Menuju konten utama

IHSG Diprediksi Rawan Terkoreksi Hari Ini Dipengaruhi Wabah Corona

IHSG hari ini rawan terkoreksi imbas dari wabah corona. 

IHSG Diprediksi Rawan Terkoreksi Hari Ini Dipengaruhi Wabah Corona
Ilustrasi IHSG. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/wsj.

tirto.id - Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta diperkirakan bergerak fluktuatif dan rawan mendekati zona merah pada Senin (10/2/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 6,23 poin atau 0,1 persen ke posisi 5.993,38 poin.

Sementara, kelompok 45 saham gabungan atau LQ45 bergerak turun 2,04 poin atau 021 persen menjadi diperdagangkan pada 974,76 poin.

Pergerakan IHSG fluktuatif yang diperkirakan terjadi pada perdagangan hari ini diakibatkan oleh minimnya katalis positif dari dalam negeri sementara pasar global sedang mengalami ketidak pastian akibat kekhawatiran dampak wabah virus korona terhadap ekonomi.

“Sisi lain, publikasi laba perusahaan untuk tahun 2019 masih terbatas. Bauran sentimen pasar tersebut akan terdampak bagi IHSG pada pekan ini bergerak mixed dan diperkirakan rawan terkoreksi,” ujar Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah di Jakarta, Senin (10/2/2020), dikutip dari Antara.

Wabah virus korona menjadi lebih mengkhawatirkan dengan bertambahnya 2.618 kasus baru ang terdeteksi di Hubei, Wuhan, Cina, awal virus berasal. Pemerintah Cina tengah melakukan gerakan pencegahan dengan mendirikan beberapa rumah sakit darurat dan rumah sakit khusus pasien yang terjangkit virus tersebut.

Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan darurat global atas berjangkitnya virus yang sudah menyebar ke banyak negara tersebut.

Sedangkan pada Jumat (7/2/2020) akhir pekan lalu, IHSG ditutup menguat sebesar 12,46 poin atau 0,21 persen ke posisi 5.999,61 poin. Indeks LQ45 atau kelompok 45 saham unggulan bergerak naik sebesar 1,3 poin atau 0,13 persen ke posisi 977.

Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa menguatnya IHSG pada penutupan perdagangan tersebut akibat para pelaku pasar yang mengapresiasi kinerja positif data cadangan devisa RI yang meningkat dilansir dari Antara.

Sepanjang hari, IHSG berada di teritori hijau hingga penutupan perdagangan saham. Terdapat enam sektor yang mengalami peningkatan penjualan saham dipimpin oleh sektor infrastruktur dengan kenaikan paling tinggi sebesar 1,23 persen.

Penutupan IHSG tersebut diiringi dengan aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual beli bersih asing atau “net foreign sell” sebesar Rp40,08 miliar.

Perdagangan Saham di Luar Negeri

Indeks Komponen Shenzhen yang melacak saham-saham di bursa efek kedua Cina dibuka lebih rendah 0,23 persen menjadi diperdagangkan pada 10.577,56 poin pada pembukaan perdagangan Senin (10/2/2020) pagi waktu setempat.

Dilansir dari Antara, setelah selama empat hari berturut-turut mengalami kenaikan, mayoritas saham di Cina dibuka melemah hari ini. Indeks utama Shanghai bergerak turun sebesar 0,54 persen menjadi diperdagangkan ke posisi 2.860,50 poin.

Sedangkan indeks ChiNext mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen pada pembukaan hari ini. Indeks yang melacak saham-saham perusahaan yang sedang berkembang di Nasdaq Cina ini menjadi diperdagangkan pada 2.019,31 poin.

Tidak hanya saham di Cina yang melemah pada pembukaan perdagangan Senin (10/2/2020) pagi ini, Bursa Efek Hong Kong juga dibuka dengan lebih rendah. Indikator utama perdagangan, indeks Hang Seng, bergerak turun 1,14 persen atau 312,12 poin menjadi diperdagangkan pada 27.092,15 poin dilansir dari Antara.

Sementara indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo (TSE) juga mengalami penurunan sebesar 192,26 poin atau 0,81 persen menjadi ke posisi 23.635,72 poin pada pembukaan perdagangan Senin (10/2/2020) pagi waktu setempat.

Dilansir dari Antara, merosotnya saham di Jepang disebabkan oleh jatuhnya bursa saham Amerika, Wall Street, dari level tertingginya pada akhir pekan lalu.

Baca juga artikel terkait IHSG atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Ekonomi
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora