Menuju konten utama

Hari-Hari Terakhir Lionel Messi di Catalonia

Hanya Ronaldinho pemain Barcelona yang disanjung di Bernabeu. Sosok itu dilepas demi kebangkitan Messiah, yang kini kontraknya habis.

Hari-Hari Terakhir Lionel Messi di Catalonia
Messi Barcelona terlihat saat pertandingan sepak bola La Liga antara Betis dan Barcelona di stadion Benito Villamarin di Seville, Spanyol, Minggu, 17 Maret 2019. Miguel Morenatti / AP

tirto.id - Madridista tidak bisa menahan takjub di kandang sendiri, Santiago Bernabéu, pada 19 November 2005. Pantat diangkat, tangan hampir sejajar dengan mulut, kemudian menepuk-nepukannya berulang kali. Tapi muka para pendukung Real Madrid itu sebagian besar masam. Sebabnya tak lain karena pujian itu ditujukan kepada Ronaldinho, pemain dari rival abadi mereka, Barcelona.

Malam itu jadi malam paling mengesankan bagi Ronaldinho sebagai pemain di laga el clásico. Selain mencetak dua gol, umpan-umpan Ronnie–panggilan akrabnya, benar-benar mengacak-acak pertahanan lawan. Madrid kebobolan tiga gol tanpa mampu membalas. Tidak ada bintang Barcelona sekarang yang mendapatkan tepuk tangan semacam itu di Bernabéu.

Pada tahun itu kontraknya di Barcelona rencananya diperpanjang hingga 2014. Namun semua berubah pada musim 2007-2008 berakhir, ketika Barcelona mempekerjakan Pep Guardiola sebagai pelatih baru. Sang bintang yang masih berumur 28 tahun itu memutuskan untuk hengkang ke AC Milan.

Ada beberapa alasan kepergiannya. Dari mulai masalah absen dari sesi latihan, berat badan yang terus bertambah, penampilan yang tidak lagi maksimal, termasuk cedera.

Tapi satu sebab penting lain yang juga beredar: Ronaldinho pergi demi menyelamatkan harapan baru Barcelona, Lionel Messi. Barcelona takut Ronaldinho akan membawa pengaruh buruk bagi Messi, terutama dalam hal kedisiplinan seperti pergi ke klub malam terlalu sering. Dua orang itu memang punya hubungan erat, bahkan rumah mereka pun berdekatan.

“Untuk melepas semua kekuatan dan citra Messi, kami harus menyingkirkan Ronaldinho (dan Deco),” kata Wakil Presiden Pemasaran dan Pemberitaan Barcelona, Marc Ingla.

Kepergian Ronaldinho juga didukung oleh Guardiola. Dia sempat bicara sebentar dengan Ronaldinho dan menyatakan pada publik bahwa pemain andalan Brasil itu tak masuk dalam rencananya mengembangkan tim.

Messi langsung jadi pemain andalan di musim pertama kepergian Ronaldinho, selain juga Xavi, Andrés Iniesta, dan sang kapten Carles Puyol. Tapi tetap Messi-lah yang menjadi pemain paling moncer dalam semua kompetisi: Liga Spanyol, Liga Champions, dan Piala Raja (Copa del Rey). Ganjaran menjadikan Messi sebagai ujung tombak adalah treble winner. Barcelona menang di tiga kompetisi tersebut (satu musim sebelumnya Barcelona tidak memenangkan satu gelar pun).

“Musim 2008-2009 adalah musim terbaik Barcelona sepanjang sejarah. Itu adalah raihan treble pertama di Eropa abad ke-21,” catat Guillem Balagué dalam buku biografi Pep Guardiola: Another Way of Winning (2013).

Dalam buku tersebut pula dikatakan bahwa Guardiola memang membangun tim yang berpusat pada Messi. Dia berupaya keras bagaimana caranya agar Messi bisa merasa nyaman dan dengan demikian bisa mengeluarkan seluruh potensinya.

Tidak ada yang dapat mengelak bahwa keputusan Barcelona memilih Messi dibanding Ronaldinho sudah tepat. Apa yang dia berikan membuktikannya: 10 piala Liga Spanyol, 7 Piala Raja, 7 piala Super Spanyol, 4 piala Liga Champions, 3 juara UEFA Super Cup, dan 3 piala dunia antar klub.

Sama sekali tak pula mengherankan jika banyak tim yang mencoba mendatangkan Messi. Tapi semuanya selalu berujung kegagalan.

Satu peristiwa yang cukup membuktikan betapa berharganya Messi adalah ketika Blaugrana hendak mendatangkan Thiago Silva dari Paris Saint-Germain pada 2013. Informasi yang beredar, Barcelona bahkan siap menebus buy-out clauses Silva. Tidak terima, Presiden PSG Syeikh Nasser Al-Khelaifi melancarkan ancaman balik. Jika Barcelona memaksa membeli Silva, maka PSG rela mengeluarkan 250 juta euro untuk menebus buy-out clauses Messi. Benar atau tidaknya cerita ini, pada akhirnya Barcelona gagal mendatangkan Silva dan Messi tak hengkang.

Pebisnis Arab pun Sulit Datangkan Messi

Kepindahan Messi baru benar-benar mungkin menjadi kenyataan pada 2021. Tepat pada Kamis 1 Juli lalu, ia berstatus bebas transfer. Kontraknya tidak diperpanjang. Dengan begini, Messi bisa pindah atau dibeli siapa pun sesuai persetujuannya.

Namun mencari tim yang cocok untuknya tidaklah mudah.

Guardiola pernah mengatakan bahwa racikan terbaik buat Messi adalah memanjakannya. Maka apa pun yang Messi butuhkan, Guardiola sebisa mungkin memberikan.

Pernah satu ketika di musim 2011-2012 Messi dicadangkan usai membela tim nasional Argentina. Dia masuk sebagai pemain pengganti dan bermain seakan-akan “tidak ada di lapangan.” Messi juga tidak muncul di sesi latihan hari berikutnya. Setelah kejadian itu Guardiola tidak lagi berani menaruh Messi di bangku cadangan.

Dia bahkan sampai pada tahap mengorbankan keseimbangan tim. Dalam semua kompetisi di musim itu, buktinya, Messi mencetak 73 gol. Pencetak gol terbanyak kedua, Cesc Fàbregas dan Alexis Sánchez, masing-masing hanya 15 gol.

Legenda Barcelona dan timnas Belanda Johan Cruyff, seperti dicatat Balagué, mengatakan dalam skema di mana para pemain yang sebenarnya juga berstatus bintang dipaksa tunduk untuk melayani Messi seorang, Guardiola pasti harus “mengontrol ego pemain di ruang ganti.” Ketika situasi sudah parah, Guardiola seharusnya melakukan perubahan susunan pemain. Tapi dia tidak melakukan itu. Dia memilih keluar dari Barcelona.

Tim yang mau membangun skema permainan pada pemain yang sekarang sudah berusia 34 tahun?

Belum lagi bayaran yang sangat tinggi. Forbes mencatat bayaran total Messi diperkirakan 165 juta dolar AS per tahun. Dengan angka sedemikian besar, sekarang hanya dua tim yang mampu meminang Messi: Manchester City dan PSG. Kedua tim itu dikuasai oleh pengusaha asal Qatar dan Uni Emirat Arab. Syekh Mansour yang menguasai City diperkirakan punya harta hingga 20 miliar dolar AS dan Syekh Nasser Al-Khelaifi 8 miliar dolar AS.

Tapi itu pun dengan banyak catatan.

Guardiola, pelatih City sekarang, sebenarnya tidak terlalu menghendaki Messi. Pada 2020, dia menyatakan Messi lebih baik menghabiskan karier di Barcelona. Kemudian masalah keuangan. Bayaran Messi sangat timpang dengan pemain City lain. Kevin de Bruyne dan Raheem Sterling yang punya bayaran paling tinggi di City saja tak sampai setengah Messi.

Tapi menurut ESPN, City adalah salah satu tim yang paling serius mendatangkan sang bintang. City bahkan sudah punya rencana masa depan untuk peraih Ballon d’Or sebanyak enam kali itu. Setelah tiga tahun, dia akan dipindah ke New York City FC, partner City di Major League Soccer (MLS).

Bagaimana dengan PSG? PSG adalah tim kaya raya yang juga punya banyak pemain bintang. Di sana ada mantan rekan setim Messi, Neymar, dan pemain andalan Perancis, Kylian Mbappé. Sulit membayangkan Messi diistimewakan seperti di Barcelona. PSG juga diperkirakan tidak akan mampu memenuhi gaji Messi.

Sejumlah tim kaya lain seperti Inter Milan, Chelsea, dan Juventus disebut-sebut juga tertarik mendatangkan Messi. Tapi mereka juga punya masalah sendiri. Pada pengujung 2020, Inter Milan segera menepis isu itu dan mereka menyatakan “tidak kuat.” Juventus sampai sekarang belum melakukan langkah apa-apa lagi, padahal musim baru sebentar lagi dimulai. Sedangkan Chelsea juga tidak bisa memenuhi tuntutan kontrak Messi yang dahulu bisa mencapai 555 juta dolar AS.

Presiden Liga Spanyol Javier Tebas meyakini tidak ada klub yang mampu untuk membayar gaji yang Messi inginkan, termasuk City dan PSG tengah mengalami kesulitan keuangan di tengah pandemi. Jika mereka mampu mendapatkan Messi, bagi Tebas itu adalah financial doping yang tidak baik bagi olahraga.

Masalah Barca

Sepeninggal Guardiola, Barcelona dan Messi tidak berhasil mencapai kesuksesan seperti sebelumnya. Selama enam tahun beruntun Messi dan Barcelona tidak pernah berhasil memenangkan Liga Champions. Messi dkk. terakhir menang di musim 2014/2015 berkat permainan Neymar.

Jurnalis Goal Mark Doyle mengatakan zaman keemasan Barcelona memang telah lewat. Ia mengatakan penyebabkan adalah kebijakan Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu, di antaranya kegagalan pembelian 12 pemain dengan harga di atas 1 miliar euro sejak 2015. “Warisan Bartomeu mungkin hanya menyeret Barcelona makin turun dan menyia-nyiakan tahun terakhir Messi sebagai pemain Barcelona,” catat Doyle.

Media asal Spanyol, Marca juga setuju bahwa biang kerok kemerosotan Barcelona sepanjang lima tahun terakhir adalah Bartomeu. Marca menyoroti dosa-dosa Bartomeu selama ini dan kebijakan transfer pemain yang buruk hanya salah satunya. Lainnya seperti kegagalan mengamankan perjanjian dengan sponsor Qatar Airways, buruk mengatur gaji pemain, menggunakan uang perusahaan untuk keperluan pribadi, dan berseteru dengan Messi.

Dalam satu kesempatan, Messi mengaku ingin hengkang karena Bartomeu, yang akhirnya pensiun pada Oktober 2020, berkali-kali membohongi dirinya.

Infografik Lionel Messi Dewa Gol Laliga

Infografik Lionel Messi Dewa Gol Laliga. tirto.id/Fuadi

Dan masalah Barca bukan hanya itu. Goal menulis Bartomeu “mewariskan kerusakan” kepada Barcelona di bawah arahan Presiden Joan Laporta yang telah menjabat enam bulan. Pendapatan turun sebanyak 30% dibanding tahun sebelumnya dan utang menumpuk hingga 1,2 miliar euro. “Lebih buruk dari yang kuduga,” kata Laporta terkait kondisi klubnya.

Kondisi keuangan tersebut membuat Barcelona tidak dapat mendaftarkan para pemain baru untuk musim 2021-2022 seperti Sergio Agüero, Memphis Depay, Eric García, dan Emerson Royal. Messi pun tak bisa didaftarkan. Hal ini dikarenakan kebijakan baru La Liga yang mengurangi batasan gaji pemain agar klub tidak bangkrut di tengah-tengah kompetisi.

Batasan gaji ditetapkan 348 juta euro, jauh daripada tahun sebelumnya yang dibatasi 671 juta. Mereka harus mengurangi gaji pemain hingga 198 juta euro lagi atau bahkan membuang beberapa pemain lama.

Dengan situasi seperti ini, memaksakan Messi tetap berada di Blaugrana seakan mustahil, meski beberapa hari lalu Laporta mengatakan “semua akan baik-baik saja”--mengisyaratkan bahwa masih ada peluang Messi bertahan.

Yang jelas, Messi sudah memberikan waktu-waktu terbaiknya bersama Barcelona. Sekarang, Barcelona dan Messi mungkin memang harus berpisah.

Pertanyaannya, sekali lagi, siapa yang mampu memanjakannya? Atau, sebaiknya Messi pensiun saja mengingat semua telah dia dapat, termasuk untuk kali pertama mendapatkan gelar bersama timnas Argentina di Copa America?

Baca juga artikel terkait TRANSFER PEMAIN atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Olahraga
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Rio Apinino