Menuju konten utama
Seri Pesepakbola Muslim

Ilkay Gundogan, Mukmin yang Merasa Gagal Jadi Orang Jerman

Ilkay Gundogan pernah merasa gagal sebagai pesepakbola muslim yang menjadi warga negara Jerman usai kasus foto bersama Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Ilkay Gundogan, Mukmin yang Merasa Gagal Jadi Orang Jerman
Pesepakbola muslim berdarah Turki yang memperkuat Timnas Jerman, Ilkay Gundogan. FOTO/AP

tirto.id - Gelandang Manchester City, Ilkay Gundogan, memantik kontroversi jelang Piala Dunia 2018. Bersama pesepakbola muslim Timnas Jerman berdarah Turki lainnya, Mesut Ozil, ia berfoto dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Tak hanya itu, Gundogan bahkan menuliskan catatan 'Presiden Saya' di jersey yang ia tandatangani untuk penguasa tanah leluhurnya itu. Ulah Gundogan dan Ozil yang berpose dengan Presiden Turki tak pelak menghebohkan publik Jerman.

Federasi Sepak Bola Jerman (DFB), golongan politisi, serta berbagai kalangan di negara itu mengecam apa yang telah dilakukan Gundogan dan Ozil. Erdogan juga tak luput dari cercaan karena dinilai berkampanye tanpa mengindahkan etika dan sensitivitas.

Dicerca Suporter Tim Panser

Gundogan dan Ozil kemudian menghadap Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, untuk mengklarifikasi peristiwa tersebut. Ditegaskan oleh keduanya bahwa tidak ada pesan politik di balik foto bersama Presiden Turki itu.

Namun, sebagian suporter Timnas Jerman tidak bisa memaafkan begitu saja tindakan Gundogan. Saat tampil di laga persahabatan kontra Arab Saudi pada 9 Juni 2018, sang gelandang mendapat cemooh setiap kali mendapat bola.

Gundogan cukup terpukul dengan hal itu. Ia merasa gagal sebagai warga negara Jerman yang berasal dari kaum imigran.

"Saya merasa mendapat privilese bisa tumbuh di Jerman, jadi itu merupakan pukulan berat bagi saya untuk difigurkan sebagai orang yang tidak dapat berintegrasi dan hidup dengan nilai-nilai orang Jerman," ungkapnya kepada Arab News.

Sejak 2011 hingga kini, Gundogan mengemas 37 caps dan 7 gol untuk Timnas Jerman di ajang resmi. Ia juga sudah dipercaya memperkuat tim panser sedari level umur U18, U19, U20, dan U21.

Dengan kepercayaan dan pengabdiannya kepada negara itu, maka tidak seharusnya Gundogan merasa gagal menjadi orang Jerman, terlepas dari ulahnya yang berujung respons reaktif dari publik.

Solidaritas Imigran Islam

Melansir data DW pada 2017, imigran di Jerman mencapai 23.6% dari total 81.7 juta populasi. Imigrand dari Turki menjadi yang terbanyak dengan persentase 3.4%, disusul Polandia (2.6%), Rusia (1.7%), Kazakhstan (1.5%), dan Rumania (1.1%)

Apa yang telah dicapai Ilkay Gundogan saat ini sebagai pesepakbola merupakan salah satu potret kesuksesan kaum pendatang di Jerman. Ia lahir di Gelsenkirchen, Jerman, tanggal 24 Oktober 1990, dari keluarga muslim asal Turki.

Menilik kegemilangan karier maupun finansial yang telah dicapainya, Gundogan mengaku punya tanggung jawab untuk mendukung komunitas mukmin di Jerman, khususnya bagi anak-anak imigran yang membutuhkan dukungan materi maupun psikologi.

"Latar belakang saya memberikan tanggung jawab itu. Banyak orang, tidak hanya orang-orang Turki, tetapi komunitas Islam di Jerman, saya salah satu dari banyak personal lain yang berusaha membantu mereka," ucap Gundogan dilansir dari Arab News.

"Kaum muda muslim, khususnya di Jerman, mereka membutuhkan sosok yang diikuti untuk mencapai target hidup mereka," imbuh mantan pemain Borussia Dortmund ini.

"Saya tumbuh dengan banyak anak-anak seperti itu, tidak hanya di sepak bola, tapi semuanya. Sulit bagi mereka untuk sukses. Orang-orang di sekelilingmu membentuk siapa dirimu," tutupnya.

Baca juga artikel terkait SERI PESEPAKBOLA MUSLIM atau tulisan lainnya dari Gilang Ramadhan

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Gilang Ramadhan
Penulis: Gilang Ramadhan
Editor: Iswara N Raditya