Menuju konten utama

Hikmah Peristiwa Isra Miraj yang Diperingati Tanggal 27 Rajab

Isra Miraj tahun ini diperingati tanggal 28 Februari 2022. Apa hikmah peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW?

Hikmah Peristiwa Isra Miraj yang Diperingati Tanggal 27 Rajab
Murid SD Islam Al Azhar berakting saat pementasan drama "Isra Miraj: The Miraculous Night Journey" di Gedung Balai Pemuda Surabaya, Jawa Timur, Jumat (13/4/2018). ANTARA FOTO/Moch Asim

tirto.id - Peristiwa Isra dan Miraj Nabi Muhammad SAW akan kembali diperingati pada Senin, 28 Februari 2022/ 27 Rajab 1443 Hijriah. Isra dan Mikraj merupakan salah satu momentum penting bagi umat Islam, di mana Allah SWT memberikan perintah untuk mengerjakan salat 5 waktu melalui Nabi Muhammad SWT kepada umatNya.

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 963 Tahun 2021, Nomor 3 Tahun 2021, dan Nomor 4 Tahun 2021, Peringatan Isra dan Mikraj akan jatuh pada Senin, 28 Februari 2022 dan telah ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Sekilas Peristiwa Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW

Isra dan Mikraj secara sederhana dibagi ke dalam dua peristiwa, yakni Isra dan Mikraj. Peristiwa Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW diabadikan dan digambarkan oleh Allah SAW di dalam Surah Al Isra ayat 1.

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al Isra [17]:1)

Isra dimaknai dengan perjalanan malam hari yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW dari Ka’bah (Makkah) menuju Baitul Maqdis (Yerusalam/Madinah). Makkah dan Madinah memiliki jarak sekitar 1.239 kilometer.

Pada kurun 621 Masehi, perjalanan dari Ka’bah menuju Baitul Maqdis umumnya ditempuh dengan menaiki unta maupun kuda dengan durasi waktu mencapai sekitar satu bulan. Pada peristiwa Isra ini, Nabi Muhammad SAW mampu menempuh jarak tersebut dalam waktu semalam.

Sementara Mikraj dimaknai dengan kenaikan, di mana Allah SWT mengangkat Nabi Muhammad SAW dari Baitul Maqdis melewati langit ke-7 menuju Sidratul Muntaha.

Dilansir dari laman NU Online Nganjuk, Sidrah al-Muntaha adalah tempat di langit yang bersifat gaib, tidak mungkin dijangkau oleh panca indera manusia, bahkan tidak dapat dijangkau akal pikiran. Naiknya Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntahan merupakan simbol puncak pengetahuan yang paling mungkin dicapai oleh seorang makhluk.

“Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.” (QS. An Najm [53]:17)

Nabi Muhammad kemudian mendapatkan perintah salat dari Allah SWT untuk umat Islam. Pada awalnya, jumlah salat wajib yang diperintahkan berjumlah 50 rakaat perhari. Namun, setiap Rasulullah turun ke langit ke-6 dan bertemu Nabi Musa AS, beliau mengingatkan jika jumlah ini terlalu besar. Umat dari Nabi akhir zaman tidak akan kuat.

Nabi Muhammad kemudian naik dan turun kembali berkali-kali hingga menjadi 5 rakaat sehari semalam. Pada saat Rasulullah turun ke langit ke-6, Nabi Musa masih mengatakan jika jumlah ini masih terlalu banyak untuk umatnya. Namun, Nabi Muhammad SWT sudah merasa malu untuk memohon lebih sedikit lagi.

Dikutip dari Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik oleh Lings (2015:190), Rasulullah dilukiskan berkata, “Aku sudah berkali-kali menghadap Tuhanku, memohon hingga merasa malu”.

Hikmah Peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

Peristiwa Isra dan Mikraj yang diperingati setiap 27 Rajab memiliki banyak hikmah yang dapat diambil. Dilansir dari laman NU Online, Peristiwa Isra dan Mikraj mempunyai delapan hikmat di antaranya dijelaskan sebagai berikut:

1. Tingginya derajat Nabi Muhammad SAW

Surah Al Isra ayat 1 yang mengisahkan tentang peristiwa Isra dan Mikraj menyebutkan Nabi Muhammad sebagai abdun. Abdun memiliki arti yaitu hamba. Dalam hal ini, Allah SWT menunjukan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hambanya yang benar-benar bertakwa dan memiliki derajat yang luluh di sisiNya.

2. Pembekalan dakwa yang tangguh

Sebelum terjadinya Peristiwa Isra dan Mikraj, orang-orang terdekat Rasulullah SAW meninggal dunia seperti Pamannya, Abu Thalib dan Istri tercinta, Sayidah Khadijah binti Khuwailid. Selain itu, penindasan para kafir Quraisy terhadap Nabi dan pengikutnya semakin dahsyat. Ujian bertubi-tubi yang diberikan oleh Allah SWT ini dilakukan untuk membentuk Nabi Muhammad SAW menjadi lebih Tangguh dalam bertakwa.

3. Menyampaikan kebenaran meskipun pahit

Setelah melaksanakan Isra dan Mikraj di malam harinya, keesokan paginya Nabi Muhammad SAW mengabarkan apa yang dialaminya kepada penduduk Makkah. Pemberitahuan yang tidak dapat diterima oleh akal manusia ini, tentu membuat sebagaian penduduk tidak percaya. Hal ini menunjukan bahwa kebenaran harus tetap disampaikan, meskipun banyak mendapat penolakan.

4. Syariat Nabi Muhammad menghapus nabi-nabi terdahulu

Pada saat berlangsungnya peristiwa Isra dan Mikraj, Nabi Muhammad mengimami salat para nabi-nabi terdahulu. Hal ini membuktikan bahwa para nabi-nabi terdahulu mengikuti risalah Nabi Muhammad SAW. Selain itu, juga menginsyaratkan dihapuskannya syariat-syariat nabi-nabi terdahulu.

5. Keistimewaan Masjid Al Aqsha bagi umat Muslim

Masjid Al Aqsha merupakan persinggahan terakhir Nabi Muhammad SAW di bumi, sebelum dimikrajkan ke Sidratul Muntaha oleh Allah SWT. Hal ini menunjukan betapa mulianya Masjid Al Aqsha.

6. Islam merupakan agama yang suci

Pada saat perjalanan Mikraj, Nabi Muhammad SAW ditawari susu dan khamr. Nabi kemudian lebih memilih susu dari pada khamr. Hal ini menunjukan bahwa Islam merupakan agama yang suci (fitrah).

7. Pentingnya persoalan salat

Puncak dari Peristiwa Isra dan Mikraj adalah disyariatkannya salat 5 waktu. Perintah ini diterima oleh Nabi Muhammad SAW secara langsung dari Allah SWT, tanpa adanya perantara dari Malaikat Jibril. Hal ini menunjukan bahwa salat memiliki kedudukan penting, yakni sebagai tiang agama umat Islam.

8. Memantapkan Nabi Muhammad SAW

Sebelum dilakukannya Mikraj, Nabi Muhammad SAW telah mendengar perihal surga, neraka dan hal gaib lainnya melalui wahyu. Namun, Rasulullah SAW langsung meyakininya sebelum melihatnya. Hal ini disebut dengan ‘ilmul yaqin.

Baca juga artikel terkait ISRA MIRAJ atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yulaika Ramadhani