Menuju konten utama

Hubungan Politik Presiden Soekarno dan Fidel Castro

Sepanjang hidupnya, Fidel Castro menyisakan banyak kisah termasuk hubungan politik dan diplomatik antara Kuba-Indonesia atau Castro dan Sukarno.

Hubungan Politik Presiden Soekarno dan Fidel Castro
(kiri) Presiden Kuba Fidel Castro bersama Soekarno. LIFE

tirto.id - Fidel Castro telah meninggal dunia pada Jumat malam, 25 November 2016, sekitar pukul 22.29 waktu setempat. Sepanjang hidupnya, ia menyisakan banyak kisah termasuk hubungan politik dan diplomatik antara Kuba-Indonesia atau Castro dan Sukarno.

“Bagi Indonesia, Castro dan Kuba adalah sahabat dekat. Sesudah Revolusi Kuba 1959, Indonesia termasuk negara pertama yang segera membuka hubungan diplomatik dengan Kuba,” kata Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon.

Politisi Gerindra yang menjadi pemerhati sejarah ini menyampaikan, Presiden Sukarno merupakan kepala negara asing pertama yang mengunjungi Kuba sesudah berhasilnya penggulingan rezim Batista oleh gerakan revolusi yang dipimpin oleh Fidel Castro, Che Guevara, dan Raul Castro, yang kini menjadi Presiden Kuba.

“Jadi, hubungan kita dengan Castro dan Kuba sangat dekat,” terang Fadli.

Masih menurut Fadli, nama "Republik Indonesia" pernah diabadikan menjadi nama tiga sekolah dasar di Havana, menyusul kunjungan Bung Karno ke Kuba, 9-14 Mei 1960.

Penamaan itu, kata Fadli, menunjukkan besarnya respek yang diberikan Castro terhadap Indonesia dan juga Bung Karno. Sebagai cinderamata, pada saat kunjungan itu Bung Karno memberi Castro hadiah peci dan keris.

“Di bawah Castro, Kuba memang sangat menghormati Indonesia. Hal itu tidak lepas dari kepeloporan Indonesia dalam menggalang solidaritas negara-negara Dunia Ketiga melalui Konferensi Asia Afrika, yang berhasil menjahit negara-negara berkembang agar tidak terkooptasi oleh dua blok besar yang bertarung pada masa Perang Dingin."

Lantaran itu sesudah revolusi Kuba berhasil, Castro segera mengutus Che Guevara untuk mengunjungi Indonesia dan sejumlah negara Asia dan Afrika lainnya. Menurut Fadli, meski merupakan pemimpin negara komunis, Castro tak segan memberikan pembelaan terhadap Palestina, serta konsisten mengecam serta melawan segala bentuk intervensi Barat terhadap negara-negara Dunia Ketiga.

“Sikap berani yang layak dicontoh oleh pemimpin-pemimpin negara berkembang lainnya.”

Fadli menilai sebagai pemimpin, Castro berhasil memajukan Kuba, terutama melalui sektor pendidikan dan kesehatan sejak revolusi 1959. Bahkan, kebijakan pendidikan dan kesehatan Kuba kini diakui merupakan salah satu yang termaju di dunia. Melalui kebijakan pendidikan dan jaminan kesehatan gratis, Kuba saat ini memiliki tingkat literasi dan angka harapan hidup yang tinggi.

Hasilnya, pada 2006 WHO menyebut Kuba sebagai negara dengan proporsi pelayanan dokter terbaik per kapita di dunia. Dan mereka bukan hanya menjamin kesehatan masyarakatnya, namun juga mengekspor bantuan kemanusiaan dalam bentuk relawan dokter ke seluruh dunia.

Berkali-kali misi kemanusiaan Kuba, misalnya, juga pernah membantu Indonesia. Seperti, saat kita menghadapi tsunami Aceh pada 2004, atau gempa besar Yogya pada 2006. Kuba mengirimkan dokter-dokternya ke sini serta memberikan bantuan obat-obatan.

Saat ini ada sekitar 30 ribu pekerja medis Kuba tersebar di lebih dari 60 negara di dunia. Itu semua legacy yang ditinggalkan oleh Castro. Itu warisan yang layak dicontoh, termasuk oleh Indonesia, kata Fadli.

“Hubungan dekat Indonesia dengan Castro dan Kuba di antaranya pernah diwakili oleh penerbitan seri perangko bergambar Sukarno, Fidel Castro dan Che Guevara pada 2008, serta penerbitan perangko 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Kuba pada 2010."

"Sehingga, sekali lagi, sebagai sahabat dekat, kita sangat merasa kehilangan dan berduka atas wafatnya mantan Presiden Castro,” tutup Fadli, yang juga dikenal sebagai filatelis ini.

Sumber: Antara

Baca juga artikel terkait FIDEL CASTRO MENINGGAL atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Humaniora
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH