Menuju konten utama

Hari Buku Sedunia 2020: Merayakan Literasi di Tengah Pandemi

Setelah terhenti selama sembilan tahun, perayaan Hari Buku Sedunia kembali diadakan di Indonesia.

Ilustrasi Buku. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Hari-hari di tengah pandemi Covid-19 adalah segala keterbatasan. Jarak fisik yang dibatasi menyebabkan banyak aktivitas berkurang. Meski demikian, beberapa kegiatan bisa disiasati lewat pertemuan maya, seperti yang dilakukan oleh Perkumpulan Literasi Indonesia dalam merayakan World Book Day (WBD) atau Hari Buku Sedunia pada tanggal 23 April sampai 2 Mei 2020.

WBD di Indonesia digelar sejak tahun 2006 sampai 2011 oleh Forum Indonesia Membaca. Setelah enam tahun berturut-turut, kegiatan ini terhenti. Tahun ini, kegiatan tersebut dihidupkan kembali dengan mengusung tema World Book Day 2020: Indonesia Online Festival, “Book Lovers in the Time of Corona: Sharing, Collaboration and Create”.

“Melanjutkan kerja literasi Forum Indonesia Membaca, tahun 2020 ini, kita berupaya agar WBD Indonesia dapat dilaksanakan kembali menjadi sebuah festival berskala nasional, yang bertujuan untuk merayakan buku dan literasi serta membuka partisipasi banyak pihak,” ujar Wien Muldian, Ketua Perkumpulan Literasi Indonesia, dalam rilis tertulis.

Kegiatan yang diadakan selama 10 hari ini menyajikan 30 sesi acara dengan 30 tema program. Kegiatan daring ini menggunakan aplikasi Zoom yang dihubungkan dengan live streaming Youtube. Sementara publikasi kegiatan dilakukan lewat Facebook, Twitter, dan Instagram. Kapasitas diskusi langsung via Zoom maksimal diikuti oleh 100 orang.

Menurut Billy Antoro--penanggungjawab teknologi diskusi WBD 2020—kegiatan ini merupakan kolaborasi yang melibatkan lebih dari 50 pegiat literasi dengan beragam latar belakang profesi, di antaranya penulis, pengelola taman baca, pendidik, wartawan, budayawan, akademisi, dan lain-lain.

“Menu pilihan acara di WBD daring ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya bacaan dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan itu sendiri. [Selain itu] festival ini [juga] mendukung masyarakat lebih siap mengelola pengetahuan, meningkatkan kompetensinya dan membangun budi pekerti, baik sekarang dan paska pandemi,” kata Janti W. Janis, penulis dan sekjen Satupena yang terlibat dalam kegiatan ini.

Tanggal Kematian Para Penulis

Tanggal 23 April ditetapkan sebagai Hari Buku Sedunia setelah UNESCO melakukan konferensi umum di Paris pada tahun 1995. Tanggal ini dipilih karena merupakan titimangsa kematian para penulis sohor dunia, yaitu William Shakespeare, Miguel Cervantes, dan Inca Garcilaso de la Vega.

Pemilihan tanggal 23 April adalah sebagai simbolis dalam sastra dunia, bentuk apresiasi terhadap buku dan penulis, juga mendorong semua orang di seluruh dunia agar bisa mengakses buku.

Namun, tanggal kematian para penulis yang dijadikan Hari Buku Sedunia tentu saja bukan berarti matinya kreativitas para penulis baru. Justru sebaliknya, WBD seperti yang dilakukan UNESCO “mendukung kreativitas, keragaman, akses yang sama pada pengetahuan dan beragam pekerjaan”.

Baca juga artikel terkait HARI BUKU SEDUNIA atau tulisan lainnya dari Irfan Teguh

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Irfan Teguh
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti
-->