Menuju konten utama

Hari Lansia Nasional 2023, Ketahui 5 Penyakit Mengancam Lansia

Hari Lansia Nasional 2023 dan ucapan hari Lansia: berikut ini daftar penyakit yang umumnya mengancam lansia.

Hari Lansia Nasional 2023, Ketahui 5 Penyakit Mengancam Lansia
Peringatan HLUN ke-27. tirto.id/Riyan Setiawan

tirto.id - Hari Lanjut Usia (Lansia) Nasional 2023 diperingati hari ini, Senin (29/05/2023).

Peringatan ini didedikasikan untuk para lansia Indonesia yang telah menghabiskan masa produktifnya untuk turut mengisi pembangunan dan memajukan bangsa.

Pada peringatan Hari Lansia tahun ini, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (KEMENKO PMK) Republik Indonesia mengusung tema “Lansia Terawat Indonesia Bermartabat”.

Menurut situs Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), seseorang dikategorikan sebagai lansia adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Lansia pun dibagi menjadi tiga kategori yaitu lansia muda, lansia madya, dan lansia tua.

Lansia muda adalah mereka yang berusia 60–69 tahun, lansia madya mereka yang berusia 70–79 tahun. Sedangkan, lansia tua adala mereka yang berusia 80 tahun ke atas.

Usia adalah salah satu rujukan penanda seseorang telah melewati sejumlah tahap penuaan, dan seiring bertambah usia penuaan adalah hal yang pasti terjadi.

World Health Organization (WHO) menulis, pada tingkat biologis, penuaan merupakan hasil dari dampak akumulasi berbagai macam kerusakan molekuler dan seluler dari waktu ke waktu.

Hal ini menyebabkan penurunan kapasitas fisik dan mental secara bertahap, meningkatnya risiko penyakit, dan pada akhirnya kematian.

5 Penyakit Mengancam Lansia

Kerusakan molekuler dan seluler adalah salah satu pemicu lansia menjadi sangat rentan menderita sejumlah penyakit.

Terdapat beberapa penyakit yang memiliki korelasi dengan penuaan yang kerap mengancam lansia, berikut ini daftarnya seperti dilansir laman LifeConnect24.

1. Radang sendi (artritis)

Ilustrasi osteoporosis

Ilustrasi radang sendi. FOTO/iStockphoto

Artritis adalah salah satu kondisi medis yang paling umum terjadi pada orang lanjut usia. Kondisi ini menyebabkan nyeri sendi dan peradangan, yang dapat membatasi pergerakan.

Ada dua jenis artritis yang umum terjadi: osteoartritis dan artritis reumatoid. Pada lansia, osteoartritis lebih sering terjadi.

Ini karena osteoartritis disebabkan oleh keausan, sebab bagaimanapun juga, semakin tua usia kita, semakin sering kita menggunakan sendi.

Sebaliknya, artritis reumatoid adalah penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan sendi. Gejala artritis meliputi:

  • Nyeri sendi, nyeri tekan, dan kekakuan
  • Pergerakan yang terbatas
  • Peradangan di dalam dan di sekitar sendi
Risiko jatuh meningkat jika menderita penyakit ini. Oleh karena itu, orang dengan kondisi medis seperti artritis (terutama mereka yang tinggal sendirian) harus memastikan bahwa mereka selalu dapat meminta bantuan jika mereka membutuhkannya.

2. Asma

Ilustrasi sesak nafas

Ilustrasi penyakit pernafasan. foto/Istockphoto

Asma terjadi ketika saluran udara tubuh sensitif terhadap alergen dan meradang.

Peradangan ini dapat menyebabkan serangan asma yang menyakitkan dan menakutkan, yang menyebabkan otot-otot saluran napas menegang dan menyempit, sehingga sulit untuk bernapas.

Sebagian besar orang dapat mengelola asma mereka dengan sangat efektif dengan pengobatan yang tepat. Namun, asma yang dibiarkan begitu saja dapat berakibat fatal. Gejala asma meliputi:

  • Batuk
  • Sensasi sesak di dada
  • Sesak napas
Orang lanjut usia rentan terhadap asma dan harus mewaspadai gejalanya, terutama saat cuaca terasa dingin. Asma dapat memburuk selama dan setelah serangan pilek atau flu.

3. Bronkitis kronis

Ilustrasi Infeksi Paru-paru

Ilustrasi. Getty Images/iStockphoto

Bronkitis kronis adalah suatu kondisi yang mempengaruhi paru-paru dan saluran udara.

Ini adalah salah satu dari beberapa kondisi paru-paru yang berada di bawah payung PPOK (penyakit paru obstruktif kronik).

Sebagian besar kasus bronkitis berkembang sebagai akibat dari infeksi yang mengiritasi bronkus (saluran udara), sehingga menyebabkan produksi lendir yang berlebihan. Tubuh mencoba mengeluarkan lendir yang berlebih ini melalui batuk.

Bronkitis kronis adalah ketika batuk ini terus berlanjut setiap hari selama beberapa bulan dalam setahun atau lebih. Waspadai gejala umum bronkitis kronis, yang meliputi:

  • Batuk berdahak, yang dapat memunculkan lendir
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala
  • Hidung meler atau tersumbat
  • Kelelahan
  • Rasa sakit dan nyeri di dada
Jika menderita bronkitis kronis, pastikan banyak beristirahat, minum banyak cairan untuk menghindari dehidrasi, dan mengobati sakit kepala atau demam dengan parasetamol atau ibuprofen, tetapi jangan gunakan obat ini jika menderita asma.

4. Demensia

Ilustrasi demensia

Ilustrasi demensia. FOTO/iStockphoto

Demensia adalah gangguan progresif yang memengaruhi daya ingat dan fungsi otak secara keseluruhan.

Kondisi ini relatif umum terjadi pada orang yang lebih tua, memengaruhi sekitar 1 dari 14 orang di atas 65 tahun. Angka ini meningkat menjadi 1 dari 6 orang yang berusia di atas 80 tahun.

Bentuk demensia yang paling umum dan terkenal adalah penyakit Alzheimer. Demensia vaskular adalah jenis demensia lain yang berkembang akibat stroke atau kerusakan pembuluh darah. Gejala demensia meliputi:

  • Kesulitan mengingat kejadian, bahkan kejadian yang baru saja terjadi.
  • Masalah dalam percakapan, kesulitan untuk mengikuti pembicaraan atau menemukan kata-kata yang tepat.
  • Kesulitan menilai jarak.
  • Lupa di mana berada atau tanggal berapa sekarang.
Diagnosis dini akan membantu seseorang mendapatkan hasil terbaik dari pengobatan sekaligus memberi seseorang lebih banyak waktu untuk mempersiapkan segala hal yang mungkin bisa terjadi di kemudian hari.

5. Kebutaan

Ilustrasi Katarak

Ilustrasi Katarak. foto/istockphoto

Penyebab utama kebutaan adalah degenerasi makula terkait usia. AMD terjadi ketika endapan menumpuk pada makula (area kecil di pusat retina).

AMD juga dapat disebabkan oleh pembuluh darah abnormal yang berkembang di bawah makula.

Kondisi medis lain juga dapat menyebabkan kehilangan penglihatan, seperti glaukoma dan diabetes.

Retinopati diabetik merusak retina, sehingga menyebabkan kehilangan penglihatan. Penanganan untuk kehilangan penglihatan bervariasi, tergantung pada penyebabnya, tetapi dapat meliputi:

  • Operasi katarak
  • Obat tetes mata
  • Bedah laser
Diagnosis dini terhadap potensi kebutaan sangatlah penting, jadi segera periksakan diri ke dokter jika merasakan adanya perubahan pada penglihatan.

Baca juga artikel terkait HARI LANSIA 2023 atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dhita Koesno