Menuju konten utama

Hipogonadisme: Lemah Syahwat Memang Masalah, tapi Ada Solusinya

Suntik hormon testosteron merupakan terapi yang efektif bagi penyandang hipogonadisme.

Hipogonadisme: Lemah Syahwat Memang Masalah, tapi Ada Solusinya
Ilustrasi Hipogonadisme. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Seks adalah hal penting bagi banyak orang. Tapi bagaimana jika Anda atau pasangan Anda kurang bersemangat untuk aktivitas tersebut karena hipogonadisme?

Seperti tertulis dalam situs milik National Institutes of Health, Amerika Serikat, Medline Plus, hipogonadisme adalah kondisi ketika kelenjar reproduksi hanya memproduksi sedikit hormon atau tidak sama sekali. Situasi seperti ini bisa terjadi pada ovarium perempuan maupun di testis laki-laki.

Peeyush Kumar, bersama empat rekannya dalam artikel “Male Hypogonadism: Symptoms and Treatment” (2010) (PDF) menyebutkan bahwa hipogonadisme pada pria memiliki dua jenis dasar. Yang pertama adalah hipogonadisme primer yang diakibatkan masalah pada testis. Yang kedua adalah hipogonadisme sekunder, terjadi karena masalah hipotalamus, bagian otak yang memberi sinyal pada testis untuk menghasilkan testoteron.

Testosteron Rendah, Masalah Seksual pada Pria

Dalam “Testosterone and Sexual Function in Men” (2018) (PDF) yang disusun oleh Giulia Rastrelli, Giovanni Corona, dan Mario Maggi, tertulis bahwa hipogonadisme pada pria dapat terjadi karena faktor genetik atau didapat dari perubahan kontrol pusat fungsi testis, maupun kerusakan primer pada testis itu sendiri.

Bagi seorang pria, testosteron memiliki peran penting karena pada setiap rangsangan seksual, ia terlibat di dalamnya. Tak heran jika pria dengan hipogonadisme mengalami penurunan fungsi seksual, misalnya disfungsi ereksi. Dalam riset yang pernah mereka lakukan sebelumnya bersama M. Tarocchi dan E. Mannucci (2016) (PDF), mereka mencari tahu hubungan antara testosteron bebas dengan gejala seksual yang mereka alami.

Studi tersebut mereka lakukan terhadap 4.890 pasien pria yang mencari perawatan medis karena mengalami disfungsi seksual di University of Florence. Dalam penelitian tersebut, mereka mencatat tiga jenis disfungsi seksual yang dialami pasien, yakni disfungsi ereksi, gangguan ereksi pagi hari, hasrat seksual yang rendah, dan ketiganya. Studi tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah kadar testosteron pasien, gangguan yang mereka alami semakin rendah.

Meski begitu, Rastrelli, dkk. tak menampik bahwa testosteron bukan faktor utama dalam mengembangkan hasrat seksual seseorang, sebab kondisi hormon prolaktin, kondisi psikologis, kondisi relasional, dan farmakologis (ada atau tidaknya obat-obatan yang sedang dikonsumsi) juga berpengaruh.

Dokter Spesialis Andrologi, dr. M. Aminuddin Azis, Sp.And. membenarkan bahwa turunnya testis di tubuh akan memengaruhi aktivitas seksual.

“Semua akibat dari testosteron yang rendah, akan memengaruhi aktivitas seksual, libido, penisnya kecil, atau bisa testisnya nggak turun ke bawah,” ujar Aminuddin.

Terapi untuk Pemulihan Hipogonadisme

Hipogonadisme merupakan kondisi yang sulit disembuhkan, apalagi jika kondisi itu terjadi secara genetik. Namun, Aminuddin menyampaikan bahwa pasien yang ingin memiliki anak bisa menggunakan metode bayi tabung.

“Untuk fungsi mempunyai anak, spermatogenesis harus dibantu dengan bayi tabung, kalau masih ada spermatozoa,” ungkap Aminuddin.

Untuk mengembalikan fungsi seksual, pasien hipogonadisme bisa menggunakan suntik hormon testosteron melalui hormone replacement theraphy. Aminuddin mengatakan bahwa suntik testosteron tak hanya berfungsi untuk mengembalikan aktivitas seksual, tapi juga aktivitas non seksual.

“Untuk pembentukan tulang, pembentukan sel darah merah, untuk kulit, untuk rambut, banyak sekali [fungsi testosteron], untuk pembakaran lemak. Kalau untuk seks ya jelas untuk libido, untuk merawat penis,” kata Aminuddin.

John V. Conaglen dan Helen M. Conaglen pernah melakukan penelitian berjudul “The Effects of Treating Male Hypogonadism on Couples’ Sexual Desire and Function” (2009) (PDF) untuk menilai hasrat seksual dan fungsi seksual pada pria heteroseksual dengan hipogonadisme, baik sebelum terapi testosteron maupun sesudah terapi.

Hasil dari riset tersebut menunjukkan bahwa pemberian testosteron yang dilakukan pria dengan hipogonadisme ternyata mampu meningkatkan hasrat dan fungsi seksual secara signifikan, sedangkan pria kelompok kontrol (normal) tidak mengalami perubahan signifikan dalam hasrat seksualnya.

Peningkatan Kadar Testosteron dan Kepuasan Bercinta

Dalam studi itu, perempuan yang memiliki pasangan hipogonadisme kerap mendorong pria untuk mencari pengobatan karena ketika berhubungan seks dengan pasien hipogonadisme. Para perempuan memiliki minat yang lebih tinggi ketimbang pasangannya.

Maka dari itu, Conaglen dan Conaglen kemudian melempar pertanyaan kepada para pasangan seksual pria-pria tersebut. Ternyata para pasangan melaporkan bahwa telah terjadi peningkatan fungsi seksual dalam hubungan mereka, karena sepadan dengan minat pasangan.

Terapi hormon juga ternyata tak hanya memulihkan fungsi seksual sepasang kekasih, tapi juga mampu memberikan kepuasan seksual yang lebih tinggi dan mengurangi rasa sakit yang muncul akibat aktivitas seksual.

Dalam penelitian itu, Conaglen dan Conaglen menduga berkurangnya rasa sakit itu terjadi karena menurunnya kecemasan dan kesulitan saat berhubungan seks.

Infografik Hipogonadisme Pada Pria

undefined

Dokter Spesialis Andrologi, dr. M. Aminuddin Azis, Sp.And. mengatakan bahwa terapi injeksi testosteron berbeda-beda pada setiap pasien, tergantung dari kondisi masing-masing pria dengan hipogonadisme.

“Jadi yang kita lihat, apa yang mau kita berikan, karena testosteron kan banyak sediaan, ada yang aman untuk liver, ada yang tidak terlalu aman. Jadi kalau pemberian itu harus dicek semua seluruh kondisi fisiologisnya, kadarnya berapa, livernya gimana semua kita periksa,” beber Aminuddin.

Tak hanya itu, jumlah pasokan testosteron yang diberikan juga berbeda-beda setiap pasiennya. Namun, terapi injeksi merupakan metode yang paling efektif untuk semua pasien hipogonadisme.

“Periodenya ada yang 3 bulan sekali, ada yang 2 minggu sekali, tergantung sediaan hormon [masing-masing pasien],” ungkap Aminuddin.

Jika Anda mengalami hipogonadisme, tak perlu berpikir ulang untuk mencari pengobatan untuk memulihkan kandungan testosteron di dalam tubuh.

Baca juga artikel terkait SEKS atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani