Menuju konten utama

Hari Gizi Nasional 2022: Tantangan dan Masalah Pangan di Indonesia

Pilihan dan akses kepada makanan yang terjangkau, bernutrisi dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia masih terbatas

Hari Gizi Nasional 2022: Tantangan dan Masalah Pangan di Indonesia
(Peringatan Hari Gizi Nasional) Relawan berkostum wayang membagikan buah pisang kepada siswa SD Negeri Cemara 2 di Solo, Jawa Tengah, Jumat (24/1/2020).ANTARA FOTO/Maulana Surya/foc.

tirto.id - Hari Gizi Nasional diperingati setiap tanggal 25 Januari. Pada tahun 2022 ini, tema Hari Gizi dan Makanan Nasional 2022 adalah "Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas" di Indonesia.

Berkaitan dengan itu, Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta mengatakan, perbaikan status gizi masyarakat bisa ditekan melalui transformasi kebijakan pangan.

Sebab, kata dia, saat ini Indonesia masih sangat perlu memperbaiki status gizi. Sebagai contoh, berdasarkan survei dari Studi Status Gizi Indonesia yang dirilis pada Desember 2021 lalu, Indonesia berhasil menurunkan angka stunting dari 27,7 persen di tahun 2019 menjadi 24,4 persen di 2020.

Meskipun angka itu turun, pemerintah masih harus bekerja keras untuk mencapai angka 14 persen di 2024, sebagaimana yang sudah ditargetkan.

“Perbaikan status gizi dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang, khususnya melalui bonus demografi, di mana jumlah penduduk Indonesia berusia produktif diperkirakan akan sangat banyak,” kata Felippa melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto.

"Namun jumlah ini akan sia-sia kalau mereka tidak tercukupi gizinya dan tidak mampu melakukan aktivitas ekonomi bernilai tinggi," tambahnya.

Sebenarnya, pola makan sehat bisa dianjurkan dalam mengatasi masalah malnutrisi tetapi belum bisa diterapkna oleh semua lapisan masyarakat. Diet ini memenuhi rata-rata 95% kebutuhan nutrisi.

Tantangan di Sektor Pangan Indonesia

Felippa mengatakan, sektor pertanian Indonesia masih menghadapi banyak tantangan sehingga turut memengaruhi produktivitas dan ketersediaannya. Selain itu, impor pangan pun dibatasi. Maka daripada itu, pilihan dan akses kepada makanan yang terjangkau, bernutrisi dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia menjadi terbatas.

Masalah itu ditambah lagi dengan mahalnya harga pangan di Indonesia dan itu tidak sebanding dengan pendapatan rumat tangga. Bahkan, hampir sepertiga rumah tangga mengeluarkan lebih dari 65 persen untuk makanan hanya untuk pemenuhan kebutuhan kalori tanpa mempertimbangkan nilai nutrisi.

“Kenyataannya, konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih didominasi oleh karbohidrat dan semakin banyak makanan hasil ultraproses karena harganya lebih terjangkau. Konsumsi buah, sayuran dan protein hewani masih rendah. Artinya walaupun kenyang, nutrisi optimal yang dibutuhkan masih belum terpenuhi,” imbuh Felippa.

Pengeluaran yang cukup besar untuk makanan mengakibatkan masyarakat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga maupun penurunan pendapatan, seperti yang terjadi selama pandemi Covid-19.

Kendati harga pangan di Indonesia relatif stabil selama pandemi, masyarakat yang kehilangan pendapatan akhirnya harus mengurangi makanan atau mengubah pola konsumsi ke makanan yang lebih murah dan mengenyangkan, walau tidak bernutrisi.

“Keterjangkauan makanan bernutrisi perlu menjadi prioritas pemerintah selama dan sesudah pandemi Covid-19, baik melalui penurunan harga maupun peningkatan daya beli,” ungkapnya.

Baca juga artikel terkait HARI GIZI NASIONAL 2022

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Siaran Pers
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya