Menuju konten utama

Hikayat Nyanyian Terbaru Suporter Liverpool

Terinspirasi lagu disko Italia 1980an, viral berkat media sosial, dan digemakan setiap laga Liga Champions. Inilah lagu terbaru Liverpudlian.

Hikayat Nyanyian Terbaru Suporter Liverpool
Fans Liverpool FC. FOTO/REUTERS

tirto.id - 3 Mei 2018 menjadi hari penentuan bagi AS Roma. Mereka menjalani pertandingan hidup-mati dalam leg kedua semifinal Liga Champions melawan Liverpool. Kemenangan adalah satu-satunya cara untuk lolos, karena di leg pertama mereka takluk dengan skor mencolok, 5-2.

Kendati begitu, Roma masih percaya diri. Mereka berkaca dari pengalaman terdahulu ketika berhasil menyingkirkan Barcelona di babak perempat final dengan agregat 4-4 (unggul gol tandang).

Kenyataannya, Roma memang berhasil mengalahkan Liverpool. Tapi, kemenangan tersebut masih gagal membawa laju Pasukan Serigala ke final Liga Champions. Keunggulan 4-2 rupanya tidak menutup defisit gol dari pertandingan leg pertama. Roma kalah agregat 6-7.

Usai pertandingan, wajah pemain Roma lesu. Para pendukungnya pun sami mawon; ada yang diam termenung meratapi nasib dan ada juga yang meninggalkan stadion dengan raut muka penuh kekecewaan.

Pemandangan Stadion Olimpico tak semuanya kelabu. Di saat tuan rumah sedang meratap, tim tamu—dalam hal ini para pendukungnya—justru bertempik sorak merayakan kemenangan. Jumlah mereka yang sedikit sama sekali tak menyurutkan euforia untuk meracau tak jelas maupun mengacungkan jari tengah khas hooligans kepada pendukung tuan rumah.

Keberhasilan masuk final layak dirayakan. Lebih-lebih, final nanti merupakan final pertama dalam satu dekade terakhir. Dan mereka merangkumnya lewat chant berjudul “Allez Allez Allez.”

Riwayat Nyanyian Final

Sebagai klub dengan reputasi dan riwayat sejarah yang besar, Liverpool punya banyak chant. Yang wajib dibawakan tentu saja chant macam “You’ll Never Walk Alone”, “The Fields of Anfield Road”, serta “We Shall Not Be Moved”.

Selain chant di atas, Liverpool juga punya chant andalan yang biasanya muncul ketika mereka berlaga di pertandingan prestisius seperti final kompetisi tingkat Eropa (Liga Champions, Liga Europa) maupun lokal (Piala FA, Piala Liga).

Pada 1977, misalnya, saat mereka hendak bertanding melawan Borussia Monchengladbach dalam final Piala Champions di Roma, para suporter sudah siap dengan chant baru berjudul “We’re On Our Way to Roma”.

Nyanyian tersebut terinspirasi dari balada penyanyi Amerika Serikat 1960an, Martin Dean, “Arriverderci Roma.” Liriknya berbunyi seperti berikut:

We're on our way to Roma

On the 25th of May

Vatican bells will be ringing

All the Kopites will be singing

When we win the European Cup

Tujuh tahun berselang, muncul chant edisi laga final terbaru yang diambil dari tembang buatan penyanyi Britania Raya, Chris Rea, berjudul “I Don’t Know What It Is But I Love It”.

Lagu ini diciptakan guna mengusir rasa takut para pemain Liverpool. Hasilnya mujarab. Liverpool berhasil menggondol trofi Piala Champions untuk kali keempat setelah menang adu penalti.

Memasuki milenium, Liverpool meneruskan tradisi tersebut. Mereka membuat chant “Hou Led The Reds Out” yang terinspirasi dari salah satu track Baha Men berjudul “Who Let the Dogs Out.” Chant ini menggema di tiga final sekaligus: Piala Liga, Piala FA, dan Piala UEFA. “Hou Led The Reds Out” dibikin sebagai penghormatan kepada kiprah sang manajer The Kop saat itu, Gerrard Houllier.

Hou led the Reds out

Hou, Hou, Hou, Hou

Kemudian, saat berlaga di Istanbul melawan AC Milan pada final Liga Champions 2005, para pemain mendapat dukungan semangat dari lagu Johnny Cash, “Ring of Fire”. Lagu ini, menurut Jamie Carragher, menjadi chant favorit di setiap laga tandang Eropa yang dijalani Liverpool.

“Ring of Fire” terbukti tokcer. Liverpool yang mulanya tertinggal tiga gol, sukses membalikkan keadaan sebelum akhirnya menang melalui adu penalti.

Tak lama setelah “Miracle of Instanbul,” The Reds kembali ke final Liga Champions untuk ketujuh kalinya. Lagi-lagi mereka bertemu AC Milan. Namun, tak seperti edisi terdahulu, kali ini, Liverpool kalah. Meski demikian, suporter tetap menyanyikan “Oh Campione.”

Oh, Campione

The one and only

We're Liverpool

They say our days are numbered, we're not famous anymore

But Scousers rule the country like we've always done before

Lagu Disko Italia

Menyambut final Liga Champions malam nanti, pendukung Liverpool telah menyiapkan chant pengobar api semangat berjudul “Allez Allez Allez”. Chant ini pertama kali muncul ke publik saat mereka bertanding di Porto dalam rangka laga 16 besar Liga Champions pada Februari silam. Dari Porto, “Allez Allez Allez” kemudian rutin dinyanyikan serta menjadi chant populer di tribun suporter Liverpool.

Lagu “Allez Allez Allez” punya asal-asul menarik. The New York Times dalam laporannya bertajuk “How an Italian Disco Hit Became Liverpool’s Champions League Anthem” menyebut bahwa akar dari “Allez Allez Allez” adalah lagu milik duo disko asal Italia, Righeria, “L’Estate Sta Finendo” (“The Summer Is Ending”).

Righeria terdiri dari Stefano Righi dan Stefano Rota. Mereka menulis lagu tersebut pada 1980an. Bercerita tentang akhir liburan musim panas yang menurut Righi merupakan waktu “berakhir cinta.” Pada 1985, “L’Estate Sta Finendo” meledak di pasaran. Ia duduk di puncak tangga lagu dan diputar sampai Jerman serta Swiss.

Seiring waktu, eksistensi “L’Estate Sta Finendo” memudar—sama seperti keberadaan Righeria. Namun, semua berubah usai Righi tampil di L’Aquila, kota di timur Italia, pada tiga atau empat tahun yang lalu. Rupanya, semenjak pertunjukan itu, fans klub bola L’Aquila yang berlaga di level bawah liga Italia menggubah “L’Estate Sta Finendo” sebagai chant.

“Setelah itu, kata Righi kepada The New York Times, “beberapa teman saya mengirimi saya video yang menunjukkan penggemar L'Aquila menyanyikan versi lagu.”

L’Aquila hanyalah pemantik. Gubahan “L’Estate Sta Finendo” kemudian menyebar ke Genoa, Juventus, dan Napoli. Tak sekedar di wilayah Italia saja, “L’Estate Sta Finendo” juga sampai ke telinga pendukung Atlético Madrid (dinyanyikan pada final Liga Europa pekan lalu!), Glasgow Rangers, serta Porto. Masing-masing suporter punya tabiat yang sama: mengubah liriknya sesuai dengan kebutuhan mereka.

Infografik Nyanyian Wajib liverpool

Lantas, bagaimana bisa sampai Liverpool? Semua berkat fans bernama Phil Howard.

Ceritanya, Howard sedang berselancar di YouTube. Lalu, dia menemukan video Super Dragons—fans ultras Porto—menyanyikan chant gubahan “L’Estate Sta Finendo” di stasiun kereta bawah tanah Dortmund pada 2016.

Howard langsung dibuat terkesima dan segera mengajak temannya, Liam Malone, untuk menggarap chant yang ada di video tersebut. Ia, seperti ditulis The New York Times, “tak ingin fans Manchester United atau Chelsea mendapatkannya lebih dulu.”

Butuh waktu setahun lebih bagi keduanya untuk berproses sampai akhirnya pada Desember 2017 mereka memutuskan menyebarluaskan chant gubahan versi mereka. Tiga bulan kemudian, saat Liverpool bertandang ke Porto, “Allez Allez Allez” sudah mulai dinyanyikan.

Popularitas “Allez Allez Allez” kian membumbung ketika Jamie Webster, musisi lokal, mengubah chant tersebut ke dalam bentuk lagu populer dengan iringan gitar dan tarikan vokal. Kebetulan, Webster juga ikut dalam rombongan Liverpudlian yang melawat ke Porto.

Webster kemudian membawakan “Allez Allez Allez” di sejumlah kesempatan seperti gigs di pub Halfway House yang tak jauh dari Anfield serta acara BOSS Night yang diadakan majalah musik lokal. Penerimaan publik terhadap lagu gubahan Webster begitu meriah. Berkat bantuan Facebook, Twitter, dan YouTube, “Allez Allez Allez” pun lagi-lagi dirayakan banyak orang.

Pada akhirnya, “Allez Allez Allez” tak bisa dipungkiri memberikan kontribusi penting terhadap performa mengesankan Liverpool di Liga Champions. “Allez Allez Allez” adalah ibarat bahan bakar yang memompa semangat bertanding pemain Liverpool. Namun, yang lebih penting lagi, di balik viralnya “Allez Allez Allez,” ada satu harapan yang diapungkan para fans Liverpool: tim kesayangannya dapat membawa pulang trofi Si Kuping Besar.

“Ini seperti Glastonbury [festival musik di Inggris] buatku! Rasanya sulit untuk dijelaskan. Jika kami memenangkan Liga Champions dan lagu ini terus berkumandang, aku rasa tidak akan ada waktu yang lebih bahagia dalam hidupku selain saat ini,” kata Webster.

We've conquered all of Europe
We're never gonna stop
From Paris down to Turkey
We've won the f***ing lot
Bob Paisley and Bill Shankly
The fields of Anfield Road
We are loyal supporters
And we come from Liverpool
Allez, allez, allez

Baca juga artikel terkait FINAL LIGA CHAMPIONS atau tulisan lainnya dari M Faisal

tirto.id - Olahraga
Penulis: M Faisal
Editor: Zen RS