Menuju konten utama

Hubungan Putus Sambung Ala Miley Cyrus-Liam Bisa Picu Depresi

Rasa kehilangan dinilai mampu membangkitkan gairah dan terbukti bisa menjadi candu dalam pola hubungan.

Hubungan Putus Sambung Ala Miley Cyrus-Liam Bisa Picu Depresi
aktor Liam Hemsworth, kiri, sebuah kehormatan di Australia dalam Penghargaan Terobosan Tahunan ke-8 Film, berfoto bersama tunangannya Miley Cyrus di karpet merah di Los Angeles. Mereka bertemu pada set “Lagu Terakhir.” 2010. Chris Pizzello / Invision / AP, File

tirto.id - Suatu hari di musim panas 2009, seorang pemuda dengan postur tinggi dan rambut pirang menarik perhatian Miley Cyrus. Tak lama kemudian, Disney memperkenalkan Liam Hemsworth, nama pemuda itu, sebagai lawan mainnya dalam film The Last Song.

Miley Cyrus dan Hemsworth akhirnya mengonfirmasi rumor kencan mereka pada Maret 2010 dengan datang bersama sebagai pasangan dalam perhelatan Oscar.

Sebelum menikah pada Desember lalu, pasangan ini memang sempat beberapa kali menjalani hubungan putus-sambung.

Dalam sebuah wawancara dengan Howard Stern, Cyrus mengakui alasan mereka berpisah adalah saling memberi ruang agar mereka lebih dewasa. Alasan penyanyi asal Tennessee ini memang dibenarkan Kale Monk. Menurut Monk, hubungan putus-sambung memberi efek positif bagi pasangan seperti memberi kesadaran tentang seberapa pentingnya hubungan tersebut. Jika kedua pihak sudah menyadarinya, ini berimbas pula pada kesehatan serta kekuatan untuk berkomitmen.

Meski memiliki efek positif, asisten profesor dalam bidang Perkembangan Manusia dan Keluarga ini mengatakan hubungan putus-sambung juga memiliki efek negatif. Jika tidak disikapi dengan bijak, hubungan jenis ini justru meningkatkan potensi kekerasan, menurunkan kualitas komunikasi, serta melemahkan komitmen.

Dalam penelitiannya bersama Ramona Oswald dan Brian Ogolsky dari University of Illinois, Monk mengungkapkan hubungan putus-sambung juga mampu menyeret pelakunya pada depresi.

“Sebelum kembali pada pasangan, pikirkan lagi alasan apa saja yang membuat Anda putus dengannya. Dalam hal ini, cobalah mulai membicarakannya secara eksplisit. Pikirkan juga mengapa kembali bisa menjadi pilihan yang lebih baik. Jika hubungan itu beracun, tidak ada salahnya mengakhiri hubungan dengannya,” jelas Monk.

Mengakhiri hubungan tidak jarang dilakukan agar pelaku bisa merasakan kehilangan. Rasa kehilangan dinilai mampu membangkitkan gairah dan terbukti bisa menjadi candu dalam pola hubungan. Kisah cinta Selena Gomez dan Justin Bieber atau Jessica Alba dan Justin Timberlake adalah contoh bagaimana hubungan dengan pola ini terjalin.

Namun, seperti ditulis Guardian, mengakhiri hubungan terus-menerus bisa menjadi tanda serius depresi atau trauma. Pelaku bisa saja menjaga jarak dengan dunia luar, namun dalam hatinya ada rasa kehilangan. Untuk mengatasi gangguan ini, pelaku disarankan untuk lebih menguatkan interaksi sosialnya sehingga bisa mengurangi perasaan terganggu.

“Kalau Anda merasa kesulitan, cobalah ikuti sesi terapi bersama pasangan Anda. Dengan mengikuti terapi, Anda bisa memperkuat koneksi dengan pasangan dan ini bisa membantu Anda melewati masa transisi dalam hubungan,” kata Monk.

Baca juga artikel terkait DEPRESI atau tulisan lainnya dari Artika Sari

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Artika Sari
Penulis: Artika Sari
Editor: Yulaika Ramadhani