Menuju konten utama

Ide Wakapolri Rekrut Preman, Pedagang: Tak Efektif & Mengintimidasi

Pelibatan preman pasar untuk mengawasi protokol kesehatan dinilai tak efektif dan justru mengintimidasi pedagang.

Ide Wakapolri Rekrut Preman, Pedagang: Tak Efektif & Mengintimidasi
Sejumlah pembeli antre membeli sembako di Pasar Rakyat Peterongan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (14/8/2020). ANTARA FOTO/Aji Styawan/nz.

tirto.id - Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) DKI Jakarta protes atas rencana Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono terkait rencana merekrut preman pasar untuk membantu aparat keamanan mengawasi warga dalam menjalankan protokol kesehatan di masa pandemi COVID-19.

Ketua IKAPPI DKI, Miftahuddin, menilai kepolisian tidak perlu sampai melibatkan preman pasar dalam mengawasi aktivitas warga, terutama di pasar.

Pedagang pasar memang rentan tertular Corona. Berdasar data per 7 Agustus, ada 1.323 pedagang positif terkena Corona di seluruh Indonesia. Namun pengawasan protokol kesehatan lewat preman dinilai tak efektif dan terintimidasi.

“Saya kira Bapak Wakapolri tidak perlu sampai sejauh itu melibatkan preman pasar untuk mengawasi aktivitas warga, terutama di pasar-pasar. Jauh lebih efektif kita pengawasan itu dilakukan oleh paguyuban atau ketua-ketua blok pasar. Keterlibatan pedagang justru memperkuat disiplin pedagang," kata Miftahuddin, Sabtu (12/9/2020).

Sebelumnya Wakapolri Komjen Gatot menyebut perlunya pelibatan preman pasar untuk penegakkan protokol keamanan. Aparat akan tetap mengawasi para preman agar tindakannya mengingatkan pedagang di pasar tetap humanis.

“Kita juga berharap penegak disiplin internal di klaster pasar, di situ kan ada jeger-jeger-nya di pasar, kita jadikan penegak disiplin," kata Gatot di Mako Polda Metro Jaya, Kamis (10/9/2020) dilansir dari Antara.

Menurut Miftahuddin, saat ini saja para pedagang pasar DKI Jakarta mengalami penurunan omzet 60-70 persen akibat PSBB. Setidaknya, pihaknya menemukan ada kurang lebih sekitar 400.000 pedagang pasar tradisional dan pedagang kaki lima di sekitar pasar yang mengalami dampak dari wabah pandemi tersebut yakni penurunan omzet.

Ia menjelaskan, pedagang tengah bangkit kembali, namun tidak lazim saat para pedagang mencari nafkah justru ada preman pasar mengawasi penerapan protokol kesehatan.

“Tidak bisa kita memungkiri omzet para pedagang memang turun drastis, mereka mencari nafkah untuk keluarga di rumah, tetapi kok malah diawasi preman? Jelas para pedagang pasar akan merasa terintimidasi dengan kehadiran para preman pasar mengawasi aktivitas mereka," katanya.

IKAPPI DKI Jakarta mendorong agar pemerintah atau aparat keamanan menyiapkan langkah-langkah yang konkret dan diharapkan oleh para pedagang, agar para pedagang merasa terlindungi dan terayomi dengan baik.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Zakki Amali