Menuju konten utama
3 Februari 1933

Hitler, Lebensraum, dan Ambisi Ekspansi Jerman terhadap Eropa Timur

Lebensraum bermula dari esai seorang ahli geografi, lalu berkembang menjadi landasan ekspansi Jerman ke sejumlah negara Eropa Timur.

Hitler, Lebensraum, dan Ambisi Ekspansi Jerman terhadap Eropa Timur
Ilustrasi Mozaik Lebensraum. tirto.id/Sabit

tirto.id - Kehidupan politik di Jerman memasuki episode baru ketika Adolf Hitler, tokoh politik ternama dari Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (Nazi) alias Partai Pekerja Jerman Nasional-Sosialis, menjadi kanselir pada 30 Januari 1933.

Hitler membuat kebijakan berdasarkan gagasan yang sudah lama ia pikirkan, yaitu Lebensraum (ruang hidup). Kebijakan yang menjadi dasar ambisi ekspansi Jerman ini lahir dengan sangat cepat. Diresmikan hanya berselang empat hari sejak Hitler menjadi pemimpin Jerman, atau pada 3 Februari 1933, tepat hari ini 88 tahun lalu.

Lebensraum adalah landasan ideologi Nazi dalam melakukan ekspansi untuk menguasai sumber daya untuk perkembangan rakyat berdarah Jerman. Istilah Lebensraum sebetulnya sudah ada jauh sebelum digaungkan oleh Hitler. Istilah ini pertama kali diciptakan oleh seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman, Friedrich Ratzel (1844-1904) melalui esai berjudul “Lebensraum” yang terbit tahun 1901.

Woodruff D. Smith dalam artikel berjudul “Friedrich Ratzel and the Origins of Lebensraum” menjelaskan, esai yang ditulis oleh ahli geografi itu menyoal biogeografi khususnya tentang migrasi spesies termasuk manusia dan kaitannya dengan proses adaptasi terhadap keadaan geografis. Ratzel berargumen bahwa migrasi suatu spesies menjadi faktor penting dalam proses penyesuaian terhadap kondisi sosial dan budaya.

Spesies yang berhasil beradaptasi di satu lokasi, akan menyebar secara alami ke lokasi lain. Artinya, migrasi menjadi tonggak penting dalam perkembangan suatu spesies, termasuk manusia. Gagasan Ratzel ini tidak hanya sebatas satu jenis spesies, melainkan bisa diterapkan dan dikaitkan pada kehidupan manusia yang berjalan secara kolektif dalam bentuk Völker (masyarakat) yang secara efektif akan menaklukan Völk (orang) lainnya.

“Perluasan tersebut (ekspansi) hanya bisa berhasil jika negara penakluk menjajah wilayah baru. Dan dengan penjajahan yang ia (Ratzel) maksudkan adalah pembentukan lahan pertanian oleh penjajah baru,” tulis Jeremy Noakes dalam “Hitler and ‘Lebensraum’ in The East”.

Pada Jerman Ratzel berpandangan bahwa negara tersebut membutuhkan koloni di luar negeri untuk menghindari populasi penduduk Jerman yang semakin banyak. Ia memberi masukan menjadikan wilayah Timur sebagai jalan keluar masalah pertumbuhan penduduk.

Meski demikian, gagasannya tidak serta-merta diterima. Dilansir dari United States Holocaust Memorable Museum, terdapat kekeliruan atas gagasan Ratzel jika diterapkan pada negara-bangsa. Gagasan migrasi Ratzel itu ditengarai dapat mengakibatkan perebutan wilayah oleh beberapa negara perihal penguasaan sumber daya untuk bertahan hidup.

Namun, di sisi lain, gagasan ini terus dipopulerkan meski dinilai dapat mengakibatkan perebutan dan bahkan berujung konflik. Artinya, gagasan Lebensraum tidak ditinggalkan begitu saja dan justru dikembangkan lebih lanjut oleh beberapa tokoh di berbagai negara pada tahun-tahun berikutnya.

Di Swedia, misalnya, terdapat seorang ilmuwan politik bernama Rudolf Kjellen yang terinspirasi dari gagasan Ratzel dan melahirkan pemahaman baru tentang teori negara organik dalam kerangka geopolitik melalui karyanya Staten som lifsform (1916). Sedangkan di Jerman terdapat dua tokoh yakni Friedrich von Bernhardi (1849-1930) dan Karl Haushofer (1869-1946) yang mengembangkan Lebensraum. Bernhardi adalah orang yang berkecimpung dalam dunia militer, sedangkan Karl Haushofer adalah tokoh militer dan akademisi Jerman.

Richard Evans dalam The Coming of The Third Reich (2004) memaparkan konsep Lebensraum Bernhandi sebagai bentuk perjuangan rasial rakyat Jerman, dan menjadikan wilayah Eropa Timur sebagai hunian baru. Sedangkan Haushofer memandang Lebensraum sebagai cara untuk mengembalikan nama baik Jerman pasca kekalahan pada Perang Dunia I.

Mengamankan "Keranjang Roti"

Lebensraum menjadi sangat populer di tangan Hitler dan Partai Nazi. Penjara Landsberg yang berlokasi di barat daya Jerman menjadi saksi bisu atas diskursus Hitler akan gagasan ini.

Hitler memang pernah mendiami penjara tersebut selama sembilan bulan pada tahun 1924-1925, sebagai hukuman atas percobaan kudeta yang pernah dilakukannya. Di penjara, ia berusaha memahami karya-karya Ratzel dan buku geopolitik lainnya atas pemberian seorang Profesor Geografi Universitas Munich, Karl Haushoferm dan muridnya Rudolf Hess.

Hitler kemudian menulis buku Mein Kampf (Perjuanganku) yang terbit pada 1925, dan berisi gagasan visioner untuk Jerman. Dalam buku dengan tebal hampir 1000 halaman itu, Hitler secara khusus menuliskan gagasannya tentang Lebensraum dalam bab “Eastern Orientation and Eastern Policy”. Pada bab tersebut tersirat keyakinan Hitler akan Lebensraum di Eropa Timur yang berguna bagi masa depan dan kejayaan rakyat Jerman.

Infografik Mozaik Lebensraum

Infografik Mozaik Lebensraum. tirto.id/Sabit

Apalagi keyakinan tersebut dipertegas oleh Haushofer yang menyinggung kondisi Jerman terkait geografi militer yang tidak lagi menguntungkan dan bahan pangan yang terbatas. Pernyataan Haushofer dipandang oleh Hitler sebagai pembenaran atas gagasannya sehingga ia semakin yakin mengejar ambisinya. Selain itu, Jerman juga memiliki cerita historis yang cukup kuat akan daerah Timur yang semakin melandasi gerak Jerman ke sana.

“[…] pada Abad Pertengahan, tekanan sosial dan ekonomi dari populasi yang berlebihan di negara-negara Jerman telah menyebabkan kolonisasi yang stabil terhadap orang-orang Jerman di Eropa Timur. Akan tetapi, pada abad ke-20, para sarjana dan publik sama-sama mulai memandang Timur sebagai wilayah yang sumber daya alamnya melimpah, [tetapi] disia-siakan untuk orang-orang yang secara rasial 'lebih rendah' seperti Slavia dan Yahudi,” tulis penyusun United States Holocaust Memorable Museum.

Tak hanya itu, Hitler dan Partai Nazi juga memiliki pandangan bahwa orang-orang Jerman lebih tinggi atau superior dibanding orang-orang yang berada di Timur, seperti penduduk Polandia, Ukraina, Rusia, dan bangsa lain yang tergolong Slavia yang dipandangnya inferior. Oleh karena itu, Hitler berkeinginan untuk mengisi kembali tanah di Timur dengan orang Jerman. Lalu penduduk Slavia akan diperbudak atau diusir, dan orang Yahudi akan hilang seluruhnya dari wilayah yang didominasi Jerman.

“Hitler percaya bahwa ruang ini perlu diperoleh di Timur, dengan mengorbankan Soviet, untuk mengamankan 'keranjang roti' bagi Jerman dan membuka wilayah yang luas untuk penjajahan Jerman,” tulis penyusun Ensiklopedia Britannica.

Hitler dalam Mein Kampf (1925) menuliskan secara gamblang tujuan politik luar negerinya, yaitu mengamankan tanah bagi rakyat yang menjadi hak mereka di bumi. Tujuan ini mengacu pada garis besar kebijakan politik luar negeri Jerman, yaitu membangun kembali posisi Jerman dalam urusan dunia. Hitler memobilisasi orang-orang Jerman untuk meraih kemajuan yang membawa mereka dari ruang hidup yang terbatas ke tanah yang baru.

Aksi nyatanya terlihat ketika Jerman menginvasi beberapa negara pada tahun-tahun berikutnya, seperti Austria (1938), Cekoslovakia (1938), Polandia (1939), hingga menyerang Uni Soviet (1941) sebagai tujuan utama Lebensraum di Eropa Timur.

==========

Muhammad Fakhriansyah adalah mahasiswa semester akhir di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta. Meminati kajian sejarah kesehatan dan sejarah internasional.

Baca juga artikel terkait ADOLF HITLER atau tulisan lainnya dari Muhammad Fakhriansyah

tirto.id - Politik
Penulis: Muhammad Fakhriansyah
Editor: Irfan Teguh