Menuju konten utama

Harta Karun Musikal dari Timur Tengah

Timur Tengah adalah kawasan yang tidak stabil, banyak perang terjadi. Namun, di daerah itu ada harta karun berupa musik-musik amboi. Ada diva besar dan berpengaruh, ada gitaris rock mirip Frank Zappa, juga duo elektronik pop. Wajar kalau banyak label musik baru merilis ulang album-album apik dari Timur Tengah.

Harta Karun Musikal dari Timur Tengah
Umm Kulthum. tirto.id/Sabit

tirto.id - Bagi Jason Connoy, musik menarik selalu berasal dari tempat-tempat yang tak terbayangkan. Pendiri label Fading Sunshine dan Strawberry Rain Records ini berkelana, mencari musik-musik seperti itu. Ia menemukan Indonesia. Merilis album dari AKA, Benny Soebardja, Abbhama, juga Kelompok Kampungan. Ia juga merilis album dari musisi-musisi Zambia (Salty Dog, juga Harry Mwale Experience With Greg Miyanda), Thailand (Caravan), hingga Iran, yang membuat dunia tahu ada band rock dahsyat bernama Jokers.

Dalam kata pengantar di situsnya, pria asal Kanada ini menyebut album Jokers, "filled with heavy fuzz, loud wah guitars and screaming vocals, the album sounds unlike any rock artifact unearthed from Iran so far." Jason juga menambahkan, tak ada label rekaman di Iran yang mau merilis album ini.

Maka setelah menghubungi trio rock psikedelik ini, Jason Connoy melalui Fading Sunshine merilis album yang direkam pada 1972 ini. Dicetak 500 kopi dengan format piringan hitam, dan 1.000 CD. Semuanya sudah terjual habis sekarang. Di Amazon, harga CD-nya sudah melonjak jadi Rp754 ribu.

Penulis musik Taufiq Rahman, menyebut salah satu lagu di album ini, "Jokers’ Theme", "mungkin merupakan track blues psikedelia yang paling berat sekaligus paling baik yang pernah saya dengar." Personel band ini terdiri dari gitaris merangkap vokalis Vaheed, bassist Comran, dan drummer Afshin. Menurut Taufiq, saking jarangnya tulisan soal band ini, bahkan mencari nama belakang personelnya adalah hal yang nyaris mustahil. Tapi, ujar Taufiq lagi, musik Jokers mungkin bisa membuat band sangar seperti Cream tertunduk lesu.

infografik musisi timur tengah

Musik Modern dari Peradaban Tertua

Selama ini kawasan Timur Tengah memang dianggap bukan kawasan yang baik untuk tumbuh kembang musik, terutama rock. Selain alasan agama --beberapa pemuka agama bilang musik itu haram-- kawasan itu juga tidak stabil secara politik. Perang kerap terjadi. Begitu pula Revolusi. Saat Iran mengalami Revolusi pada 1978, semua hal yang berbau rock dilarang. Setelah era internet, apa yang dikubur itu kemudian bisa digali ulang. Jokers adalah salah satu artefak temuan penggalian ini.

Selain itu, dunia jadi kenal Kourosh Yaghmaei. Ia disebut sebagai pelopor musik rock di Iran. Sekilas, penampilannya, lengkap dengan rambut gondrong dan kumis tebal, mengingatkan kita pada Frank Zappa. Beberapa lagunya bertempo sedang dan bercitarasa manis dan sendu, semisal "Khaar", "Hajme Khali", atau "Gol Yahk". Namun ada juga yang seperti "Entezar", diawali dengan kocokan gitar berefek wah, menyemburkan aura funk yang pekat.

Album yang membuat Kourosh dikenal dunia adalah Back From The Brink (Pre-Revolution Psychedelic Rock From Iran: 1973-1979) yang dirilis oleh Now-Again Records. Label asal Amerika Serikat ini berkonsentrasi merilis album-album bercitarasa funk dan soul dari era 1960-1970-an. Now-Again ini pula yang merilis Those Shocking Shaking Days, Indonesian Hard, Psychedelic, Progressive Rock And Funk: 1970 - 1978, yang berisi band-band seperti Panbers, The Rollies, AKA, Trenchem, Koes Plus, hingga The Gang of Harry Roesli. Iran tak sendirian sebagai negara Timur Tengah yang punya musisi-musisi amboi.

Dari Mesir ada Umm Kulthum, biduan terbesar Mesir yang dianggap sebagai salah satu penyanyi paling berpengaruh di Timur Tengah hingga sekarang. Terlahir dengan nama Fatima Ibrahim, ayahnya adalah seorang imam di sebuah masjid di kawasan El Senbellawein. Pada mulanya, sang ayah mengajarkan Umm tadarus. Saat Umm berusia 12 tahun, sang ayah menyaksikan bagaimana Umm punya bakat dalam menyanyi. Maka ia diikutkan dalam kelompok seni keluarga.

Namun perempuan manggung adalah hal yang tabu di Mesir. Maka sang ayah memapras rambut Umm, menyamarkannya sebagai lelaki supaya orang tak awas. Saat umur Umm 16 tahun, ia berkenalan dengan Mohamed Aboul Ela, yang mengajarkannya lagu-lagu klasik jazirah Arab. Dari sana, karir menyanyinya terus berjalan, termasuk saat dia memutuskan tinggal di Kairo.

Sebagai seorang diva terbesar, suara dan emosi Umm ketika menyanyi memang menggetarkan. Coba simak komposisi "Enta Omri". Paduan alat musik klasik berlanggam Timur Tengah, berpadu dengan liukan suara Umm yang berat tapi anggun --pengaruh dari tadarus ketika kecil. Bulu kuduk mana yang tak berdiri mendengar lagu anggun seperti itu. Bagi banyak pendengarnya, ketika Umm menyanyikan lagu, Ia seperti seorang alim yang memanjatkan doa dengan penuh seluruh. Khusyuk, emosional, penuh penghayatan.

Satu rombongan dengan Umm, ada gitaris Omar Khorshid. Lahir di Kairo pada 9 Oktober 1945, Omar dikenal sebagai gitaris yang mengiringi banyak musisi terkenal Mesir, termasuk Abdel Halim Hafez, Farid Al Atrash, dan Umm. Pada 1973 hingga 1977, Omar pindah ke Lebanon dan membuat beberapa album, seperti Voice of Lebanon.

Pada 1977, Presiden Mesir Anwar Sadat menjadi pemimpin Arab pertama yang mengunjungi Israel dalam agenda resmi negara. Ia bertemu dengan Perdana Menteri Israel kala itu, Menachem Begin. Di saat bersamaan, Anwar mengajak Omar untuk tampil di Gedung Putih. Bagi banyak orang, Omar hadir sebagai pernyataan diplomasi damai. Namun bagi banyak ekstremis di negaranya, Omar adalah pengkhianat yang mau berdiri satu kubu dengan Amerika dan Israel.

Akibatnya, Omar beberapa kali menerima ancaman pembunuhan, termasuk dengan bom. Pada 1981, Omar berkendara bersama istrinya, Dina, yang sedang hamil. Mobil yang dikendarainya kemudian hilang kontrol dan menabrak lampu jalan. Dina selamat. Namun Omar yang mengalami benturan di tengkorak, leher, dan tulang belakang meninggal di tempat. Dina, beberapa saat kemudian, mengatakan bahwa kecelakaan itu adalah sabotase orang-orang yang ingin Omar mati.

Omar meninggal dengan mewariskan Guitar El Chark (Guitar of the Orient), sebuah album yang direkam ketika Omar tinggal di Lebanon. Album ini kemudian dirilis ulang dalam bentuk piringan hitam oleh Sublime Frequencies. Situs musik Pitchfork yang biasanya kejam dalam memberikan rating, mengganjar album ini dengan skor 8,1 dari nilai sempurna 10.

"Khorsid menggabungkan teknik bermusik tradisional Arab dengan sound Barat, dan dalam prosesnya menyingkap akar Mediterania yang ada di musik gitar surf Amerika," tulis Joe Tangari di Pitchfork.

Musisi dahsyat juga bisa kita temui di Lebanon. Sejak 1940-an, Kota Beirut menghadirkan suasana kota yang kosmpolitan. Banyak seniman berkarya di sana. Wajar kalau Omar kemudian pindah ke Beirut. Sebelum perang saudara pecah pada 1975, Lebanon punya empat orang biduan yang dijuluki Empress of the Lebanese Song. Mereka adalah Sabah, Nouhad "Fairuz" Haddad, Wadih El Safi, dan Samira Tawfiq.

Saat perang saudara meletus, kebanyakan penyanyi dan musisi Lebanon pindah ke Kairo atau Paris. Di Lebanon juga ada Lydia Canaan, yang oleh Rock and Roll Hall of Fame disebut sebagai "...bintang rock pertama di Timur Tengah." Nama Lydia cepat populer di dunia Barat karena lirik lagunya berbahasa Inggris. Ia juga adalah musisi Timur Tengah pertama yang videonya diputar oleh MTV Eropa, Asia Tenggara, Rusia, dan Timur Tengah.

Kehadiran Lydia di kancah rock memang tak biasa. Ia dianggap mendobrak tradisi, menentang anggapan umum, dan meleburkan batasan. Menurut Arabian Woman, "Lydia, sebagai gadis yang tumbuh di tengah perang saudara berdarah, ia meruntuhkan tembok pembatas yang selama ini tampak tak bisa dihancurkan... Dia mengguncang kemapanan."

Setelah Perang Saudara usai pada 1990, kancah musik di Lebanon kembali bergairah. Ada yang memainkan musik elektro-pop seperti Soap Kills (dalam bahasa Arab mereka disebut As-Saboun Yaqtol), juga band-band rock alternatif semisal Meen.

Kancah musik Timur Tengah memang menarik. Dulu area yang jarang dijamah para pengembara musik. Namun sekarang, dengan semakin kencangnya arus informasi, area yang dulu tak terekspos itu makin dikenal. Apalagi banyak album-album dahsyat dari sana yang dirilis ulang oleh label musik, baik dalam format piringan hitam, CD, atau mp3.

Kawasan itu --terlepas dari segala konflik yang perlahan memapras akar-akar kebudayaan mereka-- adalah daerah dengan salah satu peradaban tertua di dunia. Bahkan peradaban Mesopotamia dan Mesir dianggap sebagai peradaban paling awal. Karena itu kita tak perlu kaget jika ada banyak sekali musisi bagus dari Timur Tengah.

Baca juga artikel terkait TIMUR TENGAH atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Suhendra