatakan meskipun Indonesia bukan negara Islam, namun menyambut puasa Ramadan paling aman dan harmonis dibanding negara lain di Timteng.

Imam Masjid Istiqlal Sebut Ramadan Paling Aman di Indonesia
Umat muslim menanti waktu berbuka puasa pada hari pertama bulan suci Ramadan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (27/5). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

tirto.id - Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Nasaruddin Umar mengatakan meskipun Indonesia bukan negara Islam, namun menyambut puasa Ramadan dari tahun ke tahun paling aman dan harmonis dijalankan dibanding sejumlah negara-negara Islam di Timur Tengah.

Pernyataan Prof Nasaruddin Umar itu disampaikan saat menghadiri dialog kebangsaan yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tenggara dengan melibatkan mahasiswa yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Universitas Haluoleo (UHO) di Kendari, Kamis (1/6/2017).

Mantan Wakil Menteri Agama Republik Indonesia itu, mengatakan bahwa keharmonisan antar umat beragama di Indonesia sudah berjalan sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam, dan itu terus dipertahankan hingga saat ini.

"Tidak salah bila beberapa negara Islam di Timur Tengah termasuk di Arab Saudi bangga dengan Indonesia dengan beberapa agama dan penganut kepercayaan, namun tetap rukun-rukun saja," ujarnya.

Ia menyebut negara Palestina dan negara di Timur Tengah lainnya yang penduduknya Muslim, dalam menyambut puasa Ramadan justru akan sulit melaksanakan rangkaian ibadah karena kondisi keamanan negara yang tidak aman.

Saat ini, kata Nasaruddin, sejumlah negara mengklaim bahwa Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim terbesar di dunia menjadi kiblat terkait kerukunan umat beragama. Di samping perkembangan ekonomi Islam dianggap paling maju dan berkembang bersama negara Turki dan Arab Saudi yang pertumbuhannya bisa mencapai enam persen per tahun.

Sedangkan negara lain seperti Malaysia, Singapura dan beberapa negara Islam lainnya perekonomian Islam hanya mampu tumbuh di atas 2-3 persen per tahun.

"Meskipun di daerah ini banyak umat agama lain, namun selama ini tidak pernah ada gesekan horizontal antara umat beragama," katanya.

Ia meminta agar mahasiswa yang tergabung dalam LDK menjadi pioner terus mensosialisasikan terkait paham radikalisme dan terorisme, dengan tetap mempertahankan kerukunan umat beragama di Sultra yang merupakan daerah teraman.

"Agar itu bisa terwujud, maka semua pihak harus mampu merangkul semua elemen masyarakat, baik tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan tokoh agama dari agama manapun dia untuk bersatu padu memerangi paham-paham yang dapat memecah belah kesatuan NKRI," ujarnya.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2017 atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri