Menuju konten utama

IAKMI Minta Pemerintah Waspadai Tren Penggunaan Rokok Elektrik

Pemerintah diminta mewaspadai ekspansi sejumlah perusahaan rokok multinasional mulai menggunakan rokok elektrik, karena penjualan rokok konvensional lesu.

IAKMI Minta Pemerintah Waspadai Tren Penggunaan Rokok Elektrik
Pekerja meneteskan cairan rokok elektronik (vape) di Bandung, Jawa Barat, Selasa (7/11/2017). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

tirto.id - Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau PP Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Widyastuti Soerojo mengatakan, pemerintah agar berhati-hati terhadap rokok elektronik (vape).

Menurut dia, tren perusahaan besar rokok dunia mulai mengalami perlambatan penjualan rokok konvensional seiring naiknya kesadaran kesehatan secara global. Hal ini diduga mendasari perubahan pola produksi rokok perusahaan.

"Kesadaran global terhadap bahaya rokok meningkat maka ada perlambatan sales. Dia harus cari alternatif. Caranya produk baru," ucap konferensi pers bertajuk 'Fenomena Rokok Elektronik di Masyarakat: Ancaman atau Solusi?' di PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (14/5/2019).

Menurut dia, sebuah perusahaan rokok multinasional sudah mulai berancang-ancang berinvestasi di Indonesia. Misalnya di Bandung, terdapat investasi senilai 10 juta dolar AS untuk pabrik cairan rokok elektronik.

"Kita mengalami ancaman epidemic jenis tembakau baru. Padahal yang konvensional saja belum selesai. Jadi double burden [beban ganda]," ujar dia.

Menurut Widya rokok elektrik digadang-gadang menggantikan jenis konvensional meskipun memiliki klaim yang menjebak seperti mendorong berhenti merokok, menurunkan penyakit akibat rokok, dan memenuhi aspek tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s).

"Ini kelemahan Indonesia ada prevelansi tinggi perokok tapi seolah perlu dibantu dengan memberi rokok yang ‘aman’. Ini jadi alasan buat memasukan rokok elektronik," ucap Widya.

Rokok elektronik, kata dia, sama buruknya dengan konvensional, meski tanpa TAR dan nikotin. Di dalamnya, terkandung zat bersifat karsinogen hingga logam-logam berat.

Widya memperoleh informasi terkait promosi rokok elektronik yang abai pada aspek kesehatan.

Sebuah perusahaan rokok multinasional mulai mengintegrasikan rokok elektronik ke bisnis konvensionalnya.

Target penjualannya, kata dia, di atas 1 juta dolar AS pada 2018, lalu diproyeksikan meningkat jadi 5 juta dolar AS pada 2022.

Perusahaan lain berbasis di Amerika Serikat tapi punya saham di Indoensia, juga diduga mempromosikan produk tanpa asap rokok. Bahkan perusahaan itu katanya menyatakan tujuan untuk menghentikan orang merokok melalui produknya.

"Mereka ingin meningkatkan pendapatan perusahaan dengan rokok eletronik. Ini Jadi isu bisnis mereka tidak bicara kesehatan," ucap Widya.

Baca juga artikel terkait BISNIS ROKOK ELEKTRIK atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali