Menuju konten utama

Harga Tiket Pesawat Melambung, Menhub Jelaskan Alasannya

Menurut Menhub Budi Karya, ada beberapa alasan yang membuat harga tiket pesawat melambung.

Harga Tiket Pesawat Melambung, Menhub Jelaskan Alasannya
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengikuti rapat kerja dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (3/9/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.

tirto.id - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan alasan mahalnya harga tiket pesawat yang sempat dikeluhkan masyarakat belakangan ini. Menurut Budi, saat ini industri penerbangan sedang "suffer" atau menderita karena merugi.

"Beberapa tahun ini kalian mengejek Garuda Indonesia rugi terus. Adalah suatu fakta yang namanya penerbangan itu high profile tapi low profit. Fragile sekali. Jadi basically industri penerbangan itu rugi," ujar Budi Karya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada Selasa (22/1/2019).

Ada beberapa alasan yang membuat industri penerbangan merugi, menurut Budi salah satunya karena banyak persaingan dari berbagai maskapai di Indonesia yang menyebabkan ketatnya kompetisi.

Alasan lainnya yaitu, cost structure. Menurut Budi, dari total harga tiket pesawat, 40 persennya itu digunakan untuk avtur. Harga avtur cenderung mahal dan berbeda di tiap wilayah karena negara Indonesia yang berbentuk kepulauan sehingga tidak efisien.

"Ada pilihan, mau enggak kita paksakan tarif ke Papua itu seperti dulu Rp1,5 juta. Dalam waktu satu tahun salah satu penerbangan kita kolaps sehingga kapasitasnya cuma separuh nanti ke Papua cuma seminggu sekali, mau seperti itu kan tentunya tidak," jelas Menhub.

Akan tetapi, Menhub menyebut kebijakan maspakai penerbangan menaikkan harga tiket pesawat sudah sesuai aturan. Sebab Kementerian Perhubungan menerapkan batas atas dan batas bawah.

Secara teknis, menurut Budi, biaya penerbangan dari Yogyakarta ke Jakarta mencapai Rp800 ribu, tapi masyarakat sering mendapat harga lebih rendah dari harga tersebut.

"Biaya flight dari Yogyakarta ke Jakarta saya perlu katakan harga pokoknya Rp800 ribu, kan kita bisa dapat Rp700 ribu bahkan Rp300 ribu itu dia [maskapai] suffer. Sebenarnya dia dapat pendapatan lain, tapi saya tidak akan membela penuh mereka [maskapai]," ucap Budi.

Budi melanjutkan, ada dua inovasi yang akan dilakukan Kemenhub untuk mengatasi mahalnya harga pesawat ini, terutama yang menuju ke Papua. Pertama Menhub akan melakukan subsidi silang dengan memberikan tarif murah pada jam tertentu dan tarif komersial pada jam lainnya.

Kedua, Budi menyarankan penumpang untuk membawa barang-barang secukupnya ketika bepergian menggunakan pesawat, sehingga penumpang tidak perlu menggunakan bagasi dan membayar lebih.

"Kalau kita mau pergi kemana-mana persiapkan diri dengan cermat. Kalau bisa bawa barang seperlunya sehingga enggak perlu bawa bagasi besar sehingga bisa dengan LCC [Low Cost Carrier] yang murah," kata Budi.

Ia menegaskan pemerintah ingin memastikan konektivitas masyarakat Indonesia tercapai, sehingga masyarakat bisa pergi ke mana saja dengan mudah dan terjangkau.

Selain itu, Menhub juga ingin agar maskapai penerbangan tetap eksis, terutama Garuda yang menurut Budi tengah menghadapi kerugian dan utang yang mencapai triliunan.

"Kalau nanti satu [maskapai] kolaps dan ada yang monopoli itu lebih celaka lagi. Satu saja tidak bisa rutin [terbang] harganya bisa enggak karuan. Saya minta pengertiannya, tapi saya yakini ada tarif murah untuk jam tertentu," pungkas Budi.

Baca juga artikel terkait HARGA TIKET PESAWAT atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Abdul Aziz