Menuju konten utama

Hari Kesaktian Pancasila 2018, Yasin Limpo: Jangan Sekedar Jargon

"Kita lahir dan memaknai Hari Kesaktian Pancasila ini tidak menjadi jargon dan retorika," kata Syahrul

Pelajar SMP Satap Padadita memikul replika Garuda Pancasila yang didesain dengan kain Tenun Ikat Sumba Timur. ANTARA FOTO/Ignas Inyas Kunda

tirto.id - Ketua DPP Partai Nasdem Bidang Otonomi Daerah, Syahrul Yasin Limpo menyerukan agar Hari Kesaktian Pancasila 2018 jangan hanya dijadikan jargon dan retorika semata, namun harus Pancasila dijadikan gerakan perubahan bagi kemajuan bangsa Indonesia.

"Kita lahir dan memaknai Hari Kesaktian Pancasila ini tidak menjadi jargon dan retorika," kata Syahrul usai menjadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, di DPP Partai NasDem, Gondangdia, Jakarta Pusat, Senin (1/10/1996).

Nasdem mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan gerakan retorasi demi memajukan dan menyejahterakan bangsa Indonesia.

"Kita bangun dari Sabang sampai Merauke. Kita mau kehidupan ini memang berjalan normatif tapi dalam bingkai nasional," kata Syahrul.

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan tersebut mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjaga kondusivitas bangsa agar Indonesia tidak terpecah belah.

"Kita tidak saling tuduh, tidak saling fitnah, dan tidak cari mencari kekurangan yang ada. Tetapi bagaimana kekurangan itu kita tanggulangi secara bersama. Nasdem pun membuka diri," ujarnya.

Dengan memperingati Hari Kesaktian Pancasila, menurut Syahrul berarti menghidupkan roh yang kuat,dan Indonesia bisa bertahan karena adanya Pancasila.

"Negara ini hadir tidak memilih liberalisasi sebagai ideologi, tidak memiliki ideologi sosialis menjadi bagian dari ideologi komunis dan paham lain. Kita memilih Pancasila karena negara ini terdiri dari pulau-pulau yang banyak tempat orang tinggal, memiliki adat yang berbeda-beda, agama yang berbeda memiliki suku dan etnik bahasa yang berbeda dan Pancasila yang mampu menyatukannya dan di dalam Pancasila ini mengakomodasi masalah religi yang kita miliki secara bersama apapun agamanya, kita rasa beri kemanusiaan," paparnya.

Rasa persatuan dan kesatuan ini menjadi kekuatan. Karena ada banyak pihak yang ingin mengubah ideologi negara ini, dengan politik identitas seperti DI TII dan berbagai kegiatan separatis yang pernah terjadi.

"Kalau ada orang yang membawa paham lain dan ideologi lain, saya kira dia tidak memaknai kehidupan bangsa Indonesia yang sudah berusia 73 tahun. Pancasila adalah ideologi negara, 'way of life' bangsa Indonesia," pungkasnya di hadapan ratusan kader Akademi Bela Negara (ABN).

Baca juga artikel terkait HARI KESAKTIAN PANCASILA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yulaika Ramadhani
-->