Menuju konten utama
6 Maret 1930

Hari Pengangguran Internasional dan Nasib Komunisme di Amerika

Krisis ekonomi parah yang melanda Amerika Serikat membuat Komunis Internasional menggagas Hari Pengangguran Internasional.

Hari Pengangguran Internasional dan Nasib Komunisme di Amerika
Ilustrasi Hari Pengangguran Internasional. tirto.id/Nauval

tirto.id - Pada 6 Maret 1930, tepat hari ini 90 tahun lalu, ribuan orang di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa melancarkan aksi yang dinamakan Hari Pengangguran Internasional (International Unemployment Day). Aksi ini dilakukan sehubungan dengan masa Depresi Besar (The Great Depression) yang melanda AS.

Berlangsung selama 10 tahun (1929-1939) ketika AS dipimpin Herbert Hoover, Depresi Besar adalah krisis ekonomi terhebat yang pernah melanda Paman Sam. Makin ironis karena ketika itu perekonomian AS tengah maju pesat dan kekayaan negara meningkat lebih dari dua kali lipat. Periode kemajuan itu disebut sebagai “The Roaring Twenties”.

Persoalannya kemudian, pesatnya ekonomi AS memicu spekulasi besar-besaran di pasar saham. Indeks saham pun melejit hingga mencapai puncaknya pada Agustus 1929. Namun, memasuki bulan September 1929, harga saham secara perlahan terus turun. Dan tepat pada 24 Oktober 1929, terjadi pelepasan saham-saham secara masif: hampir 13 juta lembar saham berpindah tangan dalam waktu sehari. Dalam rentang waktu sehari pula Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh hingga 11 persen.

Peristiwa stock market crash itu disebut publik dengan istilah “Black Thursday”. Lima hari berselang, tepatnya 29 Oktober 1929, krisis di bursa saham makin mencapai titik terparah. Enam belas juta lembar saham terjual dalam suasana kepanikan luar biasa. "Black Tuesday", demikian publik menyebutnya, dan kelak menjadi salah satu hari yang paling dikenang dalam sejarah ekonomi dunia.

Kolapsnya pasar saham membuat kepercayaan konsumen lenyap. Mengutip Michael Bernstein dalam esainya yang berjudul "The Unique Economic Policy Environment of Interwar and Postwar America", hal itu menyebabkan penurunan daya beli, menyusutnya investasi, guncangan di sektor industri, hingga merebaknya pengangguran.

Gene Smiley, profesor dari Marquette University, menyatakan lewat tulisannya di Library of Economics and Liberty, pada 1930 jumlah penganggur mencapai 4 juta orang. Kemudian meningkat menjadi 6 juta pada 1931 dan di tahun 1933 jumlahnya mengganas di sekitar 15 juta.

Pada periode meningkatnya pengangguran itulah Komunis Internasional (Komitern) menggagas sebuah protes massal berskala global.

Dari New York hingga Berlin

Krisis ekonomi parah yang melanda AS membuat Komite Eksekutif Komunis Internasional (ECCI) di Moskow, Rusia segera bertindak. Dalam maraton rapat yang digelar sejak Februari 1930, mereka sepakat menetapkan 6 Maret 1930 sebagai “Hari Internasional” untuk melakukan protes massal. Kampanye ini dikembangkan lebih lanjut di Berlin, Jerman di bawah naungan Biro Komintern Eropa Barat.

Semula aksi ini dijadwalkan pada 26 Februari 1930, namun diubah karena tanggal tersebut dirasa terlalu mepet untuk persiapan aksi. Perubahan tanggal itu membuat kalangan Partai Komunis AS (CPUSA) kelimpungan karena mereka kadung menyebarkan majalah bulanan partai, The Communist (PDF), dengan sampul seruan aksi di tanggal sebelumnya.

Dalam laporan yang diserahkan kepada presidium ECCI, Dmitry Manuilsky selaku sekretaris Komintern mematok angka pengangguran di AS sebesar 6 juta orang. Lalu berturut-turut Jerman (3,5 juta) dan Inggris (lebih dari 2 juta). Secara keseluruhan, Komintern memperkirakan ada 17 juta pekerja yang menganggur di negara-negara kapitalis primer, dengan 60 juta (termasuk anggota keluarga) orang terkena dampak parah.

Oleh pihak Komintern, jumlah yang bombastis tersebut dianggap sebagai peluang untuk melancarkan aksi massa besar-besaran. Manuilsky pun mengimbau seluruh partai anggota Komunis Internasional untuk segera bergerak mengadakan Hari Pengangguran Internasional.

Di AS, partai CPUSA menciptakan Persatuan Liga Serikat Buruh (TUUL) untuk mengoordinasikan aksi. Mereka juga menyebar buletin propaganda ke masyarakat dengan dua slogan yang terus digemakan: “Work or Wages!" dan "Fight! Don't Starve!".

Dalam The Heyday of American Communism: The Depression Decade (1984, PDF), sejarawan Harvey Klehr memperkirakan bahwa demonstrasi yang digelar di AS pada 6 Maret 1930 melampaui ekspektasi CPUSA.

Aksi di New York, misalkan, yang dikoordinasi Sam Darcy, salah seorang petinggi CPUSA, diklaim telah diikuti oleh 110.000 orang. Namun, menurut catatan New York Times yang turut dilampirkan Klehr dalam bukunya, angka sebenarnya jauh lebih sedikit dari itu: 35.000.

Aksi tersebut pun berlangsung rusuh. Dimulai dari ketegangan antara korlip CPUSA, William Z. Foster, dengan Komisaris Polisi Kota New York, Grover Whalen. Sang komisaris melarang massa yang semula berkumpul di Union Square menuju Balai Kota. Alasannya: aksi tersebut tidak mendapatkan izin. Foster yang geram kemudian berseru ke massa aksi: "Apakah Anda akan menerima jawaban itu?"

Massa aksi merespons omongan Foster dengan bergejolak dan kembali merangsek ke lokasi tujuan. Polisi yang berjaga-jaga menganggap massa aksi melakukan provokasi. Alhasil, sekitar 1.000 petugas yang menjaga aksi tersebut mengambil langkah tak kalah beringas. New York Times melaporkan kejadian tersebut, sebagaimana dikutip dari Libcom:

“Ratusan polisi bergegas masuk ke kerumunan, mengayunkan tongkat pentungan besi, mengobrak-abrik siapa saja yang mereka lihat, mengejar orang-orang di jalan, dan menendangi kaki-kaki mereka. Dalam adegan pertempuran tersebut terdengar jeritan perempuan dan tangisan laki-laki dengan kepala dan wajah yang berlumuran darah.”

Polisi kemudian menangkap Foster bersama dengan para petinggi CPUSA lainnya, Robert Minor, Harry Felton, serta Israel Amter, di tangga Balai Kota, karena dianggap sebagai figur sentral aksi tersebut. Semuanya dijatuhi hukuman 3 tahun di penjara New York.

Selain New York, aksi Hari Pengangguran Internasional juga digelar di beberapa kota lain di AS: Detroit dan Chicago. Menurut klaim CPUSA, aksi di Detroit diikuti 100.000 orang, di mana 25.000 di antaranya sempat bersitegang dengan 3.000 polisi selama sekitar dua jam. Kericuhan itu mengakibatkan 26 orang, termasuk seorang polisi, dirawat di rumah sakit serta lebih dari dua lusin demonstran ditangkap.

Sementara di Chicago, aksi berlangsung selama 10 hari dan melibatkan sekitar 50.000 orang. Sepanjang periode tersebut pula pertempuran dengan pihak kepolisian berlangsung, dan pada minggu pertama di bulan Maret, lebih dari 150 penangkapan dilakukan.

Aksi serupa juga digelar di Boston yang diklaim CPUSA diikuti 50.000 orang, lalu Milwaukee (40.000), Pittsburgh (50.000), Philadelphia (30.000), Cleveland (25.000), Youngstown (20.000), Ohio (15.000), hingga Washington (10.000). Adapun kota-kota lain adalah San Francisco, Los Angeles, Seattle, Denver, juga Baltimore.

Secara keseluruhan, CPUSA mengklaim terdapat lebih dari 30 kota di AS yang mengikuti aksi Hari Pengangguran Internasional pada 6 Maret, dengan total peserta mencapai lebih dari 1,25 juta orang yang juga berasal dari Federasi Buruh dan Partai Sosialis Amerika. Editorial The Communist Volume 3 No. 9 (PDF) mencatat bahwa aksi tersebut sukses membangkitkan kesadaran massa terkait masalah pengangguran di AS.

Di Eropa, demonstrasi Hari Pengangguran Internasional terbesar dan paling rusuh terjadi di Berlin, rumah bagi Partai Komunis terbesar di luar Uni Soviet. Para demonstran yang mengabaikan dekrit larangan aksi membuat polisi bersikap beringas. Pertempuran pun berlangsung hingga malam hari. Selain Berlin, aksi juga terjadi di Hamburg, Munich, serta Halle yang menewaskan dua orang demonstran.

Di Wina, Austria, sekitar 2.500 demonstran bertempur di jalanan dengan polisi dan sekelompok pemuda gerakan fasis. Sejumlah orang terluka, dan tujuh demonstran ditangkap. Berpindah ke London, aksi dilakukan di Tower Hill untuk mendengarkan pidato Tom Mann dan Jack Gallagher, dua petinggi gerakan buruh di Inggris. Kisruh sempat terjadi di Mansion House, membuat beberapa orang demonstran dan polisi terluka. Aksi serupa juga terjadi di Manchester dengan melibatkan ribuan pekerja lain.

Sementara di Paris, aksi Hari Pengangguran Internasional yang juga dilarang otoritas berwenang “hanya” dihadiri sekitar 2.500 demonstran. Lalu di Sevilla, Spanyol, aksi diikuti ribuan demonstran, terutama para pekerja bangunan.

Infografik Mozaik Hari Pengangguran Internasional
Infografik Mozaik Hari Pengangguran Internasional. tirto.id/Nauval

Tanggapan Komintern dan Terbentuknya HUAC

Meski klaim CPUSA dan pihak komunis AS mengenai aksi Hari Pengangguran Internasional berlangsung sukses, tidak demikian bagi ECCI. Menurut mereka, jumlah peserta aksi tersebut relatif sedikit dibandingkan jumlah pengangguran yang ada, sehingga upaya pihak komunis menjadi jembatan politik antara pekerja, penganggur, serta organisasi politik lain tidak berjalan.

Dalam kongres di Moskow pada Maret 1931, salah seorang anggota Komintern, Osip Piatnitsky, bahkan mengejek slogan-slogan yang digunakan komunis AS ketika aksi Hari Pengangguran Internasional. Menurutnya, slogan-slogan seperti “Work or Wages” serta "Fight! Don't Starve!" tidak efektif dan sukar dipahami para pekerja.

Sementara pihak CPUSA berpandangan sebaliknya. Aksi Hari Pengangguran Internasional tersebut berhasil menjaring total 6.167 anggota baru, juga sukses membuat Komisaris Polisi Kota New York, Grover Whalen, dikecam publik hingga mengundurkan diri karena penanganan aparat yang brutal. Sebab itu pula, CPUSA menilai bahwa mereka telah menjadi “kekuatan yang diakui dalam kancah perpolitikan Amerika”.

Namun demikian, “keberhasilan” aksi Hari Pengangguran Internasional bagi kalangan komunis AS terbukti hanya sesaat. Sejarawan Harvey Klehr dalam bukunya menyebut ramainya peserta aksi 6 Maret lebih disebabkan oleh penangkapan massa komunis daripada massa pekerja yang marah karena krisis ekonomi.

Selain itu, akibat aksi Hari Pengangguran Internasional, DPR AS membentuk sebuah tim yang dinamakan “Special Committee to Investigate Communist Activities in the United States” pada 22 Mei 1930 atau enam minggu setelah demonstrasi dilakukan. Sesuai namanya, tim tersebut bertugas menyelidiki segala kegiatan komunis di AS.

Kelak, komite tersebut menjadi cikal bakal sebuah lembaga baru yang didirikan pada 1938: “House Un-American Activities Committee” (HUAC). Tugas utamanya tak jauh berbeda, namun dalam rentang waktu yang lebih panjang: menginvestigasi segala kegiatan berbau komunisme di AS sepanjang Perang Dingin (1947-1991).

Baca juga artikel terkait KOMUNIS atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Politik
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Ivan Aulia Ahsan