Menuju konten utama

Hari Pers Nasional: Jokowi Bicara Peran Media dan Banjir Informasi

Di tengah kemajuan pesat teknologi informasi, menurut Jokowi, peran pers sebagai pilar penyampai kebenaran semakin dibutuhkan.

Hari Pers Nasional: Jokowi Bicara Peran Media dan Banjir Informasi
(Ilustrasi) Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan keterangan pers usai pertemuan tertutup di Kantor Wakil Presiden, Selasa (6/2/2018). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Presiden Joko Widodo menyoroti kemajuan teknologi informasi dan dampaknya saat memberikan sambutan dalam acara peringatan Hari Pers Nasional di Pantai Cimpago, Padang, Sumatra Barat, pada Jumat (9/2/2018).

Menurut Jokowi, lompatan kemajuan teknologi digital menciptakan banyak saluran informasi baru. Kondisi ini sekaligus membuat melimpahnya informasi yang sampai ke publik. Akan tetapi, di tengah kondisi demikian, peran pers justru semakin diperlukan karena misinformasi atau informasi yang salah juga semakin mudah ditemukan.

“Pers makin diperlukan untuk menjadi pilar penegak penyampaian kebenaran, pers makin diperlukan sebagai pilar penegak fakta-fakta, pers makin diperlukan sebagai pilar penegak aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat,” kata Jokowi seperti dilansir laman Sekretariat Kabinet.

Jokowi menambahkan peran pers juga semakin penting untuk turut membangun narasi kebudayaan di tengah perkembangan teknologi yang cepat.

“Pers diperlukan untuk turut membangun narasi kebudayaan baru, membangun narasi peradaban baru,” kata Jokowi. "Era yang menghasilkan banyak inovasi yang harus segera kita ketahui, yang harus segera kita pahami jika kita tidak ingin ditinggalkan."

Dalam sambutannya di acara Konvensi Media pada rangkaian HPN 2018, Kamis kemarin, Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo juga menyatakan bahwa peran pers di Indonesia makin dibutuhkan mengingat maraknya informasi hoaks yang tak hanya memuat kebohongan tapi juga menebar kebencian.

Tapi, dia mengingatkan pers di Indonesia juga harus memperbaiki kualitas jurnalisme sekaligus bersikap independen agar dipercaya oleh publik. Tahun politik pada 2018 dan 2019 merupakan tantangan bagi pers Indonesia untuk menghadirkan informasi yang berkualitas bagi publik.

“Otoritas kebenaran faktual harus dikembalikan kepada media arus utama yang terverifikasi di Dewan Pers,” kata Yosep.

Dia menilai pesatnya pertumbuhan perusahaan pers di Indonesia belum dibarengi dengan kehadiran media-media berkualitas yang memuat berita-berita hasil kerja jurnalistik yang profesional dan mematuhi kode etik jurnalis.

Berdasar catatan Dewan Pers, menurut Yosep, di Indonesia saat ini ada sekitar 2.000 media cetak. Namun, hanya 567 media cetak yang memenuhi syarat kualifikasi Dewan Pers sebagai media profesional pada 2014. Pada 2015, angkanya menyusut menjadi 321 media cetak.

Sedangkan jumlah media siber diperkirakan mencapai 43.300. Tapi, Yosep mencatat media siber profesional dan lolos syarat pendataan Dewan Pers pada 2014 hanya 211 media siber. Angka ini menyusut lagi menjadi hanya 168 media siber pada 2015.

Dewan Pers juga mencatat, sampai akhir 2014, tercatat ada 1.166 media radio dan 394 media televisi. Pada 2015 media radio mengalami penyusutan menjadi 674. Sedangkan televisi bertambah menjadi 523.

Baca juga artikel terkait HARI PERS NASIONAL atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom