Menuju konten utama

Icardi dan Bukti yang Menanti Dihargai

"Mauro Icardi layak memperkuat Argentina karena dia selalu mencetak gol. Dia hanya harus tenang dan menunjukkan performa yang konsisten,” ucap Ever Banega.

Icardi dan Bukti yang Menanti Dihargai
Mauro Icardi [Foto/thesun.co.uk/demotix image]

tirto.id - Seperti kata Ever Banega, Mauro Icardi seharusnya pantas membela tim nasional Argentina. Aksi yang ditunjukkannya bersama Inter Milan –klub Italia yang kini juga diperkuat Banega– sejatinya telah menjadi bukti sahih bahwa Icardi layak berdiri sejajar dengan para bomber langganan tim tango macam Lionel Messi, Sergio Aguero, maupun Gonzalo Higuain.

Satu gol yang melengkapi kemenangan Inter Milan atas Juventus dengan skor 2-1 pada Minggu (18/9/2016) lalu, ditambah dua gol ke gawang Empoli empat hari berselang seolah memberi penegasan bahwa Icardi adalah salah satu calon terkuat peraih gelar capocannonieri alias top skor Liga Italia Serie A musim ini.

Diego Milito, senior Icardi di Inter Milan maupun Argentina, setuju dengan prediksi tersebut. Ia bahkan menyebut kapten La Beneamata itu kini menempati level yang sama dengan Higuain, pencetak gol terbanyak Serie A musim 2015/2016 lalu.

“Icardi dan Higuain akan bersaing untuk memperebutkan gelar top skor terbanyak di Serie A musim ini. Saya melihat keduanya memiliki kualitas yang sepadan,” sebut Milito kepada La Gazzetta dello Sport.

Namun, nasib keduanya di timnas berbeda. Higuain telah mengemas 63 caps dan 30 gol untuk Argentina, sedangkan Icardi baru sekali tampil untuk tim tango. Itu pun sebagai pemain pengganti, yakni pada 15 Oktober 2013 dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2014 melawan Uruguay.

Di pertandingan debutnya untuk Argentina tersebut, Icardi baru dimainkan pada menit 81, menggantikan Augusto Fernandez. Hasilnya pun tidak menyenangkan karena skuad asuhan Alejandro Sabella saat itu kalah dari Uruguay dengan skor ketat 3-2.

Tampil Menawan Tetap Diabaikan

Sekali lagi, apa yang kurang dari Icardi? Umurnya baru 23 tahun, tapi sudah dipercaya menjabat sebagai kapten tim di klub sebesar Inter Milan. Pencapaiannya bersama Nerazzurri selama ini pun terbilang gemilang.

Sejak didatangkan dari Sampdoria pada musim 2013/2014, Icardi hingga detik ini sudah membukukan total 69 gol di sepanjang karier profesionalnya. Patut dicatat, masa depan alumni akademi Barcelona, La Masia, ini masih panjang, mengingat usia yang masih muda.

Di awal musim Serie A 2016/2017 saja, Icardi langsung unjuk gigi di kompetisi kasta tertinggi Italia itu. Bermain selama 450 menit dalam 5 laga, pesepakbola kelahiran Rosario ini sudah melesakkan 6 gol dan untuk sementara menempati posisi teratas di daftar pencetak gol terbanyak meskipun baru permulaan musim.

Apesnya, aksi cemerlang Icardi di Inter Milan tidak lantas membuat Argentina memberi penghargaan dengan memanggilnya ke tim nasional. Yang terbaru, namanya tidak tercantum dalam skuad terbaru tim tango yang akan melakoni babak Kualifikasi Piala Dunia 2018 pada bulan Oktober 2016 nanti.

Icardi lagi-lagi tersisih karena dianggap kalah bersaing dengan trio paten di lini serang tim tango: Messi, Aguero, dan Higuain, ditambah penyerang muda milik Juventus yang juga sedang naik daun, Paulo Dybala.

Pelatih anyar Argentina, Edgardo Bauza, bahkan lebih memilih dua striker yang namanya masih kurang familiar, yakni Lucas Pratto dan Lucas Alario, daripada memberi kesempatan untuk Icardi yang jelas-jelas sudah lebih terbukti dan teruji di Eropa.

Setelah ditunjuk sebagai juru racik Argentina untuk menggantikan Gerardo Martino yang mundur usai kekalahan di final Copa America Centenario 2016, Bauza juga justru sibuk merayu Messi yang sedang ngambek ketimbang menolehkan pandangan kepada Icardi.

Di Bawah Bayang-bayang Megabintang

Terlepas dari pemanggilan Pratto dan Alario ke tim nasional, salah satu sebab diabaikannya Icardi, tidak dapat dipungkiri adalah karena masih bercokolnya para bomber yang berstatus sebagai megabintang, terutama Messi, meskipun Aguero dan Higuain juga termasuk prioritas.

Messi masih menjadi pemain depan Argentina dengan caps terbanyak di timnas dengan 114 laga dan 56 gol. Sedangkan Aguero mengoleksi 77 caps dan 33 gol, sementara Higuain dengan 63 caps dan 30 gol.

Argentina memang selalu diberkahi stok penyerang top yang melimpah dari masa ke masa, dan hampir di setiap periode tertentu ada sosok pemain yang levelnya melebihi pemain bintang, contohnya Messi atau Maradona pada era yang berbeda.

Di masa kejayaan Maradona yang telah mengemas 91 caps dan 34 gol pada kurun 1970 hingga 1994, tim tango juga punya beberapa pemain depan yang menonjol, sebutlah Daniel Pasarella, Mario Kempes, atau Leopoldo Luque. Namun, Diego Armando Maradona tetaplah menjadi pujaan nomor satu, sama seperti Messi saat ini.

Ketika era keemasan Maradona mulai surut pada pertengahan era 1990-an, muncullah nama Gabriel Omar Batistuta yang mulai bersinar sebagai juru gedor Argentina. Mantan bomber Fiorentina dan AS Roma ini kemudian nyaris tak tergantikan selama satu dekade hingga tahun-tahun awal milenium baru.

Memang ada pula Hernan Crespo –juga Claudio Lopez, Abel Balbo, dan beberapa striker lainnya– yang tak kalah hebat. Namun, Crespo baru bisa “menguasai” lini depan Argentina setelah Batistuta pensiun dari timnas pada 2002.

Selama 11 tahun menjadi andalan timnas, Batigol alias Batistuta telah mencetak 54 gol dalam 77 laga. Sementara Crespo, yang sempat menjadi pemain termahal dunia saat direkrut Lazio dari Parma dengan mahar lebih dari 35 juta euro pada 2000, melanjutkan peran Batigol hingga tahun 2007 dengan koleksi 35 gol dalam 64 pertandingan resmi bersama Argentina.

Dua tahun sebelum Crespo gantung sepatu dari tim tango, nama Messi mulai menghiasi skuad Argentina ketika masih berusia 18 tahun. Sejak itulah, bocah ajaib ini selalu menjadi pilihan utama timnas dan “korban-korban” pun mulai berjatuhan.

Tidak sedikit striker Argentina dengan catatan memukau di klub yang justru terabaikan atau kurang maksimal di level tim nasional semenjak kehadiran Messi. Sebut saja Martin Palermo, Mauro Zarate, Lisandro Lopez, Luciano Figueroa, hingga Rodrigo Palacio.

Icardi? Untuk saat ini barangkali nasibnya boleh dibilang tidak jauh beda dengan para striker Argentina yang minim guna di timnas yang berada di bawah bayang-bayang Messi itu. Namun, sekali lagi, usianya masih muda dan jalan untuk merintis karier gemilang di level internasional juga masih terbentang panjang.

Mengulang ucapan Banega, Icardi hanya perlu bersabar dan mempertahankan konsistensi sembari menanti panggilan ke tim nasional Argentina meskipun entah kapan akan didapatnya lagi. Di masa depan suatu saat nanti, bukan tidak mungkin Icardi bakal menjadi megabintang baru bagi lini serang tim tango, barangkali setelah Messi benar-benar pensiun.

Baca juga artikel terkait SEPAKBOLA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti