Menuju konten utama

Hukum Berbohong Saat Puasa & Hal-hal yang Merusak Pahala Berpuasa

Apakah berbohong dapat membatalkan puasa Ramadhan? Apa saja hal-hal yang dapat merusak pahala puasa selain bohong?

Hukum Berbohong Saat Puasa & Hal-hal yang Merusak Pahala Berpuasa
Ilustras Dzikir. foto/IStockphoto

tirto.id - Sepanjang Ramadan, umat Islam yang sudah balig dan berakal sehat diwajibkan berpuasa sejak terbitnya fajar shadiq (subuh) hingga terbenamnya matahari (magrib). Selama berpuasa, seorang muslim menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Bagaimana dengan berbohong?

Sepanjang 29 atau 30 hari dalam bulan Ramadan, seorang muslim akan berupaya mengendalikan hawa nafsunya sepanjang berpuasa. Pengendalian ini tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, mengingat Nabi Muhammad saw. bersabda, "Betapa banyak orang-orang yang berpuasa tidak mendapatkan balasan kecuali lapar dan haus" (H.R. Ath-Thabrani).

Seseorang yang tidak makan dan minum, tetapi melakukan perbuatan seperti menghina, memfitnah, mengutuk, berbohong, atau berkelahi, berarti tidak mendapatkan kontrol penuh terhadap hawa nafsunya. Perbuatan-perbuatan demikian memang tidak membatalkan puasa, tetapi dapat merusak puasa.

Dalam Kasyifah al-Saja karya Syekh Nawawi al-Bantani, hal-hal yang membatalkan puasa adalah kemurtadan (keluar dari Islam dan kembali ke kekufuran), haid, nifas, melahirkan, gila meskipun hanya terjadi selama waktu yang sebentar pada siang hari puasa, ayan yang menghabiskan seluruh siang puasa, hingga abuk karena ceroboh yang menghabiskan seluruh siang puasa.

Hal-hal yang Dapat Merusak Pahala Puasa

Diriwayatkan dari Anas, Nabi Muhammad bersabda, "Ada 5 perbuatan yang menghapus pahala puasa, yaitu berbohong, menggunjing, mengadu domba, bersumpah palsu, dan memandang dengan syahwat".

Berbohong

Berbohong artinya mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Ada kalanya berbohong dapat berfaedah, yaitu ketika melakukannya demi keselamatan atau menghindari bahaya. Sebagai contoh, ketika ada seseorang yang dikejar akan dibunuh. Kemudian, orang itu disembunyikan dan mengatakan tidak tahu atau mengatakan sudah pergi.

Namun, ada kalanya berbohong dilakukan demi keuntungan. Seseorang menyampaikan sesuatu yang tidak benar demi manfaat bagi diri sendiri, atau demi merugikan orang lain. Hal inilah yang merusak pahala puasa.

Terdapat riwayat bahwa Rasulullah bersabda, "Orang yang tidak menjauhi perkataan dusta dan mengamalkan dustanya, maka tak ada hajat bagi Allah untuk menilai puasanya meski ia bersusah payah seharian menjauhi makanan dan minuman," (H.R. Bukhari).

Gibah

Nabi Muhammad saw. bersabda, "gibah (adalah) engkau ceritakan tentang saudaramu, yang sekiranya ia mendengar (cerita tersebut) ia (jadi) tidak rela". Dalam gibah atau gunjingan, perkataan, perbuatan, atau keadaan pribadi orang lain yang diceritakan sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Apabila gunjingan itu berlebihan, melebihi keadaan sesungguhnya, maka disebut fitnah. Baik gibah maupun fitnah sama-sama menghapuskan pahala puasa.

Mengadu domba

Mengadu domba adalah menciptakan perselisihan atau pertikaian dua pihak yang awalnya sepaham atau rukun. Tindakan demikian, apalagi dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau menciptakan kekacauan, dilarang oleh Islam.

Memandang lawan jenis dengan syahwat

Memandang lawan jenis dengan syahwat termasuk mengurangi pahala puasa. Termasuk dalam hal ini, meneruskan pandangan pertama yang pada awalnya tidak disengaja.

Sumpah palsu

Sumpah palsu yaitu ucapan atau keterangan saksi yang isinya tidak benar atau tidak sesuai fakta yang akan menguntungkan suatu pihak dan merugikan pihak yang lain.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2021 atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fitra Firdaus